MASA LALU ZARIYAT
Pada usia 5 tahun, Zariyat memulai perjalanannya sebagai petarung menggunakan pedang. Setiap pagi sebelum matahari terbit, ia berlari di antara puing-puing bangunan untuk meningkatkan stamina. Sore harinya, ia berlatih menebas dengan pedang. Tubuhnya sering penuh dengan luka dan memar, tapi ia tidak pernah mengeluh.
Di usia 12 tahun, Zariyat mulai berlatih teknik bertarung yang lebih kompleks. Ia berjalan di atas reruntuhan tiang untuk melatih keseimbangan, dan menghindari kantong pasir yang dijatuhkan ayahnya. Tangannya sering terluka hingga berdarah, tapi ia terus melanjutkan latihannya tanpa henti.
Di usia 16 tahun, Zariyat berlatih dengan petarung lain di antara puing-puing kota. Latihan fisiknya semakin intens, mengangkat beton dan baja hingga tangannya lecet dan berdarah. Ia mengikuti pertarungan nyata setiap hari, sering melawan lebih dari satu lawan sekaligus. Ia juga berlatih di arena bawah tanah yang berbahaya, di mana pertarungan berlangsung hingga salah satu pihak tak mampu berdiri lagi.
Di usia 25 tahun, Zariyat bertarung melawan Selvian yang menyerang kotanya. Pertarungan itu begitu dahsyat sehingga beberapa arena pertarungan hancur akibat kekuatan serangan mereka. Dalam pertempuran itu, Zariyat berhasil mengalahkan tiga Selvian, dan berakhir dengan tubuh penuh luka dan darah.
Di tahun yang sama, Zariyat kembali menyaksikan kehancuran kotanya akibat peperangan. Para Selvian menghancurkan setiap sudut kota dengan brutal. Gedung-gedung runtuh, jalanan dipenuhi puing-puing, dan api membakar sisa-sisa bangunan. Tubuh-tubuh tak bernyawa berserakan di jalan, beberapa di antaranya adalah teman dan tetangga yang pernah ia kenal. Mayat-mayat tergeletak di antara puing-puing, wajah mereka membeku dalam ekspresi ketakutan. Di antara mayat-mayat itu, Zariyat menemukan tubuh ayahnya yang tak bernyawa, terbaring dengan luka parah. Zariyat hanya bisa melihat, terluka dan tidak berdaya di tengah kekacauan.
Lima tahun setelahnya, Zariyat bergabung dengan pasukan bawah tanah, bertekad menghancurkan Abyss. Ia terlibat dalam operasi rahasia menghancurkan basis Abyss. Pertempuran berlangsung keras dan penuh darah. Zariyat menerima modifikasi tubuh untuk meningkatkan kekuatan dan kelincahannya, membuatnya lebih cepat dan lebih kuat dari manusia biasa.
Di usia 35 tahun, Zariyat berhasil membunuh Selvian Level Advance Mithril setelah pertarungan brutal. Ia menggunakan seluruh kemampuan modifikasinya dan menahan serangan yang menghancurkan. Atas prestasi ini, Zariyat diangkat menjadi panglima pasukan bawah tanah dan mendapatkan julukan "Bilah Titan Api."
Setahun sebelum misi ke Pulau Lizi, Zariyat mendengar tentang lahirnya Architect Of Chaos, Valeria Enma. Seorang selvian yang disebut sebagai arsitek kehancuran dunia. Di salah satu pertempuran terakhir, Enma seorang diri menghancurkan satu guild musuh, membunuh ribuan Selvian tanpa terluka sedikitpun, membuatnya ditakuti dan dipuja sekaligus.
"Bagaimana menurut Anda Panglima Zariyat?" ucap salah seorang pengawalnya, mereka berdua melihat Enma dalam rekaman video.
"Padahal usianya sangat muda, tapi dia telah menjadi monster yang begitu mengerikan," jawab Zariyat.
"Apakah menurut Anda dia hasil eksperimen Abyss untuk menguatkan eksistensinya?"
"Entahlah, tapi aku pernah mendengar ras hasil modifikasi Abyss. Ras itu memiliki rambut dan mata berwarna biru. Mereka menjadi ras terkuat di dunia dalam hal bertarung, tapi keberadaan tempat mereka berada menjadi sebuah misteri."
"Tapi hanya sebelah matanya saja yang berwarna biru, di sisi lainnya berwarna merah?"
"Untuk itulah, kita tidak bisa mengetahui, apakah dia adalah hasil eksperimen Abyss atau tidak. Namun kekuatannya sudah jelas, menjadi ancaman untuk dunia." Akhir dari percakapan mereka yang ditutup oleh Zariyat.
YOU ARE READING
ABYSS, NEW WORLD ORDER
Science FictionSetelah kehancuran perang dunia ketiga, Abyss lahir sebagai Negeri Para Genius, sebuah negara dan lembaga pendidikan, menjadi pusat bagi mereka yang ingin menguasai dunia melalui ilmu pengetahuan. Hanya terbaik yang bisa masuk dan menjadi Selvian. D...