CHAPTER 22 | ARCANIUM PART 3

110 12 0
                                    

ALTHORIUM

Keesokan harinya di Althorium, Alchemist Lenhart dan Nine pergi untuk melakukan proses instalasi EbyTech.

"Apakah menurutmu kota ini sangat menyedihkan? Non-selvian dianggap sebagai rakyat jelata dan senantiasa direndahkan oleh mereka para selvian." Alchemist Lenhart membuka sebuah pembicaraan.

"Karena adanya quest penindasan, selvian akan mendapatkan beberapa bonus jika melakukan hal itu."

"Itu benar. Menurutmu, kenapa Abyss menerapkan sistem seperti itu?"

"Apakah ada alasan lain selain menciptakan kesenjangan yang jauh lebih besar, menganggap non-selvian sebagai rakyat, dianggap sebagai npc, memberikan warna dalam hidup. Sedangkan selvian dianggap sebagai player, seperti sebuah game."

"Itu lah salah satu alasan kenapa orang-orang dari seluruh penjuru dunia berlomba-lomba ingin menjadi selvian, sedangkan mereka yang tidak bisa melakukannya, hanya ada dua masa depan yang menunggu, berada di bawah naungan seorang selvian atau menjadi rakyat jelata."

"Kemungkinan ketiga menjadi pemberontak."

"Pemberontak? Aku tidak bisa memikirkan hal itu. Seperti semut yang ingin menjatuhkan sang Gajah."

"..." Nine terdiam.

"Jadi, apakah menurutmu sistem seperti ini adalah sistem yang terbaik?" Alchemist Lenhart bertanya.

"Selama tidak memaksa non-selvian menjadi budak, itu sudah cukup baik."

"Ohoo, jadi kamu menyukai sistem saat ini, khusus untuk para selvian dan pengikutnya, ketika mereka kalah dalam berperang, mereka akan menjadi budak."

"Seperti itulah kehidupan, hanya karena memiliki posisi yang lebih baik dari yang lainnya, bukan berarti semuanya menjadi baik, tapi ada resiko yang lebih besar menunggu."

"Itulah dunia yang Abyss ciptakan, dunia layaknya hukum rimba, yang kuat akan memakan yang lebih lemah untuk bertahan hidup."

"..."

"Apakah kamu menyukai dunia seperti ini atau ingin merubahnya?" Alchemist Lenhart bertanya.

Nine terdiam sejenak, "Seiring dengan bergulirnya waktu, dunia akan tetap berubah, entah menuju lebih baik atau yang lebih buruk."

"Jawaban yang ambigu." Akhir dari pembicaraan.

Nine dan Alchemist Lenhart melintasi jalan-jalan berbatu di Althorium. Alchemist Lenhart melindungi dirinya dari terik matahari di bawah payung hitamnya, membiarkan langkah mereka terbawa arus aktivitas kota yang sibuk. Dengan setiap langkah, mereka menikmati pemandangan arsitektur kuno yang memukau dan nuansa yang khas.

Saat mereka mendekati pasar, suara ramai dan aroma rempah-rempah yang khas mulai mengisi udara. Pasar itu sendiri menjadi sebuah karnaval warna-warni kehidupan, tenda-tenda berjejer memamerkan barang-barang dari seluruh Abyss.

"Bukankah kita harus pergi melakukan instalasi pada EbyTech milikmu, apakah ada yang ingin kamu lakukan disini?" Alchemist Lenhart bertanya.

"Aku ingin membeli beberapa bahan makanan untuk dimasak."

"..." Alchemist Lenhart hanya heran dengan apa yang akan dilakukan Nine. "Bahan makanan?"

Neni berhenti di depan tenda sayuran berwarna-warni, memilih segarnya sayuran seperti wortel oranye terang, brokoli hijau segar, dan paprika merah. Untuk bahan utama, potongan daging sapi segar dan berlemak menjadi pilihan, serta ayam organik yang menjanjikan rasa lezat. Selain itu, Nine tidak melewatkan membeli keberanekaragaman seafood, beberapa ekor udang besar dan ikan salmon.

ABYSS, NEW WORLD ORDERWhere stories live. Discover now