CHAPTER 10 | QUEST PILAR PART 3

210 30 0
                                    

ALTHORIUM

Qiara dan Nine berjalan hingga tiba di Taman Kenangan, terletak di sudut kota. Pepohonan rindang membentuk payung alami, menyediakan naungan sejuk, sementara bunga-bunga bermekaran, memberikan warna dan aroma yang menenangkan. Suara gemericik air dari kolam kecil, dan angin sepoi-sepoi membuat daun-daun pepohonan bergerak lembut.

Mereka berdua memilih duduk di salah satu kursi, merasakan ketenangan dan kedamaian. Taman ini, memiliki makna mendalam sebagai tempat upacara kematian, sehingga suasana taman terasa lebih sakral.

"Apakah kamu tau tempat ini Nine?" Qiara membuka percakapan.

"..." Nine, hanya terdiam.

"Tempat ini dijadikan sebagai tempat upacara kematian, upacara perpisahan bagi kerabat yang telah kehilangan keluarganya. "

"Sudah tidak terhitung jumlahnya, non-selvian telah meninggal, dan sudah tidak terhitung jumlahnya keluarga yang ditinggalkan. Duka dan kesedihan menjadi satu ditempat ini."

"Ada pertemuan dan pasti akan ada perpisahan," ucap Nine mendengar semua yang dikatakan Qiara.

"Membentuk guild, sama halnya membentuk sebuah negara. Selvian akan mencari non-selvian untuk menjadi warganya. "

"..."

"Jika guild yang kamu inginkan sudah terbentuk, kamu akan menjadi pemimpin yang seperti apa?" Qiara bertanya.

"Entahlah, seperti air yang mengalir."

Beberapa saat setelahnya, mereka mendengar keramaian di kejauhan. Dari sana, mereka melihat seorang perempuan, berusaha melindungi dua anak kecil dengan tubuhnya. Sayangnya, perempuan tersebut diinjak-injak oleh salah seorang selvian, sedangkan dua temannya hanya melihat dari belakang.

Suasana membeku, seolah-olah waktu berhenti di tempat itu. Para pengunjung taman terkunci dalam keadaan tak berdaya, seperti boneka tanpa tindakan, saat mereka menyaksikan adegan tragis, terbentang di depan mata mereka. Tidak ada yang berani ikut campur, karena ketakutan yang melumpuhkan, mereka terpaksa hanya bisa menonton peristiwa tersebut dari kejauhan. Non-Selvian, tidak mungkin mereka berani menantang seorang Selvian.

"Beraninya rakyat jelata seperti kalian mengotori pakaian, simbol seorang Selvian!" ucap salah seorang dari mereka sambil terus menerus menginjak perempuan yang melindungi dua anak kecil tersebut. "Harusnya kalian bersikap seperti budak, harga kalian tidak lebih berharga dari sampah!"

"Kenapa kita tidak membunuh mereka, rakyat jelata seperti mereka tidak ada harganya." Salah seorang dari mereka turut meremehkan.

"Jangan, bagaimana jika kita memotong kaki dan tangannya saja, biarkan mereka hidup dengan penyesalan?"

"Ha ha ha, itu menarik. Kematian terlalu baik buat mereka."

Perempuan itu terus menerus berusaha keras melindungi dua anak kecil dengan tubuhnya. Walaupun terluka dan mendapat ancaman, ia tidak peduli dan tetap bertahan.

Kedua anak itu hanya menangis dan berusaha memohon maaf, mereka merasa takut dan menyesal atas apa yang telah terjadi. Sayangnya, tidak ada seorangpun di sekitar yang berani menolong, dan mereka hanya bisa melihat dengan perasaan tak berdaya.

Ketika sudah tidak ada harapan, aura perempuan itu berubah dengan drastis. Sebuah aura membunuh yang sangat kuat menyelimuti dirinya, sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh ketiga laki-laki tersebut. Identitas perempuan itu bukanlah apa yang mereka kira. Ia adalah sosok yang berada di level tertinggi yang mengacaukan sebuah sistem, Architect of Chaos. Valeria Enma yang tengah menyembunyikan identitas aslinya.

Ketika Enma hendak ingin membunuh ketiga orang itu, tiba-tiba Nine telah berada di samping mereka, "Bisakah kalian menghentikan itu?" Nine dengan suaranya yang tenang, tetapi memiliki nada tegas.

ABYSS, NEW WORLD ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang