CHAPTER 44 | FINAL ARCANIUM PART 6

110 12 0
                                    

PULAU LIZI - NINE DAN KAELUS

Setelah terjadinya gelombang elektromagnetik yang dahsyat, Kaelus menyadari kenyataan yang mengerikan, partikel Synterium telah kehilangan seluruh kekuatannya. Kenyataan ini, bagaikan seorang manusia super, kembali menjadi manusia biasa.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Kaelus mencoba memahami semuanya dan menenangkan diri, "Dalam situasi ini, bahkan menghancurkan kerikil saja tidak bisa, lantas bagaimana dengan dinding yang menutup labirin ini?" lanjutnya.

"Serangan dari Dunia Bawah, hanya itu yang terdengar masuk akal." Nine menjawab, dalam situasi ini, tidak ada sedikitpun yang berubah, ekspresinya tetap tampak datar.

"Dunia bawah? Dunia yang tidak berada di bawah wilayah kekuasaan Abyss," ucap Kaelus.

"Melihat situasinya, mereka memanfaatkan momen ini untuk menguji coba teknologi yang sedang dikembangkan. Tapi pertanyaannya, mengapa memilih Final Arcanium untuk melakukannya?" Nine mencoba menganalisis semuanya.

"Itu sudah jelas, untuk membunuh kalian semua yang dianggap sebagai ancaman di masa depan. Namun itu bukanlah sebuah prioritas, melainkan ancaman yang sebenarnya adalah Architech Of Chaos, Valeria Enma." Seorang berjubah putih tiba-tiba menyela, berdiri di atas batu raksasa yang membentuk labirin, bersama sepuluh rekannya. Mereka mengelilingi Nine dan Kaelus dari atas, aura membunuh yang begitu kuat.

Bukan hanya Nine dan Kaelus, mereka para jubah putih, terbagi menjadi beberapa kelompok, memiliki tujuan yang sama, membunuh seluruh selvian yang berada di Pulau Lizi.

PULAU LIZI - PASYHA DAN FOSTER

Pasyha dan Foster berada di bawah batu raksasa yang membentuk labirin, sementara sekelompok berjubah putih berdiri di atasnya, menatap mereka dengan dingin. Sepuluh sosok itu mengintimidasi. Ancaman kematian begitu nyata, membuat Pasyha dan Foster sadar bahwa ini bisa menjadi pertempuran terakhir mereka.

"Kalian semua pengecut," ucap Foster, sadar bahwa dia tidak memiliki kekuatan apa pun. Partikel synterium telah kehilangan kekuatannya.

"Pengecut? Sangat lucu sekali," ucap salah satu dari mereka. Neova, pemimpin pasukan. "Ketika kalian menindas kaum yang lemah, membunuh dengan mudahnya. Bukankah kalian yang lebih pantas disebut sebagai pengecut?" lanjutnya.

"Kalian membuat partikel synterium kehilangan kekuatannya, jika kalian bukan seorang pengecut, harusnya kita bertarung secara adil." Foster mencoba membantah.

"Ha ha ha ha." Jelas pernyataan Foster dianggap sebagai lelucon belaka. "Kalian yang senantiasa mengaungkan kecerdasan justru mengatakan hal demikian. Jika kamu benar-benar cerdas, maka jangan terlalu bergantung kepada EbyTech."

"..." Foster kehabisan kata, sedangkan Pasyha yang berada di sampingnya tampak tenang, mengamati situasi yang terjadi.

"Apakah kalian tau ini?" Neova, pemimpin sekelompok jubah putih mengeluarkan pistol dari balik jubahnya, pistol yang sangat mirip dengan model di peradaban modern.

"Ini namanya pistol," lanjutnya menerangkan, "Di masanya, ini menjadi senjata yang sangat mengerikan, sama seperti EbyTech, hanya orang-orang tertentu yang bisa memilikinya."

"Sekarang, ini adalah senjata yang kuno. Walau memiliki kecepatan peluru yang mengerikan, tapi sangat mudah ditangkis oleh perisai transparan yang tertanam di EbyTech."

"Nah sekarang kita lihat, apakah kalian berdua bisa selamat dari senjata kuno ini? Tanpa EbyTech." Neova, menodongkan senjatanya ke arah Foster.

Foster hanya terdiam, sebisa mungkin membaca arah tembakan. Namun, tanpa peringatan, suara tembakan menggelegar, dan peluru menghantam dadanya. Foster berteriak keras, tidak bisa menembus pakaiannya. Namun, rasa sakit dari peluru terasa membakar. Ia jatuh berlutut, memegangi bagian yang terkena sambil mencoba menahan teriakan.

ABYSS, NEW WORLD ORDERWhere stories live. Discover now