PANTI ASUHAN
Kediaman Enma, tempat yang luar biasa. Panti asuhan, dikelilingi tembok tinggi, menjadi tempat perlindungan bagi ratusan anak yang telah kehilangan keluarganya. Mereka bermain dengan riang di taman yang luas, dihiasi dengan berbagai tanaman berwarna-warni.
Para pendamping dan pengasuh yang baik hati, menjaga anak-anak itu dengan cinta. Mereka merawat dan memberikan pendidikan, memberikan mereka harapan untuk masa depan yang lebih baik di dunia yang keras ini.
Nine dan Qiara, menjadi saksi dari kebaikan dan kasih sayang yang ada di tempat ini. Suasana di halaman, penuh dengan tawa dan keceriaan anak-anak yang bermain.
Ketika Enma baru saja tiba, anak-anak yang bermain dengan riang langsung berhamburan mendekatinya. Mereka mengekspresikan kebahagiaan dengan senyum ceria dan mata berbinar-binar. Beberapa melompat kecil-kecilan, sementara yang lain berteriak dengan antusias.
"Selamat datang kakak Eria," ucap salah seorang dari mereka. Eria, nama lain yang digunakan Enma.
"Lihat kak, aku menggambar wajah kakak, cantik kan?" ucap salah satu yang lainnya menunjukkan hasil karyanya.
"Kakak, bisakah kakak mengajarkan sesuatu kepadaku. Aku sulit menyelesaikannya," salah seorang dari mereka memperlihatkan perhitungan matematika yang rumit.
Tidak lama kemudian, senyum ceria para anak seketika sirna ketika pandangan mereka teralihkan ke arah Nine dan Qiara, seorang Selvian. Wajah mereka yang semula bersemangat, seketika berubah menjadi wajah cemas dan ketakutan.
"Kakak, mereka berdua siapa?" tanya salah seorang dari mereka. "Apa tujuan mereka datang kesini?" lanjut tanya yang lainnya.
"Tidak perlu takut, mereka berdua Selvian yang baik." Enma menjawab, menenangkan anak-anak yang mendekatinya dengan lembut.
Aegis dan Nir. Dua anak yang sebelumnya diselamatkan turut menerangkan semuanya, bahwa Nine telah menyelamatkan mereka.
"Begitu ya."
Setelah mendengar semua penjelasan yang disampaikan Aegis dan Nir, terlihat semua anak-anak itu membungkuk seraya memberikan ucapan terima kasih.
—
Malam telah tiba, Enma dengan sangat hati-hati menyiapkan makanan yang lezat untuk Nine dan Qiara. Mereka duduk di ruang makan sederhana namun hangat. Lilin-lilin kecil dinyalakan, cahaya lembut di tengah kegelapan malam.
Aroma makanan memenuhi ruangan, mereka disajikan dengan hidangan-hidangan yang memikat, dari daging panggang yang empuk hingga sayuran segar dan hidangan penutup manis.
"Eria, apakah kamu yang mengurus tempat ini?" Qiara bertanya seraya menikmati makanan yang disajikan.
"Iya."
"Bukankah ini luar biasa. Bukannya aku meremehkanmu, tapi bagaimana bisa tempat ini ada dan mampu manaungi ratusan anak-anak, apakah ada sosok yang membantu?"
"Iya, tempat ini berada di bawah naungan Ever Lens."
"Ever Lens? itu menjawab semuanya." Qiara tersenyum kecil. "Tapi kenapa aku tidak melihat salah seorang dari mereka disini?" lanjutnya.
"Mereka hanya datang ketika memberikan beberapa bantuan."
"Hmmm."
"Mmm, hari ini ada begitu banyak para selvians mendatangi Althorium. Apakah ada quest tertentu," Enma bertanya.
"Quest Pilar. Aku pikir mereka mengikuti itu?"
"Quest Pilar?"
"Begitulah, untuk menyelesaikan questnya harus datang kesini."
YOU ARE READING
ABYSS, NEW WORLD ORDER
Science FictionSetelah kehancuran perang dunia ketiga, Abyss lahir sebagai Negeri Para Genius, sebuah negara dan lembaga pendidikan, menjadi pusat bagi mereka yang ingin menguasai dunia melalui ilmu pengetahuan. Hanya terbaik yang bisa masuk dan menjadi Selvian. D...