CHAPTER 38 | ARCANIUM PART 19

109 11 0
                                    

AULA TELEPORTASI

Aula Teleportasi terlihat megah, dikelilingi dinding kaca berkilau. Di tengah, podium digital menampilkan Quest yang diterima Enma, perempuan dengan rambut biru keputihan yang mengalir lembut, dan mata mencolok, biru di sebelah kiri dan merah di sebelah kanan, sosok asli dari dirinya tanpa menggunakan fitur costume.

Di sudut aula, mesin teleportasi berdiri dengan bentuk silinder tinggi, permukaannya berkilau. Di atasnya, portal berbentuk elips bersinar biru, dikelilingi garis neon berdenyut, atmosfer yang menakjubkan.

Enma melangkah menuju portal, merasakan cahaya biru menyelimuti tubuhnya, membawanya ke tempat yang tidak diketahui.

NEGERI PARA GENIUS, ABYSS.

Beberapa reaksi para selvian yang melihat hadirnya Azeroth pada Arcanium yang ada di Pulau Vilani melalui streaming yang disiarkan dari Abyss.

"Azeroth. Apakah ini disengaja? bukankah ini melanggar peraturan?"

"Harusnya monster itu tidak boleh hadir di pertarungan para pemula, Level Dasar."

"Apakah sistem mencoba membunuh mereka semua atau ada kesalahan dari sistem?"

"Jika dibilang ada kesalahan, apakah itu mungkin. Selama ini, Sistem Abyss tidak pernah mengalami kesalahan."

"Jika seperti ini, apa yang bisa mereka lakukan dalam membunuh Azeroth?"

"Bahkan serangan nuklir yang mampu membumihanguskan daratan tidak bisa untuk membunuhnya."

"Azeroth hanya monster yang bisa dikalahkah oleh para selvian di Level Advance, itu pun mereka harus berkelompok."

"Ini berlebihan, sangat berlebihan untuk mereka yang ikut Arcanium kali ini."

"Kemunculan jutaan monster dari sistem bot sudah tidak masuk akal, dan sekarang ditambah dengan munculnya Azeroth."

"Tangga tertimpa tangga, bukankah begitu?"

PULAU VILANI

Azeroth hanya fokus pada Nine, mata merah menyala terpaku dengan intensitas membara. Pada saat yang sama, dengan kembali bergeraknya Azeroth, robot-robot yang sebelumnya membeku mulai bergerak lagi.

"Sekarang, apa yang akan kamu lakukan Nine? Monster itu sengaja hanya untuk mengincarmu." Alchemist Lenhart bertanya.

"Apa maksudnya?" Hanya ada ketakutan, Henry tidak mengerti apa maksud yang dikatakan Alchemist Lenhart. Kenapa monster itu harus mengincar Nine? Kenapa?

"Henry, sebaiknya kamu menyerah dan pergi dari sini. Harusnya, jika kamu melakukan itu, kamu akan bisa selamat, mereka yang menyerah tidak akan dilukai." Nine menghiraukan pertanyaan Alchemist Lenhart, namun justru menyuruh Henry untuk pergi.

"Apakah kamu berencana melawan monster itu?" Henry mempertanyakan apa yang akan dilakukan Nine. "Tidak mungkin kamu bisa menang, monster itu berada di level yang berbeda," lanjutnya.

"..." Nine hanya terdiam, tidak ada ketakutan di wajahnya, tetap tenang, datar tanpa ekspresi.

Alchemist Lenhart tersenyum, "Jika dia (Luzafa) melanggar sebuah aturan, haruskah aku melanggar aturan juga?" Alchemist Lenhart berniat membunuh Azeroth, ikut bertarung pada Arcanium kali ini.

"Tidak perlu."

Henry semakin tidak mengerti, siapa sebenarnya Nine dan siapa sebenarnya nona yang sedang bersamanya. Kenapa mereka tidak ada sedikitpun ketakutan, padahal monster Level Advance ada di hadapan mereka.

ABYSS, NEW WORLD ORDERWhere stories live. Discover now