HAMPARAN HIJAU, DI TENGAH HUTAN
Saat peluru-peluru itu berhenti ditembakkan, keempat prisma kaca spektral ward mulai berputar perlahan mengelilingi Enma, membentuk cincin cahaya yang mempesona.
Namun, para selvian tidak menyerah begitu saja. Mereka menyadari bahwa senjata api tidak cukup kuat untuk menembus perisai Spectral Ward. Mereka memutuskan untuk mendekati Enma dengan senjata tajam.
Mereka membentuk barisan rapat, seperti pasukan yang telah bersiap untuk menyerbu benteng musuh. Di saat yang sama, mereka merasa tenggelam dalam bayang-bayang rasa ketakutan.
Dengan gerakan yang anggun dan pasti, Enma mulai bangkit dari diamnya. Prisma Kaca Spectral Ward di sekelilingnya berputar semakin cepat, menciptakan efek cahaya yang membius.
Dalam sekejap, hamparan hijau di sekitar Enma menjadi begitu tegang, seakan-akan alam itu sendiri merasakan kehadiran kekuatan yang besar. Para selvian, tidak bisa menghindari perasaan ketidakpastian yang tiba-tiba menyelimuti mereka.
Kemudian, dengan gerakan yang halus, Enma mengeluarkan pedangnya. Pedang itu memiliki desain yang indah, bilah terbuat dari material hitam, kuat dan tajam.
Enma, kini berdiri di hadapan ribuan selvian. Dia penjaga bendera guild, dan ketika salah satu dari selvian berhasil mengambil bendera, secara otomatis, semua akan diterima menjadi anggota guild Ever Lens.
"Seraaaaang!!!" Teriakan menggema.
Dengan kecepatan yang mengerikan, Enma bergerak menuju mereka, seperti petir yang menyambar dengan amarah, bentrokan itu datang seperti badai yang tak terelakkan. Saat Enma bersentuhan dengan pasukan pertama, seketika itu, suasana berubah menjadi kilatan kekerasan yang memecahkan hujan, dan gemuruh bentrokan mengguncang bumi.
Adegan pertarungan berubah menjadi sebuah teater darah dan kehancuran. Setiap gerakan katana Enma, seperti sapuan kilat yang menghancurkan lawannya. Tubuh-tubuh para penyerang terpisah satu demi satu, seakan-akan lautan darah telah dibuka.
Dalam pertarungan yang membara, Enma seperti dewi kematian, setiap gerakan pedangnya adalah serangkaian tarian mematikan, menghujam dan memotong seperti irama memporak-porandakan segala yang ada di hadapannya. Ribuan pasukan berjatuhan satu demi satu, bagaikan daun-daun gugur yang dihempas angin.
Lautan darah segera terbentuk, mengalir di hamparan hijau. Pemandangan mengerikan itu terasa seperti mimpi buruk. Enma, bagaikan seorang penari terkutuk, terus bergerak, membunuh dan terus membunuh.
Mereka yang menantang sirna tanpa jejak. Para selvian yang tersisa kehilangan harapan dan lari. Enma, tanpa emosi, terus menyerang di tengah kekacauan.
ALTERA
Pertarungan yang berkecamuk, hanya bisa disaksikan dalam keheningan. Layar-layar raksasa memancarkan gambar-gambar yang mengerikan, pertempuran yang menghancurkan, kematian yang datang begitu cepat.
Para Selvian yang menyaksikan tidak bisa berbuat banyak, terpaku di hadapan layar, mata terbelalak dan hati yang berdegup kencang. Mereka melihat bagaimana ribuan pasukan terkulai di bawah kekuatan yang mengerikan, tak terbayangkan.
"Tidak ada satupun yang bisa melukainya."
"Itu karena prisma spektral ward yang selalu melindunginya dari setiap serangan."
"Bukan, bahkan tanpa spektral ward. Mereka tetap tidak akan bisa melukai Enma."
"Apa maksudmu?"
"Bahkan tanpa bantuan sistem. Architect of chaos, keberadaan mereka sudah menghancurkan keseimbangan kekuatan, dan kini Abyss telah menyempurnakannya sebagai monster yang sesungguhnya."
YOU ARE READING
ABYSS, NEW WORLD ORDER
Science FictionSetelah kehancuran perang dunia ketiga, Abyss lahir sebagai Negeri Para Genius, sebuah negara dan lembaga pendidikan, menjadi pusat bagi mereka yang ingin menguasai dunia melalui ilmu pengetahuan. Hanya terbaik yang bisa masuk dan menjadi Selvian. D...