chapter 40

1.8K 135 6
                                    

Don't like don't read

Happy reading







Pagi hari Arlan mengambil alih kesadaran nya kembali. Niat untuk kembali ke sekolah dengan tenang sepertinya akan mustahil. Gara, anak itu pasti akan selalu membuntutinya seperti para curut itu

Seperti biasa Arlan akan turun untuk sarapan terlebih dahulu.

"Makan" ucap reynand ketika Arlan sudah duduk di kursi nya

"Aku berangkat" pamit Arlan lalu ia mengecup kening bunda nya

"Hati hati sayang" pesan ana lalu di angguki oleh Arlan

"Bang!! Tungguin guee!!" Teriak tenggara

"Ck, lama, berangkat aja sendiri sana" ucap Arlan

"Bentar bang gue lagi pake sepatu"

Ucapan Tenggara tak di hiraukan oleh arlan, ia berjalan keluar dari mansion menuju garasi dan  mengambil motor sport hitam nya.

Ia meninggalkan kawasan mansion nya . Tak peduli jika tenggara saat ini sedang berteriak teriak di mansion memanggil nama nya

Saat ia akan memarkirkan motornya ia melihat siluet mantan kakak dan adik nya itu. Ia memilih tak peduli akan keberadaan mereka

Setelah ia memarkirkan motornya, tiba tiba saja vano dan farez menghampiri dirinya.

"Ar" panggil vano

Arlan tak menyahuti panggilan vano, ia memilih untuk melanjutkan langkahnya ke kelas

"Ar berhenti dulu Abang mau ngomong" ucap vano

Ucapan vano masih tak di hiraukan oleh arlan, vano mengejar Arlan lalu ia mencekal lengan nya

"Ar berhenti dulu Abang mau ngomong sebentar sama kamu" pinta vano dengan wajah memohon

Arlan menghempaskan tangan vano lalu ia menatap tajam ke arah vano

"Apa?" Tanya nya dengan aura dingin yang mendominasi

Vano yang mendengar itu mengembangkan senyum nya

"Kita cari tempat dulu, jangan disini" ucap vano, lalu ia dan vano menuju ke arah belakang sekolah yang mana jarang di datangi oleh siswa/ siswi

"5 menit" ucap Arlan

"I-itu Ar--

"Jangan panggil gue Ar, kita ga deket" ucap Arlan

"Baiklah arlan, Abang hanya akan meminta kamu untuk kembali ke rumah, rumah rasanya sepi kalo enggak ada kamu" ucap vano

Arlan memutar bola matanya malas, alasan sekali anak di hadapan nya ini, sepi? Tidak ada yang di jadikan samsak lagi benar?

"Tidak peduli" ucap Arlan

Enak saja dia sudah susah payah supaya keluar dari neraka berbentuk rumah itu malah di suruh balik lagi

"Apa tidak ada kesempatan untuk ku?" Tanya vano sembari menatap melas ke arah Arlan

"Tidak"

"2 menit lagi" ucap Arlan.

"Aku mohon maafkan aku Ar"

"Tidak akan, aku sudah pernah bilang bahkan jika kalian menangis darah pun aku tidak akan memaafkan kalian, lagi pula aku sudah bahagia bersama bunda"

"Bunda?" Beo vano

"Waktu habis" ucap Arlan lalu ia berjalan menjauh dari vano

"ARLAN, JAWAB DULU SIAPA YANG LO PANGGIL BUNDA!?" teriak vano namun tak di gubris oleh sang empu

ArlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang