chapter 47

1.4K 138 2
                                    

DON'T LIKE DON'T READ

















Tanpa sepengetahuan orang itu ternyata ada yang mengawasinya dari cctv di ruangan itu, ia menatap ke arah layar itu dengan seringai an nya

"Ingin bermain dengan ku huh?"

"Arthur sebelum dia melaksanakan rencananya, kita harus menggagalkan rencana nya, suruh anggota black fox untuk menangkapnya lalu bawa dia ke ruang bawah tanah" ucap Arlan

"Baik  tuan" ucap Arthur lalu ia membungkuk hormat ke arah Arlan lalu pergi meninggalkan ruangan Arlan

"Ck,ck kau ingin bermain denganku? Jangan salah aku jika aku akan mendominasi dalam permainan ini, sepertinya ini akan seru, sudah lama aku menantinya, ternyata kau sudah tidak sabar bermain denganku ya?" Ia menyeringai lebar lalu menatap ke layar lainnya yang menayangkan rekaman cctv di kediaman geo

Di kamar vano disana terlihat bahwa vano hanya menatap kosong ke arah depan seperti tidak ada keinginan untuk hidup, tak jauh berbeda dengan vano farez juga hanya diam di kamarnya memandangi sebuah foto yang di sana terdapat foto seorang wanita cantik dan 4 anak kecil yang terlihat sangat bahagia, ia mengelus foto itu rada sesak di dalam hatinya semakin menyeruak rasa bersalah yang telah ia rasakan setelah Arlan pergi dari rumah dan tak pernah kembali lagi

"Bunda, maafin farez, bunda pasti kecewa ya sama farez karena sering nyakitin bang arlan" ucap farez, jujur ia merindukan masa masa itu di mana ia dan ketiga kakaknya itu akur dan tak pernah berselisih tidak seperti sekarang, semua nya terpecah belah, kakak pertamanya yang sangat jarang pulang, kakak keduanya yang menjadi sangat dingin, kakak ketiganya yang entah ada dimana serta sang ayah yang menjadi seorang yang ringan tangan bahkan ayahnya kini tak segan menampar atau memukulnya karena melakukan kesalahan kecil

"Ini sakit, tapi ini ga seberapa sama yang bang Arlan rasain" ucapnya lirih

"Bang lo di mana sih? Pulang bang gue janji bakalan memperbaiki hubungan kita kayak dulu lagi"

Arlan menatap layar itu dengan tanpa minat.

"Lo mau maafin tuh anak?" Tanya zayyan 

"Gue gatau, masih bimbang"

"Kalo gue bunuh mereka bunda merah ga ya bang?" Tanya zayyan

"Gue gatau, mungkin bunda bakalan marah gimanapun juga mereka tetep anak nya bunda" jawab zayyan

Arlan menghela nafas panjang "lo bener, mending sekarang kita urus si geo aja dia ngerencanain buat nyulik bunda" ucap Arlan

"Nanti gantian jangan cuma lo doang yang mainnya, gue juga pengen" ucap zayyan

"Hmm"

"Mulai balik lagi ke setelan awall" sindir zayyan

"Apa sih"

"Gausah sok cool kayak gitu di depan gue ga cocok soalnya, giliran nanti lo ada maunya aja ngerengek ke gue"

"Kapan gue kayak gitu,  perasaan lo deh yang selalu nge rengek ke gue" ucapnya tak terima

"Kapan? Gue ga inget" ucap zayyan

"Gue gabakalan masakin lo lagi" ancam Arlan

"Ehh!!! Kok gitu?! Lo mau gue mati kelaperan Ar?! Lo tega sama gue?! Iya iya deh gue ngaku gue salah, tapi masakin gue lagi yaa" Ucap zayyan dengan nada tak percaya

"Tuhh siapa yang ngerengek" sindirnya

"Lagian kalo lo mati gue juga mati sialan!" ucap Arlan

"Oh iya ya"

ArlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang