chapter 3

58K 2.7K 13
                                    

Edited : 23/10/2017

Setelah Mini selesai mandi, dia memilih mengenakan kaos polos putih yang kedodoran dan hotpant ripped kesukaannya dengan tatanan rambut dikuncir ala kadarnya tanpa memakai sisir.

Ketika dia keluar kamar, dia mendapati sebuah kantong plastik dengan sebuah surat di depan kamarnya. Diambilnya kantong plastik itu dan dibacalah suratnya

hey my lilsist yang unyu badai. Maafkan abang lo yang kece akut ini ya. Atas sikap abang yang mungkin tadi agak kelewatan. Bukan maksud gue kok kayak gitu. Tolong dong bilang ke abang jutek loe yang satu itu  buat nyabut hukumannya. Masak kamu tega banget sih lihat abang kesiksa gini. Yayaya bidadari bala-balaku. From orang teganteng seantero dunia

-dino-

Mini pun terkekeh membaca suratnya.

'ohh jadi disogok nih gue ceritanya' batin Mini, namun dia senang karena di dalam isinya adalah cake yang dia suka.
Diapun masuk dan meletakkannya di atas meja kamarnya.

Mini bergegas turun ke meja makan setelah mendengar teriakan abangnya memanggil.

Setelah makan malam selesai mereka bertiga ingin kembali ke kamar masing-masing namun ditahan oleh ayah mereka.

“kalian jangan pergi dulu. Ada yang mau ayah bahas. duduk." ucap Pak Wijaya mencegah ketika melihat anak-anaknya akan keluar dari ruang makan. Serentak mereka menoleh ke ayahnya.

"gak ada yang perlu dibahas lagi, kami capek mau tidur." protes Doni.

"ayah bilang duduk. Dan jangan membantah." ucap Pak Wijaya geram melihat kelakuan ketiga anaknya itu.

Dengan malas mereka kembali ke meja makan dan segera menatap mama tirinya sinis. Merasa ditatap oleh ketiga anaknya dan mengerti maskud tatapan mereka. Akhirnya mama Rosa berniat hendak pergi dari ruang makan.

"kamu mau kemana, jangan pergi. Ini masalah keluarga dan harus diselesaikan bersama-sama dan kamu keluarga disini." tegas Pak Wijaya saat melihat istrinya akan beranjak.

Mendengar ucapan suaminya akhirnya dia memutuskan duduk dan dihujani tatapan sinis oleh ketiga anaknya. Mama Rosa memilih untuk diam.

Setelah melihat istrinya duduk Pak Wijaya kembali fokus pada ketiga anaknya

"sebenarnya mau kalian apa ? kalian sudah dewasa kenapa kalian seperti ini ?" tanya Pak Wijaya lelah melihat perilaku putra-putrinya.

“kita kenapa yah. Kita baik-baik saja.” jawab Mini dengan tampang datar melirik ayahnya .

“baik-baik saja katamu. Kamu Mini, ayah bangga kamu selalu dapat juara. Tapi ayah sangat kecewa dengan perilaku kamu di sekolah, seorang ratu preman sekolah ? kamu perempuan Mini. Kamu harus jaga sikap. Dan kemana kamu tadi. Sudah seminggu sering bolos ! kamu kira ayah tidak tau.” bentak ayahnya mulai emosi.

Mini hanya menatap ayahnya tajam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis agar tidak keluar di depan ayah dan mama tirinya. Melihat adik kesayangannya menahan tangis, Dino menjadi emosi.

"Cukup ayah ! jangan pernah sekali-kali membentak Mini ! ayah boleh memarahi kita tapi ayah jangan sekalipun memarahi Mini." ucap Dino dengan nada emosi dan berdiri hendak membawa Mini pergi.

“mau kemana kamu ! berani sekali membentak ayah kalian sendiri. Duduk !” hardik ayahnya kepada Dino dan belum menyadari bahwa putri bungsunya menunduk menitikkan air mata namun tetap diam.

Tangan Dino dipegang Doni dan mengisyaratkan dia untuk duduk kembali, terpaksa Dino duduk kembali.

Sebenarnya dia ingin membawa Mini pergi karena Dino tahu Mini sangat tidak mau terlihat lemah oleh ayahnya dan mama tirinya.

MAFIA CANTIK (ON EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang