chapter 33

25.7K 1.4K 15
                                    

Sesampainya di Villa Mini langsung masuk ke dalam Villa. Dia istirahat sejenak. Semua gadget dan alat pelacak dirinya di nonaktifkan. Termasuk cincinnya, dia masukkan ke kotak yang bisa menghilangkan sinyal 'penemuan si Tiger'. Tak lama kemudian dia tertidur. Mini terbangun, dia melihat jamnya. Jam 15.00.

"udah sore ternyata. Mandi dulu deh, abis itu jalan-jalan ke danau" gumamnya meraih handuk dan langsung ke kamar mandi, 30 menit dia mandi. Dia memutuskan memakai sweter putih dan celana panjang. Dia memakai syal. Rambutnya dikuncir kuda. Setelah mematutkan dirinya di cermin dia melangkah keluar. Tampak matahari mulai menurun. Dia berjalan ke arah Danau. Dia mencari-cari sebuah pohon yang terukir namanya dan nama Devan.

"mana ya pohonnya. Kenapa jadi banyak gini sih" gerutunya dari tadi tidak menemukan. Setelah lama mencari akhirnya dia menemukan pohon yang di maksud. Dia tertegun

"kenapa ada kursi kayu disini" ucapnya. Dia langsung duduk, dia menatap pohon itu, masih jelas terukir nama DEVAN MINI. Mini tersenyum dan mengelus tulisan itu
(ON)
"pangeran jangan pergi" ucap Mini sambil menangis.

"Princess jangan menangis. Pangeran janji akan menemui princess lagi" bujuk Devan mengelus puncak kepala Mini. Mini masih saja menangis.

"pangeran pergi cuma sebentar princess, pangeran janji kalo udah sembuh pangeran akan jemput princess disini" ucapnya lemah. Memang saat itu kondisi Devan semakin semakin memburuk. Terpaksa mamanya membawa Devan berobat ke Amerika. Mini masih menggeleng dan menangis

"nanti yang jadi malaikat pelindung princess siapa" rengek Mini.

"pangeran selalu ada disini" tunjuk Devan ke dada Mini.

"kalo princess kangen sama pangeran. Cukup liat bintang di langit dan bilang kalo princess kangen sama pangeran. Pangeran pasti tau" ucapnya masih membuju Mini.

"pangeran harus janji kembali lagi" ucap Mini masih terisak.

"kalo gitu kita menikah sekarang saja biar Princess gak kehilangan pangeran" ucap Devan.

Mini yang tidak tau apa-apa langsung mengangguk setuju. Devan mengambul batu yang ujungnya tajam. Dia mengukir namanya dan nama Mini di sebuah pohon. Lalu meletakkan tangan mereka di pohon itu.

"pohon ini akan jadi saksinya. Aku devan aku berjanji selalu mendampingi Mini dalam suka dan duka, tetap setia menjaganya sampai maut memisahkan kita" ucap Devan menirukan gaya bicara saudara-saudaranya saat menikah

"aku Mini aku berjanji selalu mendampingi Devan dalam suka dan duka, tetap setia menunggunya sampai maut memisahkan kita" ucap Mini menirukan Devan tadi. Devan tersenyum.

"sekarang pangeran sudah milik Princess. Jadi pangeran gak akan kemana-mana. Pangeran akan selalu ada disini" tunjuknya di dada Mini. Mini hanya tersenyum senang. Devan mencium kening Mini

"sekarang pangeran pergi dulu. Pangeran pengen cepet sembuh biar bisa jemput Princess. Pangeran janji di ulang tahun ke 16 princess, pangeran akan disamping princess" ucapnya lalu mencium kedua mata Mini agar tangis bidadarinya berhenti. Benar saja kini Mini berhenti menangis.

"princess akan tunggu pangeran disini" ucap Mini tersenyum.

"Devaaaaaaaan ayo kita berangkat" teriak Mama Vania ke anaknya.

Devan melambaikan tangannya ke Mini lalu menghampiri ibunya. Mini hanya duduk di bawah pohon itu sambil menangis. Bunda dan Dino tidak tega melihat Mini sehari-hari hanya duduk di bawah pohon terkadang berbicara sendiri terkadang menangis terkadang melamun. Padahal saat itu Mini masih kecil. Disaat malam pun terkadang Mini menangis di teras sambil memandang bintang.

MAFIA CANTIK (ON EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang