chapter 11

35.3K 1.5K 42
                                    

Edited : 24/01/2018

Sesampainya dilapangan tembak sudah terlihat geng mafia terutama Dino dan Doni tengah asik menembak.

Rio pun ikut-ikutan karena ayahnya seorang polisi jadi dia telah diajari cara menembak. Lusi yang tak bisa menembak hanya duduk dan melihat pemandangan langka dan sibuk selfi mengabadikan moment gagah para pelindung sekolahnya itu. Sedangkan Mini hanya melihat dengan bosan.

"ayah, aku ingi ikut latihan menembak." rengek Mini.

"tidak boleh sayang. Kamu masih belum sehat." tolak pak Wijaya.

"opa boleh kan yaaa." rengek Mini pindah kepada Opanya. Opa tersenyum, beliau memang tidak bisa menolak permintaan cucunya.

"baiklah. Biar dibantu Dino okay." ucap opa.

Minipun mengangguk senang dan memanggil abangnya.

"Banggg Dinoooooo. Aku mau ikut menembak." teriak Mini keras karena suaranya berlomba dengan dentuman pistol yang memekakkan telinga.

Dino yang merasa dipanggilpun menoleh. Lalu dia berjalan menuju adiknya dan membantu adiknya duduk dikursi tinggi agar nyaman. Pak Wijaya hanya bisa menurut saja. Karena keputusan opa adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Lusipun penasaran dan mendekat ke Mini. semua yang melihat Mini ingin menembakpun menghentikan aktifitasnya. Dan mendekati Mini.

"loe mau nembak Princess?" tanya Dinda.

"yupps." jawab Mini mengenakan perlengkapan menembaknya.

"bang, level 3." Dinopun mengangguk dan menyetel level 3. Yaitu dengan sasaran yang bergerak. Antara sandera dan penjahat. Dengan cepatan Mini menembak semua sasaran. Meski dalam posisi sakit Mini masih tetap lihai menembak semua sasaran secara tepat meski ada beberapa tidak pada daerah fatal. Semua berdecak kagum melihat kemampuan Mini terutama Lusi yang tak Mengira sahabatnya sehebat ini. Dan tatapan itu adalah tatapan pembunuh. Sama seperti tatapannya ketika menolong Lusi dari Preman yang menggodanya. Setelah selesai, minipun meminta untuk level 4.

Namun ditolak oleh Dino karena dia yang tidak boleh terlalu capek. Minipun hanya cemberut saat dibopong Dino kembali ke kursi rodanya dan menuntun ke ayah dan opanya yang menunggu sambil berbincang santai.

"opa kita sekalian pamit. Udah sore. Kapan-kapan kita maen kesini lagi opa." kata Shyla.

"janji?" tanya opa. Semua mengangguk mengiyakan.

"Lusi, Rio. Kalian jangan kapok main kesini. Anggap saja opa adalah kakek kalian. Kalian bebas kemari kapan saja." ucap opa kepada Lusi dan Rio.

"baik opa." jawab Lusi dan Rio berbarengan.

Setelah semuanya pulang Minipun melanjutkan istirahatnya. Dia ingin cepat sembuh dan kembali ke sekolah.

***

Setelah 5 hari Mini tidak masuk diapun diperbolehkan masuk sekolah karena sudah sembuh meskipun masi harus check up rutin sampai benar-benar hilang virus tifusnya. Inilah yang membuat Mini semangat sekali pagi ini.

"Dek udah belum. Gue tunggu di bawah ya." ucap Doni sambil mengetuk pintu Mini.

"iya bang bentar lagi." jawab Mini dari dalam kamar.

Donipun turun ke meja makan untuk sarapan yang sudah ditunggu ayah , Dino dan pasti mama tirinya. Tak lama kemudian Minipun ikut turun dan mencium pipi ayahnya lalu duduk bersebrangan dengan ibu tirinya. Dia tidak mau melihat wajahnya . setelah sarapan Mini bergegas keluar mengikuti ayahnya yang sudah lebih dulu keluar rumah dan masuk ke mobil barunya. Hadiah dari opa karena dia sudah sembuh. Opa memang terlalu memanjakan cucunya. Saat the Twins hendak beranjak dari meja makan. Mama menahan mereka

MAFIA CANTIK (ON EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang