BAB 6

9.8K 365 3
                                    

"Mikha tunggu..." terdengar suara Pramudya dari belakang saat Mikhael akan keluar dari ruangan meeting itu "ya pa....ada apa?" tanya Mikhael. "Jadi Mikha outstation ke Lombok besok" kata Pramudya, " mmm.... ha ah pak, besok pagi rencana berangkat. Makanya ini Mikha mau cepat – cepat masuk office Mikha, ada beberapa pekerjaan yg harus diselesaikan sebelum berangkat. Menurut rencana sih selama 3 -4 hari Mikha di sana pa." Jawab Mikhael dengan tangannya yang siap memutar tombol pintu mau keluar.

"Baguslah kalau seperti itu, sebisa mungkin cepat selesaikan pekerjanmu disana. Ingat sebentar lagi kamu akan menikah, banyak godaan dan cobaan orang akan menikah ini "nasihat papanya itu.

"Baik papa, titip Daniel ya pa selama Mikha pergi" Mikhael memohon yang dijawab anggukan oleh Pramudya.

"harusnya kamu memohon sama Anastasya, kamu kan tahu sendiri akhir – akhir ini hampir tiap hari minta diantar ke rumah mommny nya itu" goda Pramudya pada Mikhail sambil tersenyum dan mengernyitkan mata kanannya, Mikhael hanya tersenyum masam sambil berlalu dari ruangan meeting tersebut meninggalkan papanya sendirian. Sebenarnya Mikhael sudah mengkhawatirkan hal itu mengingat lengketnya Daniel pada Anastasya, akan tetapi dia merasa tidak enak apabila terus – terusan mengganggu Anastasya apalagi Anastasya juga harus kerja di rumah sakit yang kadang – kadang harus piket malam.

Selama ini Daniel masih mau dipujuk dengan iming – iming begitu pulang kerja akan diajak untuk ke rumah Anastasya, walaupun untuk ngajak pulangnya perlu perjuangan.

Kadang Mikhael berfikir apakah benar keputusan yang diambil untuk menikah dengan Anastasya, akan tetapi keraguan tersebut langsung hilang begitu melihat kebahagiaan Daniel sejak bertemu dengan Anastasya.

Setelah bicara dengan Pramudya, Mikhael berjalan menuju kantornya. Ditanggalkannya jas dan disampirkan di belakang kursi untuk selanjutkan memerikas ulang laporan – laporan yang diberikan Tesa - sekretarisnya untuk ditandatangi.

Sebagai COO di perusahaan papanya membuat banyak pekerjaan yang harus dipikirkan. Dia tidak mau dilihat oleh anak buahnya atau karyawan yang lain terlalu santai kerja karena bekerja di perusahaan orang tua sendiri, akan tetapi dia selalu berusaha memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya.

Banyaknya pekerjaan inilah yang kadang membuat dia pulang lewat dan bahkan membawa pulang pekerjaannya, ditambah lagi saat ini tenaganya juga sedang diperlukan untuk membantu projek dari perusahaan Ilham.

"hey bro...tidak keluar lunch kah...." tiba – tiba satu suara mengagetkan Mikhael.

Mikhael mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang masuk yang kemudian mendengus "mmmm....Ferdy...kamu ini selalu main masuk aja ke kantor orang, gak ada sopan santunnya" katanya geram. Ferdy hanya nyengir saja menanggapinya, karena sudah hapal sekali dengan sahabatnya itu. Mikhael dengan Ferdy merupakan teman dari masa sekolah SMP sampai sekarang. Ferdy kerja di perusahaan itu juga tapi membawahi bagian HRD.

"Masih banyak kerjaan lagi lah Fer....mungkin aku skip makan kali ini" jawab Mikhael lemah sambil meneliti dokumen dimejanya.

"eh mana boleh bro melewatkan waktu makan....bisa jadi penyakit tahu" jawab Ferdy sambil melabuhkan punggung di sofa ruangan itu.

"Mmmm...iyalah tunggu sebentar lagi. Eh bukannya kamu biasa lunch sama isterimu ya, tumben ngajak aku makan" kata Mikhael sambil memandang Ferdy.

"Isteri aku tak bisalah bro...dia tak kerja hari ini, anak aku demam tadi pagi" jelas Ferdy.

"Okey...yuk cepat kita brangkat" ajak Mikhael sambil berdiri dan berlalu membuka pintu.

******

Suasana restoran sangat ramai hari itu karena memang waktu jam istirahat biasanya ramai. Akhirnya setelah melihat sekeliling Mikhael dan Ferdy memutuskan untuk duduk di tempat yang akan tersembunyi dari pandangan orang. Mereka berdua memesan steak dan jus alpukat untuk makan siang mereka.

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang