BAB 10

9.2K 325 4
                                    

Mikhael sedang melakukan tinjauan lapangan untuk projek pembangunan resort milik Ilham. Pengecekan dilakukan secara keseluruhan mulai dari material yang digunakan, kesesuaian anggaran dengan kondisi bahan yang datang dan melakukan diskusi langsung dengan pimpinan proyek serta pekerja borongan.

Mikhael memastikan pengerjaan berjalan lancar, aman dan selesai sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan dalam proposal. Keselamatan pekerja selalu diutamakan agar tidak terjadi masalah di kemudian hari.

Mikhael menyeka keringat yang mengucur dari dahinya karena waktu menujukkan pukul 11 siang dan matahari hampir mencapai puncaknya.

Drrtt...drrttt...iphone di saku Mikhael terasa bergetar, dilihat nama Clara tertera di layar iphone itu

"Abang....adik mau pulang lah" Mikhael langsung menjauhkan iphone dari telinganya. Kaget dengan teriakan adiknya itu ketika telpon baru saja diangkat.

"Eh dik, cobalah kalau telpon itu kasih salam dulu...ini tidak langsung main teriak – teriak aja. Untung abang ini gak ada sakit jantung tahu" gerutu Mikhael pada adik satu – satunya itu.

"hehehe....maaf..." jawab Clara tersengih di seberang telpon.

"Ada apa tiba – tiba telpon teriak mau pulang ini mmmm?" tanya Mikhael. Karena tahu kondisi adiknya akhir – akhir ini masih sibuk dengan ujian akhir di kampusnya.

" Iyalah adik mau pulang, abang kan sebentar lagi mau menikah. Pengen juga adik lihat sendiri secara langsung wajah mommy baru El itu. Boleh ya abang...bolehlah....belikan adik tiket ya...ya...", Clara berkata separuh memohon kepada abangnya itu." Lagian adik kangen lah dengan anak buah seorang itu, sudah tak sabar pengen main sama Daniel".

"Bukannya minggu kemarin adik sendiri yang bilang kalau pada saat hari pernikahan abang itu adik masih ujian lagi?" tanya Mikhael meminta kepastian. Sebenarnya dia juga sangat rindu dengan adiknya itu karena sudah hampir setahun tidak berjumpa.

"Ha ah...memang adik masih lagi ujian hari itu" jawab Clara lemah.

"Lha terus..." tanya Mikhael penuh selidik, memang adiknya seorang ini walaupun kuliah di Australia dan semua kegiatannya disana tidak kelihatan di depan mata Mikhael tetapi Clara merupakan seorang yang patuh dengan arahan abangnya. Karena itulah setiap kegiatan apapun selalu update dengan abangnya, sehingga ketika mau bolos kuliah pun takut kena marah dengan abangnya. Karena Mikhael sangat tegas dengan adiknya apabila melakukan kesalahan apalagi menyangkut pendidikan dan pergaulan, iyalah adik perempuan satu – satunya harus benar benar dijaga keselamatannya.

"Adik hari itu tinggal kumpulkan makalah riset yang ditugaskan sebagai ganti ujian. Adik pikir bisalah dikerjakan dirumah, nanti begitu selesai tinggal email ke dosen" Clara menjelaskan segala rencananya agar bisa menghadiri hari spesial abang tercintanya itu, karena dia tidak mau nantinya dia sendiri dalam keluarga yang tidak ikut menyaksikan hari bahagia Mikhael.

"iyalah kalau begitu, nanti abang minta Heni sekretaris abang untuk booking tiket. Sudah dapat nanti biar diemail ke alamat adik". Jawab Mikhael.

"Okey...tengkyu abang, love you..muuuacchh" suara Clara kedengaran riang.

"Okey...bye" jawab Mikhael dan langsung mematikan sambungan telpon.

Setelah itu pandangannya di arahkan ke sekeliling untuk mencari keberadaan manager proyek yang tadi terlihat pada saat dia sedang menerima telpon dari Clara. Setelah ditemukan sosok manager proyek itu kemudian dihampirnya.

"Pak Sofyan...saya rasa cukup kita mengecek pengerjaan proyek ini. Saya akan kembali ke hotel. Rencana sore ini saya mau langsung kembali ke Jakarta pak, kalau ada apa – apa dengan proyek nanti minta tolong update sama saya pak" kata Mikhael menjelaskan.

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang