Mikhael berdiri di samping depan jendela, mengamati keramaian lalu lintas ibukota dari lantai 10 Rumah Sakit. Tangan kirinya dimasukkan dalam saku celana dan satunya lagi memegang iphone sedang berbicara dengan Kinanti, ibu mertuanya untuk memberi kabar mengenai keadaan isterinya.
"Ya saat ini masih belum sadar Bu." kata Mikhael sambil menoleh kebelakang melihat kondisi isterinya yang masih kelihatan nyaman berbaring. Mikhael meraup wajahnya dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jari - jari tangannya.
"Apa yang terjadi Nak sampai pingsan seperti itu? Bukannya tadi malam baik - baik saja?" tanya Kinanti dengan gusar.
Hatinya merasa kalut saat tiba - tiba isterinya itu pingsan dalam pelukannya. Beruntung tadi dokter Heni membantu menenangkan keadaan. Tidak akan terjadi apa - apa asal mengikuti semua petunjuk dokter dan benar - benar istirahat tidak melakukan kegiatan apapun setidaknya satu sampai dua minggu diharapkan kandungan dan janin akan menguat.
"Mungkin Tasya kecapekan bu, trus juga sering gendong - gendong Daniel. Tidak tahu kalau ternyata kandungan dan janinnya lemah. Tapi kata dokter Heni tadi Tasya pingsan karena terlalu shock dan tertekan tidak mau terjadi apa - apa sama anak kami." jawab Mikhael. Menghembuskan nafas frustasi.
"Ya udah, Mikha yang tenang disana tungguin anak Ibu dulu, bentar lagi Ibu pergi kesana." jawab Kinanti dari seberang.
"Baik Bu, maaf Mikha merepotkan lagi." kata Mikhael serba salah.
"Eh anak Ibu ini, tidak ada yang menyusahkan. Malahan Ibu berterima kasih Mikha sudah jaga putri kesayangan Ibu sampai saat ini." sahut Kinanti.
"Iyalah bu, nanti hati - hati berangkat ke sininya." jawab Mikhael dan menutup telponnya.
Dicarinya daftar nama sekretarisnya untuk menyampaikan hal - hal yang perlu karena dirinya tidak masuk secara mendadak. Hari ini sebenarnya ada kunjungan ke site pembangunan apartemen milik perusahaan mertuanya. Di kantornya sendiri memang hari ini seingat dia tidak ada pekerjaan uang urgent untuk ditangani. Sedangkan urusan meeting yang ada di perusahaannya di Singapura dengan terpaksa di berikan pada orang kepercayaannya, karena tidak mungkin membatalkan sampai dua kali.
Mikhael menegakkan badannya begitu panggilan diterima.
"Tesa, saya hari ini tidak bisa ke kantor ya. Kalau ada apa - apa yang urgent langsung hubungi saja saja" jelas Mikhael.
"Baik pak, kalau boleh tahu kenapa mendadak tidak masuk kerja pak. Apa Bapak sedang sakit?" tanya Tesa karena boss nya jarang untuk bolos kerja.
"Oh tidak, ini isteri saya harus dirawat di rumah sakit. Ada sedikit masalah dengan kandungannya." jawab Mikhael ketika ditanya alasan tidak bisa masuk ke kantor.
"Oh ibu Tasya hamil? Selamat ya pak, semoga tidak terjadi apa - apa. Salam buat ibu Tasya ya pak, semoga cepat sembuh." jawab Tesa ikut senang sekaligus prihatin dengan berita yang di dengarnya.
"Makasih Tesa, nanti saya sampaikan." jawab Mikhael singkat dan kemudian menutup telpon.
Mikhael memasukkan iPhone kedalam saku celananya dan melangkah mendekati Anastasya. Memandangi wajah isterinya yang terlihat lemah dan pucat dengan tangan yang dipasang jarum infus. Kalau bisa ingin sekali dia yang menggantikan posisi Anastasya untuk merasakan sakitnya. Tangan Mikhael merapikan rambut panjang isterinya dan mengelus lembut pipi Anastasya. Sejak tahu hamil Anastasya belum pernah mengalami keluhan seperti hal nya orang hamil pada umumnya, ya selain kasus pingsan kala itu. Meskipun begitu Mikhael sangat mengkhawatirkan setiap apa yang dilakukan isterinya. Apalagi mengingat tingkah lagi anak dan isterinya yang kelewat dekat dan sama - sama manja membuatnya tambah khawatir dengan kondisi isterinya. Yang satu sangat manja sama Mommy-nya dan yang satu selalu menuruti semua keinginan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS KASIH
RomanceTerkadang orang tua yang sangat menyayangi dan mencintai anaknya, tidak akan pernah berfikiran mengecewakan anaknya dengan memaksakan keinginan. Tetapi lain yang dirasakan Anastasya, yang harus merasakan kekecewaan meninggalkan orang yang dicintainy...