BAB 28

9K 303 7
                                    

Tepukan di sebelah kakinya membuat Mikhael sadar dari lamunannya. Dilihatnya Daniel sudah berada di hadapannya dan siap mau minta dipangku.

"Sudah selesai mainnya boy?" Mikhael mengelus – elus rambut halus Daneil.

"Cudah addy, kata mommy tidak boleh lama – lama mainnya" jawab Daniel dengan kurang semangat.

"Iya, kalau main ada batasannya sayang. Nanti El kecapekan" Mikhael berusaha menjelaskan ketidak puasan anaknya itu.

"Tapi addy, El macih mau main putal – putal" dengan antusias Daniel menunjukkan satu permainan yang diinginkannya.

Anastasya dilihatnnya sudah duduk disebelahnya dan mengelus sepintas punggung Daniel dengan sayang.

"Mmmm...bagaimana kalau minggu depan kita main kesini lagi" tawar Mikhael.

"Beneran addy??" Daniel mendongakkan wajahnya melihat ekspresi wajah Mikhael seolah meminta kepastian.

"Yuppp...ya kan mommy, minggu depan kita bisa kesini lagi" Mikhael meminta dukungan Anastasya.

"Pasti dong, kalau daddy ada waktu minggu depan ya sayang. Sekarang siapa yang mau makan bento?" Anastasya berusaha mengembalikan keceriaan anaknya itu, dia sangat tahu makanan kesukaan Daniel.

"El mau..." jawab Daniel langsung merentangkan tangannya kearah Anastasya minta di gendong.

Mikhael dan Anastasya berdiri melangkah keluar dari arena permainan dengan Daniel dalam gendongan Anastasya. Sebenarnya sangat kelihatan di wajahnya kalau Daniel kecapekan. Iyalah ini bahkan sudah lewat dari jam makan siang, El tidak merengek kelaparan mungkin karena tadi dibawakan susu kotak dan wafer.

"Sini boy, gendong sama daddy. Mommy kecapekan itu gendong El" tawar Daniel berusaha mengambil Daniel. Dia tahu kalau jalan jauh Anastasya pasti bakalan capek kalau gendong Daniel yang bukannya kecil itu badannya. Awalnya Daniel mau menolak, akan tetapi dengan berat mau digendong Mikhael setelah melihat wajah Anastasya.

Mereka berjalan berkeliling mall sambil mencari fast food court untuk mencari bento. Sekali – sekali berhenti sejenak apabila ada barang atau pernak pernik yang menarik perhatian Anastasya. Dengan setia Mikhael mengikuti Anastasya jalan sambil sesekali memeluk pinggang Anastasya. Mikhael merasa harus memberikan ganti quality time dengan isteri dan anaknya yang semanjak setelah menikah seolah diabaikan dengan rutinitas kerjanya.

Anastasya sebenarnya merasa risih dengan kontak fisik yang dilakukan oleh suaminya itu, apalagi ini dimuka umum. Agak memerah mukanya karena malu yang sedari tadi ditahannya.

"Hey kenapa nih muka mommy merah, sakit kah sayang" dengan agak cemas Mikhael menempelkan punggung tangannya pada dahi Anastasya, apalagi...makin memerah muka Anastasya mendapat perlakuan Mikhael dan kata sayang yang dengan seenaknya diucapkan oleh suaminya itu.

"Ng...ngak kenapa – kenapa. I'm fine don't worry" jawab Anastasya dengan gugup dan berusaha menyingkirkan tangan Mikhael. Sedangkan Mikhael makin serius memperhatikan wajah Anastasya merusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Mommy cakit...?" tanya Daniel yang kedengaran agak ikut – ikutan risau.

"No...boy, mommy baik – baik saja. Mungkin hanya agak capek" jelas Anastasya kepada anaknya " oh hey...mommy kan dokter, tentu mommy tahu kalau mommy sakit boy..." gurau Anastasya dengan mencubit kecil hidung Daniel yang langsung tertawa mendapat perlakukan itu. Mikhael hanya geleng – geleng melihat kemesraan anak dan isterinya itu. Seketika langsung merapatkan pelukan pada bahu Anastasya dan mengecup singkat puncak kepala isterinya sambil terus berjalan. Memang kalau dilihat mereka seperti pasangan suami isteri dengan anak yang sangat bahagia.

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang