BAB 20

9.2K 334 6
                                    

"Hey...apa yang perlu dimalukan, sudah halal pun untuk aku lihat semua yang ada pada Tasya itu. Bahkan lebih dari itu pun halal untuk aku lakukan" kata Mikhael menahan senyum sambil keluar dari kamar mandi. Anastasya geram dengan perkataan suaminya itu dan dengan kencang ditutupnya pintu itu.

"Sya..jangan lama – lama ya, masuk angin nanti" terdengar suara Mikhael dari luar. Masih didengarnya suara tawa Mikhael diluar. Anastasya segera mandi dibawah pancuran, sudah tidak sanggup lagi untuk menghabiskan waktu berendam malam ini gara – gara kelamaan dengan kancing.

Tidak lama kemudian dengan segan dan rasa malu Anastasya keluar dari kamar mandi dengan baju tidur lengan panjang dan rambut yang dililit dengan handuk karena rambutnya masih basah. Melihat Anastasya sudah keluar dari kamar mandi, Mikhael segera menuju kamar mandi. Waktu berpapasan Anastasya menunduk sedangkan Mikhael tersenyum sangat suka dengan haruman shampoo dan sabun yang dipakai Anastasya, aroma yang sangat menenangkan.

"Aku mandi dulu, kalau kamu capek langsung tidur saja" kata Mikhael sambil berlalu ke kamar mandi.

Setelah memakai lotion dan krim malam seperti biasanya, Anastasya duduk di sofa panjang sambil meluruskan kaki melihat acara televisi. Setelah mencari – cari acara yang sesuai diletakkannya remote tv kemudian diangkatnya kedua kakinya dan ditumpukan pada pinggiran sofa untuk menghilangkan lelah dan sedikit memijat kakinya.

Mikhael keluar kamar mandi dan pandangannya tertumpu pada Anastasya kemudian mengerutkan kening sambil berjalan mendekati Anastasya.

"Kenapa belum tidur..." tanya Mikhael mengagetkan kegiatan Anastasya.

" Mmmm rambutku masih agak lembab, tunggu kering dulu" jawab Anastasya seadanya.

"Lha itu kaki kenapa, perlu aku pijitkan?" tanya Mikhael penuh selidik.

"gak...gak usah, Cuma capek dikit aja...bentar lagi juga hilang"jawab Anastasya sambil memalingkan wajahnya kearah Mikhael. Akan tetapi belum sampai sepenuhnya menoleh Anastasya sudah cepat – cepat melayangkan pandangannya kembali ke arah layar televisi.

"Kenapa Sya..." Tanya Mikhael bingung dengan sikap Anastasya.

"Mmmm bisa gak kalau keluar kamar mandi itu pakai baju yang lengkap" jawab Anastasya pelan, seketika tawa Mikhael meledak.

"Sya...sya...kan gak ada salahnya kalau di depan isteri sendiri, kamu juga suka kan lihat badanku yang macho ini" seloroh Mikhael sambil membuka lemari pakaian, setelah ketemu diambilnya kaos oblong dan celana pendek untuk disarungkan di tubuhnya. Memang Anastasya mengakui sangat tertarik untuk melihat badan Mikhael yang pasti menjadi pujaan banyak wanita itu. Tapi tidak mungkinlah dia nampakka di depan Mikhael.

Tidak lama kemudian Mikhael datang dengan dua cangkir cokelat panas, Anastasya heran, kapan pula ada pelayan masuk ke kamar. Walau heran tetap juga diterimanya minuman yang disodorkan Mikhael. Ini namanya sudah terbalik, harusnya isteri yang membuatkan minuman suami. Haaaaiiss kalau sampai ibu tahu bisa setengah hari dia dapat ceramahan gratis. Baru tadi selesai acara dikasih wejangan oleh ibu, sekaang sudah teralik pula keadaan.

"terima kasih....mmmm darimana dapat coklat panas, perasaan tidak ada siapa – siapa masuk kamar ini dari tadi" tanya Anastasya sambil menyeruput coklat panas itu.

"kembali kasih...Tasya lupa kalau ini adalah penthouse pribadi? Segala keperluanku semua sudah tersedia disini, karena terkadang kalau pas ada kerjaan di sini aku akan stay disini" jelas Mikhael. Anastasya hanya mengangguk – angguk mengerti.

"Sudah cepat habiskan minumnya, cepat istirahata" kata Mikhael sambil meletakkan cangkir bekas di pantry, kemudian malangkah ke tempat tidur. Dibukanya selimut dan direbahkannya tubuhnya, aaahh terasa lega sekali ketika badan sudah menempel enak di kasur.

Agak lama kemudian dilihatnya Anastasya masih berada di posisinya semula. Nih anak tidak ngantuk apa...batinnya.

"Sya...kamu mau tidur disitu" tanya Mikhael. Tidak ada jawaban keluar dari Anastasya. Agak lama Anastasya berfikir.

"Memang kamu tidak apa – apa aku tidur di sebelah kamu?" tanya Anastasya, iyalah dia kan tahu kalau Mikhael pasti belum bisa menerima semua keadaan ini seperti dirinya.

"Tasya sayang....tidak mau kah tidur disebelah suami mu" kata Mikhael lebut. Sengaja Mikhael gatal ingin memanggil dengan kata sayang...Nah benar kan begitu dipanggil sayang langsung menolehkan kepalanya dengan muka blur...apa ini pakai sayang – sayang, memang aku Daniel...jerit hati Anastasya.

"Sya...sini..." kata Mikhael sambil menepuk kasur disebelahnya.

"Mmmm sebentar lagi, rambut masih sedikit lagi ini kering" jawab Anastasya.

"haaalahhh susah – susah hairdryer kan ada" cadang Mikhael mulai gemas dengan sikap Anastasya, sudah lewat tengah malam pun masih mikirin rambut yang masih lembab.

"aku jarang pakai itu, bikin rambut cepat rusak" jawab Anastasya sambil mata masih menatap ke layar televisi.

"Susah apanya...suami kamu kan banyak uang dan tidak akan habis kalau hanya untuk perawatan rambut di salon" kata Mikhael. Memanglah suaminya punya banyak duit untuk dipakai ke salon, tapi berangkat ke salonnya itu yang males kalau sering – sering.

"Sya...sudahlah sini cepat tidur. Sudahlah tuh...lembab pun tak masalah juga dipakai buat tidur, yang penting badan itu cepat istirahatkan cepat hilang capeknya" kata Mikhael gemas. Anastasya baru mau menjawab tapi cepat – cepat dipotong Mikhael "melawan cakap suami berdosa...Tasya tahu apa akibatnya dari dosa?"

Anastasya menghela nafas mendengar hardikan Mikhael, sudah pula pakai kuasa veto mengatasnamakan suami. Dengan berat Anastasya mematikan televisi dan melangkah menuju tempat tidur mengikuti arahan suami, Mikhael tersenyum melihatnya, senang karena isterinya masih mau mendengarkan kata - katanya. Disibakkan selimut dan dia baringkan badannya. Setelah badannya terbungkus dengan selimut, Anastasya memiringkan tubuhnya.

"Anastasya...." kata lembut Mikhael. Anastasya hanya diam pura – pura tidur.

"Anastasya isteriku...tidak baik tahu tidur membelakangi suami" kata Mikhael sekali lagi, dia memang tahu isterinya itu masih belum bisa menerima dia sepenuhnya. Akan tetapi sebisa mungkin mengingatkan apabila isterinya berbuat sesuatu yang menyimpang.

Anastasya dengan kasar mendengus, "aaaargg yalah...yalah..." katanya kasar sambil merentangkan tubuhnya agar tidak membelakangi suaminya. Sejak kapan suaminya seorang ini bisa menjadi ustad tidak bergaji ini.

Mikhael makin senyum lebar melihat gelagat isterinya itu. Tidak tahu kanapa malam ini dia begitu ingin sekali banyak ngobrol dengan isterinya itu, padahal kemarin – kemarin selalu bicara seperlunya saja.

"Tasya tidak usah khawatir aku ngapa - ngapain, aku akan menunggu sampai Tasya siap melakukannya. Kita cukup tidur saja malam ini" kata Mikhael.

"mmmmm" jawab Anastasya hanya berguman dengan mata masih terpejam. Entah mendengarkan entah tidak, pikir Mikhael sambil tidak henti – henti tersenyum.

Diliriknya isterinya itu sudah bernafas dengan teratur yang menandakan dia sudah tidur, sah....apa yang dibicarakan terakhir tadi tidak didengar oleh isterinya itu.... sangat lelah sekali agaknya. Mikahel maraih remote AC untuk menaikkan sedikit suhu udara diruangan itu dan dimatikannya lampu kamar. Dibenarkannya selimut isterinya, dirapikannya anak rambut yang menutupi kening Anastasya dengan tangannya dan kemudian kecup perlahan kening isterinya itu. Good night my wife...sweet dream...katanya dan kemudian menyusul Anastasya untuk tidur.

******

TBC

huuufft 3 bab sekaligus malam ini, walaupun pendek - pendek sih. 

vomentnya jangan lupa ya... :)



SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang