BAB 42

9.8K 267 10
                                    

Sejak Anastasya menerima kiriman foto mesra suaminya demgan wanita lain, hari - hari Anastasya dilalui seperti kehilangan semangat. Didepan ibunya waktu mau pulang dari menginap disana berpura - pura baik, tidak mau kalau sampai ibunya mencium masalah mereka. Sedangkan Mikhael dengan sikapnya yang santai, seolah tidak ada apa - apa hal yang mengganggu hubungan mereka. Dengan sikapnya yang mesra dan masih melakukan kejahilan - kejahilan dia.

Entahlah Anastasya sendiri walaupun mempercayai suaminya, masih ada rasa tidak rela apabila benar suaminya bermain di belakangnya. Apapun yang dilakukan Mikhael terhadap dirinya kelihatannya tidak dapat menumbuhkan rasa benci di hatinya. Seperti saat ini baru ditinggal selama dua hari rasanya sudah merindukan sosok suaminya itu. Kemarin siang pun saat mau berangkat ke Lombok Mikhael bersikap tidak ada apa - apa, selalu bilang semuanya akan baik - baik saja. Tidak usah dipikirkan.

Anastasya masih bersyukur ada Daniel yang paling tidak bisa menghilangkan rasa bimbangnya kepada Mikhael. Seperti sore ini, Anastasya mengawasi anaknya di beranda samping yang sedang bermain di taman. Dari tadi terlalu gembira bermain di taman mengejar kupu - kupu yang memang sengaja dibuat taman yang banyak menumbuhkan bunga. Anastasya sengaja pulang cepat hari ini disamping mau menemani anaknya bermain juga kerena susah fokus untuk bekerja hari ini.

"Mommy...." teriak Daniel menghempaskan tubuhnya di kaki Anastasya, mengagetkannya yang sedang membaca majalah kesehatan di beranda. Ditutupnya majalah di tangan dan diletakannya di meja samping. Diraihnya kedua pipi Daniel dan dikecupnya sayang.

"Ada apa sayang?" tanya Anastasya lembut sambil mengusap rambut halus anaknya.

"Mau main cama Mommy." balas Daniel dengan puppy eyes yang menggemaskan. Anastasya tersenyum.

"Baiklah, mau main apa sayang?" tanya Anastasya.

"Cepeda, main dicitu mommy...." jawab Daniel sambil menunjuk tengah taman yang ditumbuhi rumput tertata rapi. Anastasya melihat jam di tangan kanannya menunjukkan pukul 5 sore kemudian mengangguk setuju untuk memberi waktu Daniel melanjutkan bermainnya.

"Kak Siti....tolong ambilkan sepeda El ya di garasi." perintah Anastasya kepada pengasuh Daniel yang duduk di gazebo taman. Daniel tersenyum ceria dengan memamerkan giginya yang rapi.

Tidak lama kemudian Siti datang dengan membawa sepeda roda tiga Daniel yang disambut gembira pemiliknya.

"Sepedaannya bentar aja ya sayang, sudah mau magrib." kata Anastasya sambil mendorong pelan sepeda. Daniel mengangguk semangat. Dengan susah Payah Daniel mulai mengayuh sepedanya. Setelah dirasa sudah bisa menjaga keseimbangan, Anastasya hanya memperhatikan Daniel di tengah taman yang mulai mengelilingi taman yang berumput itu.

Anastasya mengamati Daniel dengan pikiran yang masih penuh dengan Mikhael. Mengingat awal pertemuan mereka, masa mereka menikah dan sampai dengan saat ini. Jika pada awalnya dia merasa dengan ikhlas menerima perjodohan ini karena menyayangi Daniel sejak pertama kali bertemu. Tetapi dengan berjalannya waktu kebersamaan mereka, Anastasya mulai menerima keberadaan Mikhael. Lebih dari itu mungkin saat ini dia sudah jatuh hati dengan suaminya itu. Memang pernikahan mereka tidak seperti pasangan lain yang diawali dengan cinta, tetapi suatu ikatan yang sudah terjadi dan janji dengan Allah yang dibuat bukanlah sesuatu yang boleh dipermainkan. Untuk itu Anastasya bertekad hanya sekali menjalani pernikahan di dalam hidupnya. Sampai saat inipun mereka belum ada rencana honeymoon, tetapi itu bukan sesuatu yang penting karena memang Anastasya tidak tega meninggalkan Daniel yang belum bisa jauh darinya. Dengan melakukan banyak hal bersama juga sudah merupakan kebahagiaan baginya.

Brruughhh

"Mommy....." Anastasya tersadar dari lamunannya begitu Daniel memeluk dari belakang dia yang sedang duduk di tengah taman. Tadinya mengamati Daniel main sepeda tapi entah sudah berapa lama dia hilang dengan pikirannya sendiri. Dengan bertalu - talu Daniel menciumi pipi Anastasya yang membuat dia tersenyum bahagia. Ya dengan melihat Daniel gembira sudah membuat dia bahagia.

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang