Cukup lama neninggalkan pekerjaan membuat pekerjaan sangat menumpuk. Banyak berkas yang harus segera di cek dan juga membutuhkan persetujuan darinya sebagai pemimpin perusahaan. Belum lagi perusahaannya yang ada di Singapura menuntut dia harus meluangkan waktu ekstra sekedar untuk memantau perkembangannya. Sejak ketiadaan kakaknya mau tidak mau dialah yang melanjutkan bisnis keluarganya, karena tinggal dialah anak laki – laki dalam keluarganya. Mau mengharapkan bantun Clara jelas tidak mungkin untuk saat ini, karena adiknya itu masih menuntut ilmu dan juga kelihatan tidak tertarik dengan dunia bisnis.
Mikhael menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kebesarannya dengan sedikit memijit pelipis kepalanya hanya sekedar untuk menghilangkan lelah.
Ditolehkan kepalanya ke dinding untuk melihat jam yang tergantung disana, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, tidak sadar bahwa dia sudah melewatkan jam makan siangnya. Mengingat jam makan siang seketika dia terlintas wajah Daniel, sudah makankah anaknya itu, sedang apakah dia. Memikirkan itu seketika ada rasa rindu dengan tingkah laku anaknya itu.
Diambilnya iphone yang tergeletak diatas meja, dicarinya kontak mama Aminah.
Tut...tut...
"Hallo Ma..." sapa Mikhael begitu suara telpon tersambung dengan mamanya.
"Hallo Mikha, ada apa telpon mama nih?" tanya Aminah, sebenarnya dia sudah tahu kalau anaknya ini siang – siang telpon tidak lain hanya untuk mendapatkan laporan kegiatan Daniel hari ini.
"Lagi ngapain ma?" pertanyaan Aminah dikembalikan lagi dengan sebuah pertanyaan.
"Nih...mama lagi di jalan mau arisan di rumah tante Lisa di antar pak Burhan, Mikha lupa ya kan tadi pagi mama pesan sama Mikhael mau pinjam pak Burhan buat antar mama arisan" jawab Aminah panjang lebar.
Mikhael mengingat dan kemudian segera dia berdiri dari kursinya, berjalan menuju jendela yang ada di belakangnya. Pandangannya mengarah keluar memperhatikan aktifitas anak buahnya dan juga keramaian kota dari kantornya di lantai 8.
"Mmmm iya ma, Mikha lupa. Daniel ikut mama? Mikha mau bicara sama El ma" pinta Mikhael, karena sudah jadi kebiasaan kalau mamanya pergi arisan Daniel akan dibawa ikut serta bersama dengan pengasuhnya, atau kalau tidak memungkinkan pasti akan diantar ke kantor dia. Entah kenapa Daniel tidak mau di tinggal dirumah hanya bersama dengan pengasuhnya.
"El tidak ikut sama mama, mana mau dia ikut sama mama sekarang ini" jawab Aminah sekenanya, sudah pasti Daniel akan lebih memilih ikut Anastasya daripada ikut dia. Aminah tanpa sadar tersenyum bahagia mengingat kedekatan antara menantunya dengan cucunya itu. Dia tidak menyangka kalau menantunya itu akan sangat mudah menerima Daniel dan sebaliknya Daniel juga langsung menganggap Anastasya sebagai mommy-nya.
"Lha terus El sama siapa ma, tumben mau ditinggal dirumah sama Bi Siti" tanya Mikhael penasaran.
"Mikha...ya sudah tentulah El sama mommy-nya, coba Mikha telpon Anastasya kalau mau bicara sama El" kata Aminah yang seketika membuat Mikhael ingat sesuatu.
"Ah ya Allah ma, Mikha lupa....okey deh ma Mikha telpon Tasya dulu" kata Mikhael kemudian.
"Dasar anak ini, sama isteri sendiri sampai lupa" kata Aminah mendengus.
"Oh ya, ini Mikha sudah makan siang tadi? Walaupun sibuk kerja, tetap usahakan untuk makan, jangan sampai terkena penyakit gara – gara skip makan Mikha" nasehat Aminah kepada anaknya itu, karena dia sudah sangat hafal benar dengar kelaan anaknya itu. Tidak bosan – bosannya setiap siang jam makan dia selalu mengingatkan anaknya untuk makan, karena anaknya itu sangat gila kerja sampai tidak ingat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS KASIH
RomansaTerkadang orang tua yang sangat menyayangi dan mencintai anaknya, tidak akan pernah berfikiran mengecewakan anaknya dengan memaksakan keinginan. Tetapi lain yang dirasakan Anastasya, yang harus merasakan kekecewaan meninggalkan orang yang dicintainy...