BAB 53

6.8K 137 30
                                    

"Saya dapat informasi kalau hari ini Tuan Mikhael pergi ke Sidney, Australia."

Dengan satu tangan memegang ponsel dan satu tangan menyeret koper, Rachel serius mendengarkan suara di seberang ponselnya.

"Wait, Sydney?" ujar Rachel meyakinkan sekali lagi pendengarannya.

"Ya Nona Rachel, baru saja salah satu orang kepercayaan memberi informasi kepada saya. Tuan Mikhael harus menyelesaikan urusan bisnis di sana." Tegas suara dari seberang yang merupakan salah satu suruhan Rachel, yang biasa dipanggil Joe.

"Sendirian?"

"Tidak Nona, Tuan Mikhael pergi bersama dengan anaknya dan salah satu rekannya laki – laki."

"Isterinya?"

"Berdasarkan informasi yang saya dapat, isterinya tidak menyertainya Nona."

Rachel menyunggingkan senyum lebarnya mendengar informasi tersebut.

"Jam berapa penerbangannya?"

"Jam 4 sore ini."

Rachel mengangkat pergelangan tangan kirinya untuk melihat arloji di tangannya yang menunjukkan pukul 2 sore.

"Okey, please selalu suruh anak buah pantau keberadaan mereka. Dimana mereka akan tinggal saat di Australia, dan apa yang mereka akan lakukan."

Rachel menutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya dan kemudian mencari nomor kontak PA-nya.

"Peter, please you carikan saya tiket penerbangan ke Sydney paling cepat dari saat ini." Perintah Rachel yang tentu saja membuat Pater terkaget.

"Dan untuk siapa tiket tersebut?" terdengar suara di seberang.

"Buat aku."

"Hey...mana bisa you pergi sana? You sesuai schedule harusnya besok sudah ada di Bali."

"Please cancel, ada kerjaan lebih penting. Mikhael pergi ke sana hari ini Peter dan tanpa isteri. Dan kamu tahu, aku harus secepatnya menyusul." Jawab Rachel tanpa acuh dengan kekagetan Peter.

"Oh God!!! Mikhael...Mikhael..." terdengar tarikan nafas panjang Peter. "You know what .... you mesti pemotretan di Bali ... untuk promosi iklan you yang sebentar lagi akan diluncurkan ..." jawab Peter dengan nada dan perkataan yang penuh dengan penekanan.

"Cepat carikan tiketnya Peter." Tegas Rachel dengan geram.

"Tapi bagaimana dengan kontrak kerja yang sudah disepakati. Kita akan dapat komplain keras." Keluh Peter, dia paling malas dan paling geram kalau artis yang dipegangnya sudah berulah. Hal ini pasti selalu terkait dengan pengusaha sukses itu, siapa lagi kalau bukan Mikhael.

"Aku tidak mau tahu Pater, itu urusanmu. Yang aku mau dalam waktu 15 menit you harus sudah bisa mengirimkan tiket ke aku. Aku tunggu. ASAP!!!" bentak Rachel dan langsung mematikan ponselnya.

Senyuman dan seringaian tercipta dari bibir tipisnya yang diberi warna merah menyala tersebut. Terkesan sangat sensual dan menggoda dengan pesona yang dimilikinya.

Mikhael pergi ke luar negeri tanpa didampingi sang isteri, ini adalah kesempatan bagus dan dia harus berhasil menyusun rencana secepatnya. Dia sudah tidak sabar. Kalau dia sudah sampai bersusah payah dan banyak usaha yang dilakukan untuk mendapatkan hati Mikhael kembali dan sampai sekarang belum berhasil. Maka seorang Anastasya juga tidak boleh dengan semudah itu mendapatkan Mikhael.

Dan saat ini dia yang baru saja melangkah keluar bandara dari penerbangannya asal Singapura menunggu kiriman tiket dari Peter dan langsung melanjutkan penerbangan ke Sidney. Hal ini bagi banyak orang merupakan tindakan dan perbuatan konyol, tapi tidak bagi Rachel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang