BAB 8

4.6K 205 2
                                    

Jam menunjukkan pukul 06.00 di kamar itu tetapi Mikhael sudah rapi memakai kaos berkerah lengan pendek warna putih dan celana jeans, diambilnya jam tangan merk rolex dari dalam laci yang khusus menyimpan berbagai koleksi jam tangannya dan kemudian dipakainya jam tangan itu.

Setelah melihat ke arah kaca cermin untuk memastikan penampilannya Mikhael melangkah keluar kamar bersiap untuk pergi ke bandara Sukarno Hatta. Mikhael menghampiri pintu kamar Daniel yang berada persis di samping kamarnya itu, dibukanya pintu kamar dan dilihat anaknya itu masih nyenyak tidur. Didekati tempat tidur anaknya dan diamatinya wajah anak kesayanganya itu. Ada perasaan tidak tega untuk meninggalkan Daniel di rumah tanpa dia, dulu sebelum ada Daniel tidak pernah ada rasa yang memberatkan untuk berangkat ketika harus outstation dalam waktu lama.

Dirapikannya rambut Daniel yang menutupi keningnya itu, kemudian dikecup perlahan, "baik – baik di rumah ya sayang....daddy pergi dulu" kata Mikhael dalam hati. Kemudian dia berdiri dan melangkah meninggalkan kamar anaknya itu.

Mikhael menuruni tangga dengan membawa tas pakaian dan tas kerjanya, "Sudah siap mau berangkat Mikha" kata Aminah yang sudah berada di ujung bawah tangga.

" Ha ah ma...ini mau berangkat. Mikha mau suruh pak Burhan antar ke bandara" jawab Mikhael makin mendekat ke mamanya.

"Sarapan dulu, nanti kalau sampai lokasi langsung kerja repot gak sempat makan" kata Aminah mengingatkan, karena dia sudah sangat hafal dengan kebiasaan anaknya apabila outstation.

Mikhael mengikuti Aminah menuju ke meja makan dan menyandarkannya di salah satu kursi. Dilihat Aminah sudah menyiapkan teh hangat dan roti yang sudah disapu dengan selai strowberry.

"Mmmm Mikha, Daniel sudah tahu belum kalau kamu mau pergi lama ini" tanya Aminah sambil menemani anaknya sarapan dan duduk di sebelah Mikhael.

"tidak tahu lagi ma, Mikha sengaja tidak kasih tahu. Kalau tahu nanti dijamin pasti tidak akan mengijinkan" jawab Mikhael sambil menghela nafas "itulah yang sebenarnya Mikha pikirkan ma, kalau bisa rasanya ingin Mikha bawa aja Daniel ikut outstation".

Aminah mengelus sayang tangan kiri anaknya itu, tahu apa yang ada dipikiran Mikhael.

"semoga saja nanti tidak meraung – raung begitu tahu kamu tidak ada di rumah selama 5 hari" kata Aminah.

"aaahhhh susah apanya....kalau nangis tinggal panggilkan Tasya saja suruh kesini, atau mama yang antar Daniel ke rumah Tasya" suara Aminah seketika lega seperti mendapatkan suatu ide baru. Mikhael hampir tersedak mendengarnya.

"Janganlah mama menyusahkan Tasya, dia kan juga kerja dan perlu istirahat ma..." jawab Mikhael melarang mamanya itu. Karena dia merasa tidak enak apabila belumpun jadi isterinya tapi sudah banyak menyusahkan Tasya untuk menjaga Daniel.

Jangan sampai Anastasya undur diri dari pernikahan gara – gara direpotkan menjaga Daniel sudah..batin Mikhael.

"mmmm....iyalah. kita lihatlah gimana nanti" jawab Aminah pasrah. Mikhael sudah selesai sarapan dan bersiap meninggalkan ruang makan setelah meneguk sisa teh yang ada di gelasnya.

"Baiklah ma, Mikha berangkat dulu. Nanti sampaikan sama papa ada apa – apa di kantor langsung kasih tahu Mikha aja" kata Mikhael sambil mencium tangan kanan Aminah untuk berpamitan.

"Iyalah, papa belum bangun. Tadi malam kurang sehat dan tidur lewat malam, itu yang mama belum bangunkan itu. Biar istirahat lebih banyak, masuk pejabat telat pun tak apalah sekali – sekali" jawab Aminah dengan wajah risau "kamu hati – hati disana, sampai sana saja langsung call mama....oh ya dan cepat selesaikan urusan disana, kamu itu juga harus mempersiapkan diri untuk hari pernikahan itu"

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang