BAB 43

9.3K 276 11
                                    

Hari sabtu yang cerah membuat Anastasya semangat untuk beraktifitas dibandingkan dengan hari kemarin. Bukan karena hari ini dia libur dan bisa bermain sepuasnya dengan anaknya. Tetapi lebih disebabkan hari ini Mikhael akan pulang. Suaminya itu sudah mengabarkan kalau dia ikut jadwal penerbangan dari Bali siang ini bersama dengan ayahnya. Sedangkan mama dan papa mertua Anastasya nanti malam baru sampai di Jakarta dari Malaysia.

Bahkan dari pagi tadi Daniel sudah heboh kegirangan karena tahu kalau nanti siang dia dan Anastasya akan menjemput Mikhael di bandara. Itu artinya akan ada kesempatan bagi Daniel bisa lihat pesawat terbang. Tidak tahu kenapa Daniel memang sangat suka kalau diajak ke bandara, mungkin suatu saat nanti dia tertarik untuk menjadi pilot.

Pagi ini Anastasya menyuapi sarapan pagi Daniel di beranda samping dimana Daniel makan sambil main ikan yang ada di kolam kecil. Memang itulah kegiatan makan Daniel kalau Mikhael dan Aminah tidak dirumah, tidak mau makan di meja makan. Mungkin merasa sepi kalau makan bersama hanya dua orang.

"Lihat aja ya sayang jangan pegang - pegang. Nanti tangannya kotor, nanti aja selesai makan baru boleh pegang." tegur Anastasya saat Daniel akan memasukkan tangannya dalam kolam. Daniel mengangguk paham dengan mulut yang penuh makanan.

"Nanti core lenang cama Daddy ya Mommy." kata Daniel mendekati Anastasya untuk menerima suapan.

"Boleh, tapi nanti harus tanya sama Daddy dulu ya. Kalau Daddy capek kita renangnya besok pagi aja." jawab Anastasya mengusap lembut kepala Daniel.

Daniel mengutak atik iPad miliknya yang selama ini untuk mainan. Walau begitu Daniel sudah terbiasa menerima panggilan telpon atau video call. Anak sekarang kan belajarnya sangat cepat dibanding jaman kita dulu kalau terkait teknologi.

"Hallo, Daddy?" suara Daniel membuat Anastasya mengernyitkan keningnya. Ternyata utak atil iPad tadi itu mau telpon Mikhael. Di iPad itu hanya bisa menghubungi Mikhael, Anastasya dan mertuanya saja. Sengaja dibuat begitu biar Daniel bisa menghubungi dengan cara mencari foto yang dipasang di setiap nama.

"Daddy capek?" terdengar kembali suara Daniel.

...........

"Nanti lenang ya Dad..." pinta Daniel. Anastasya menggelengkan kepalanya. Anak jaman sekarang tindakannya selangkah lebih maju dari kita. Anastasya sudah bisa menebak arah pembicaraan tersebut.

..........

Daniel menggukkan kepalanya seperti Mikhael tahu saja apa yang dilakukan anaknya itu.

"Hoyeee....El mau ikut jemput Daddy!" teriak Daniel di talian.

..........

"El cama Mommy.......makan nasi kuning Daddy."

"..............."

Anastasya masih memperhatikan tingkah Daniel yang mengemaskan itu sampai dengan Daniel mengulurkan iPad padanya.

"Iya By....sudah disiapkan semua barangnya?" Tanya Anastasya begitu mendengar sapaan suaminya.

"Sudah siap semua, tinggal tunggu ayah masih ada keperluan sedikit sama pengurus resort disini." jelas Mikhael.

"Iya deh, nanti Tasya berangkat jam 11an deh." beritahu Anastasya.

"Wife...."

"Tidak By...Tasya sama El mau jemput Hubby dan Ayah juga." potong Anastasya dengan nada sedikit merajuk. Anastasya sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu, karena tadi malam juga begitu. Tidak usah menjemput di bandara, di rumah saja.

"Okey...okey....boleh, tapi jangan bawa mobil sendiri. Minta tolong saja dianterin sama Pak Burhan." putus Mikhael. Anastasya menghela nafas berat. Kenapa sih mesti begitu. Mikhael selalu tahu apa yang mau direncanakan. Anastasya hanya ingin pergi menjemput suami bawa mobil sendiri, sekali - sekali dia juga ingin mengedarai mobil yang memang sudah agak jarang dilakukan sejak menikah. Ada aja alasan yang dipakai Mikhael, yang Tasya sering pulang kerja kadang malam lah, yang takut nanti nyetir pulang kerjanya ngantuknlah, punya sopir harus dimanfaatkan. Begitu yang selalu suaminya bilang. Padahal kan asyik kalau bisa pergi berdua saja sama El, pastinya Daniel mesri harus duduk di car seat khusus untuk anak - anak. Anastasya menghembuskan nafas keatas menyadari memang anaknya itu selalu susah disuruh duduk di kursi miliknya itu, maunya pasti duduk dekat - mommynya atau malah minta di pangku. Tapi Anastasya pun senang memperlakukan anaknya seperti itu. Senyum bahagia tercetak jelas di bibirnya.

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang