BAB 24

8.2K 239 2
                                    


Pagi itu di salah satu perumahan elit di kawasan Jakata, pandangan seorang wanita dengan sedikit nyalang tertuju pada sebuah majalah hiburan terkenal yang saat ini berada ditangannya. Dia baru saja menerima majalah edisi tersebut dari asistennya, baru tadi malam dia menginjakkan kaki di Jakarta setelah beberapa hari mengikuti pemotretan di Singapura.

Pandangannya sangat tajam tertuju pada sampul majalah tersebut dimana sepasang pengantin sedang tersenyum bahagia. Dalam foto tersebut pasangan tersebut kelihatan sangat bahagia, sang pria sangat tampan dengan pakaiannya sedangkan sang wanita kelihatan cantik dan anggun dalam balutan baju pengantin yang dipakainya. Dia sangat kenal sekali dengan laki – laki yang ada di sampul majalah tersebut.

Dadanya bergemuruh melihat foto tersebut, hatinya sangat panas mengetahui pria yang selama ini diincarnya telah menikah. Tanpa disadarinya majalah tersebut diremasnya dengan hati geram.

"Lihat saja Mikhael, kamu sudah berani menolakku" desisnya sambil mencampakkan majalah tersebut dengan keras.

"Jangan panggil aku Rachel kalau aku tidak bisa menghancurkan rumah tanggamu, kau akan tetap menjadi milikku Mikhael" ucapnya dengan seringaian jahat.

Ceklek...

Terdengar suara pintu rumah terbuka dan muncul dari balik pintu seorang laki – laki yang menjadi asistennya selama ini. Rachel memandang asistennya tersebut dengan pandangan yang tajam.

"oohh hey...aku baru saja membeli makan siang untuk kita" kata Peter yang merupakan sang asisten sambil mengangkat bungkus makanan yang ada di kedua tangannya itu.

"Buang saja makanan itu, aku tidak lapar" kata Rachel terus menghempaskan diri ke sofa yang ada di belakangnya.

"ooo...oooo...ada apa sang putri, kau bilang tadi tidak lapar?" celetuk Peter dengan pandangan mendelik "bahkan dari tadi malam kau datang sampai sekarang aku lihat kau tidak ada makan sedikitpun"

"Peter...kau tahu kalau Mikhael melakukan pernikahan minggu kemarin?" tanya Rachel masih dengan hati yang panas. Peter tidak segera menjawab pertanyaan tersebut, justru dengan tenang melangkah menuju ke dapur untuk mempersiapkan makanan yang sudah dibeli tadi.

"Hey Pet...kau dengar kan aku tanya tadi" teriak Rachel dari ruang tamu, dan tetap tidak ada jawaban dari sang asisten sehingga dengan langkah memburu Rachel melangkah menuju ke dapur.

"Mmmm...aku juga baru tahu waktu majalah itu terbit, kau tahu sendiri kan kita sama – sama sibuk pada saat pemotretan di Singapura" jawab Peter.

"Rachel...memangnya kenapa kalau Mikhael menikah?" tanya Peter sambil membuka bungkus makanan. "Setahuku selama ini kan Mikhael sudah terang – terangan menolakmu".

Rachel menggeleng – gelengkan kepalanya dan kemudian menarik rambut ke belakang dengan frustasi.

"Tidak...tidak...Mikhael tidak boleh menjadi milik orang lain Peter" kata Rachel dengan lantang.

"Cobalah terima kenyataan, toh kenyataannya saat ini laki – laki pujanmu itu sudah menjadi milik orang lain" kata Peter kurang semangat. Tapi darah Rachel makin mendidih di hatinya mendengar perkataan Peter tersebut.

" Tidak Peter, Mikhael harus jadi milikku" kata Rachel sambil berlalu menuju tangga kearah kamar lantai dua.

"Terus apa yang mau kau lakukan Rachel, sekarang ini mereka sudah menikah" teriak Peter tetap dari ruang makan, tidak habis pikir dengan majikannya yang sangat berambisi itu " biarkan mereka hidup bahagia dengan rumah tangga barunya Rachel".

"Aku akan membuat mereka berpisah Peter, kau lihat saja apa yang akan aku lakukan" jawab Rachel dan tidak lama kemudian terdengar bunyi pintu dibanting, diserakkan semua benda yang ada di dalam kamarnya.

Sudah dua tahun dia mengejar – ngejar Mikhael untuk mendapatkan cinta dan perhatian pria tersebut. Dia sudah sampai merendahkan egonya sebagai model terkenal hanya untuk bisa diterima oleh Mikhael. Akan tetapi usahanya selama ini masih saja belum membuahkan hasil, ditambah dengan kehadiran anak kecil bersama Mikhael membuat usahanya semakin sulit.

Dari awal pertemuan mereka, dia sudah langsung tertarik pada Mikhael. Saat itu waktu ada acara gala dinner untuk merayakan keberhasilan kerjasama perusahaan keluarga Mikhael dengan perusahaan orang tuanya di Singapura menjadi awal pertemuan mereka. Jadi Rachel sudah mengenal sosok Mikhael pada saat Mikhael belum berada di Indonesia. Usahanya semakin gencar dilakukan setelah mengetahui Mikhael kembali ke Indonesia untuk membantu Papa-nya menghandle perusahaan di Indonesia setelah ketiadaan kakak kandung Mikhael.

Ya memang sebagai seorang model yang terkenal, sampai sekarang pun Rachel tidak pernah kekurangan teman untuk kencan ataupun sekedar bersenang – senang. Akan tetapi pesona Mikhael mendapat tempat tersendiri di hati Rachel, Mikhael yang selalu pasang wajah datar dan tidak peduli semakin membuat dia tertarik.

"Anastasya, beraninya kau mengambil milikku" desis Rachel di dalam kamarnya dengan wajah yang siap menerkam mangsanya "dasar perempuan tak guna..aaaarrrggghhh" dengan kuat dihempaskannya semua barang yang tertata rapi di atas meja rias miliknya.

Peter yang dari tadi berusaha membuka pintu kamar Rachel semakin pusing dan bergidik ngeri dibuatnya setiap terdengar jeritan dan suara teriakan dari dalam kamar Rachel. Dia bukannya tidak tahu kalau majikannya itu bisa berbuat diluar akal sehat kalau sudah emosi.

******

T

B

C

SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang