128. SAJAK AINI: Kosong

79 2 0
                                    

Ai,
jendela membuka lagi hari ini sambil mengumandangkan lagu yang tetap dan selalu sama
tak henti-henti memanggil orang-orang paling sibuk: berlari dari pagi ke pagi mengejar mimpi
ibarat jarum detik melaju tanpa lelah menelusuri setiap sisi jam dinding--tak pernah mati
tak inginkah ia sejenak pulang ke sini?

Ai,
orang-orang tampak berlomba menadahkan hujan yang tak reda di luar sana
berebut saling sikut tanpa takut mengisi pundi-pundi untuk perut
dalam topeng tanpa malu berwana hitam, putih bahkan abu-abu
padahal segalanya semata kabut yang tak mampu menangguhkan maut

Ai,
lihatlah bumi dan langit menyatu dalam beton-beton menjulang menghujat padaNya
jalanan membelah awan hingga bulan bintang tak terlihat lagi di cakrawala
dan angin tak sanggup lagi membisikkan doa di jiwa-jiwa gersang
bukankah rumah adalah tempat kita selalu kembali pulang?

Ai,
akan selalu ada yang bernyanyi dari hati di sini karena yakin itu tak pernah pergi
karena rumah-rumah itu telah begitu kosong tanpa bisa diketuk lagi dan jendelanya kian menutup terkunci

Devania Pury, Desember 2015
Pertama kali ditulis: September 2014
Pernah diikutsertakan PEDAS Final Competition VI Katagori Galeri Puisi tema gambar jendela terbuka dengan latar belakang langit biru dan perkotaan juga lembaran uang yang beterbangan dan jam.

Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang