134. LUPA (2)

79 1 0
                                    

Aku lupa untuk sejenak

Pagi masih cerah bahkan lebih hangat dari biasanya. Embun begitu bahagia berayun di ujung dedaunan. Masih sama bening dan murninya.

Aku tak pernah ingat

Betapa nikmat secangkir teh juga roti yang tak kurasa lagi sejak aku minum kopi tiap pagi. Berapa banyak puisi yang ditulis setiap hari.

Tak pernah kulupa

Rindu yang meraja di dada pada wajahmu yang purnama. Menerangi malamku gulita. Juga luka-luka yang menganga paling bara siap menyala. Membakar kita dalam cinta.

Aku ingin lupa, Pujangga

Devania Pury, Desember 2015
Pertama kali ditulis: 29/8/14

Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang