63. SAJAK AINI: Takdir

94 1 0
                                    

Kau Barat dan aku Timur: berbeda arah
Bertemu di dermaga untuk berlayar menuju bahagia
Saling menatap dalam damba, berharap selamanya
Mengucap cinta dalam kesunyian dan dingin angin buritan
Tak pernah perahu bisa melaju di bawah dua nakhoda

Kulihat dirimu dalam destar dan udeng mengikat kepala
Bersamaku sembahyang memantrai cinta
Menerbangkan cita bagai asap dupa membumbung nirwana

Dirimu melihatku memakai mukena yang cantik rupanya
Kau jadi imam dan aku makmumnya
Katamu ada jiwa muslimah yang menanti hidayah

Namun, itu hanya ingin yang angin
Dan mengempaskan kita kembali dalam jarak kesadaran
Bayang impian yang tak akan pernah jadi nyata di masa datang

Aku bukan Aini, masih Divayani
Kau masih ber-Ilahi sedang aku Hyang Widi---hingga kini
Dan kita terus mencinta dalam hati
Saling memilinjalin sebagai puisi
Sampai nanti, saat segala titipan---cinta dan nyawa ini---kembali
Itulah alasan sepi lebih membahagiakan untukku sendiri

Devania Pury, Februari 2016
Pertama kali ditulis: 11/8/14
Pernah diikutsertakan Program Galeri Puisi PEDAS 070

Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang