kulihat malam masih hitam serupa manik matanya sejak hari itu
ia yang kehilangan sinar kehidupannya berwana biru
seperti laut yang mengombak di darahnya
saat matahari memeluknya dengan cintabiar kering terbakar, hatinya riang: benderang
malam tak pernah datang karena siang jadi lebih panjang
kini, matanya kian malam dan kelam
bulan mati bermukim di sana begitu lamaia bertanya mengapa belum purnama juga padahal rindunya makin dalam
tapi, tak ada kata yang sanggup menjawab gulananya
ia mulai letih melihat kegelapan yang panjang dan pekatapa yang dilakukan malam hingga membuat jiwaku terikat?
hanya angin dingin yang sepi berembus semilir
meninggalkannya sendirian bersama getir
tiba waktunya matahari kembali dan rembulan mulai memenuhi matanya
sepertiga purnama menunjukkan binar yang sempurnaapakah aku sanggup menanti hingga menyatu jadi gerhana?
setelah sekian lama malam kehilangan bulan yang pergi entah ke mana
sedang rindu belum tergenapi di dada
namun bulan mulai dicuri lagi dari matanyaDevania Pury, Februari 2016
Pertama kali ditulis: 5/11/14
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)
Poesía"Aku suka aroma tanah sehabis hujan. Anggap saja hujan adalah isi kepalaku dan tanah adalah tempatku menulis." Semacam kumpulan puisi Devania Pury--ya, jika bisa dibilang puisi. Baik puisi yang belum pernah dipublikasikan, diposting di beranda media...