Rahimku ini rahim suci yang kujaga hati-hati untuk suami. Anakku lahir dari rahim suci. Anakku pemimpin bangsa ini.
Rahimku ini rahim kotor. Tempat lelaki hidung belang buang nafsu binatangnya. Surga kata pelangganku.
Rahimku ini rahim tandus. Sebeku musim salju. Semua akan mati. Tak ada yang bisa hidup disana; anak yang tak kan pernah bisa ku lahirkan.
Rahimku ini rahim sewa, seperti rumah singgah sementara. Pot untuk tanaman. Tidak gratis. Ingat itu.
Rahimku ini rahim busuk. Seonggok daging yang berakhir di meja operasi. Setelah hilang pun akan tetap buatku mati; stadium akhir.
Rahimku dikoyak, dipluntir. Sakit melilit-lilit; berdarah. Tak kulihat lagi rahim itu. Setelah bergejolak sekian lama, perang ku dengan si rahim telah usai
Devania Pury, Februari 2016
Pertama kali ditulis: 30/09/13
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)
Poesía"Aku suka aroma tanah sehabis hujan. Anggap saja hujan adalah isi kepalaku dan tanah adalah tempatku menulis." Semacam kumpulan puisi Devania Pury--ya, jika bisa dibilang puisi. Baik puisi yang belum pernah dipublikasikan, diposting di beranda media...