Kau dulunya adalah gadis lugu
Rambutmu panjang hitam legam
Berhiaskan kamboja berkebaya putih
Menari dalam doa dan budaya
Di antara harum dan asap dupa yang membumbung ke nirwana
Aku sungguh terpesona melihatmu
Suci murni seperji sesaji dan gebogan yang menjulang tinggi
Namun tak pernah melebihi tinggi pohon kelapaKau berubah perlahan
Rambutmu mulai berwarna-warni seperti pelangi
Terkadang merah lalu biru lagi
Bedakmu semakin menebal saja, pakai merk luar negeri katamu
Tampilanmu makin seperti orang-orang itu: tak ada bedanya
Semuanya menjulang tinggi membelah langit: pohon kelapaku mati
Kau menerima apa saja dari mereka, tanpa kau pikir, yang terpenting uang terus mengalir
Kau jual dirimu!Waktu terlalu cepat berlalu
Bukan...,
Kau-lah yang cepat berubah
Mungkin menua
Yang tersisa hanya kegersangan beton dan aspal juga tembok tinggi yang ada di sana-sini
Wajahmu mulai mengkerut berkeriput seperti jalan-jalan yang tertutup: tak bisa maju tak bisa mundur lagi
Kau terjebak dalam kemacetan yang berkepanjangan: ini baru awalnya sajaPada akhirnya kau akan mati juga
Tak ada jasadmu yang akan diabenkan
Mayatmu itu kini sudah distempel: bukan milikmu lagi
Apa yang kau tinggalkan?
Hanya sebuah nama dengan banyak julukan
Bukan warisan: untuk meme bapamu yang renta
Hanya sebuah tempat merodi bagi adi-adimu bekerja siang malam di rumahnya sendiri kepada Tuan-Nyonya itu?Bagiku kau masih gadisku yang 'ku rindukan
Meskipun kini kau telah dihanyutkan arus lautan
Setelah kau mati nanti, hanya ada tangis dari meme bapamu yang tua renta terusir dari tanahnya
Adi-adimu akan menjerit karena tak bisa makan lagi: diambil orang-orang yang datang tanpa henti
Tuan-Nyonya itu telah pergi, menyisakan lintah-lintah
Mereka tak akan pernah datang lagi
Karena mereka juga sama sepertiku
Terpesona pada dirimu yang duluDevania Pury, Februari 2016
Pertama kali ditulis: 26/09/13Untuk tanah kelahiranku, Pulau yang--semoga saja tak--berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)
Poetry"Aku suka aroma tanah sehabis hujan. Anggap saja hujan adalah isi kepalaku dan tanah adalah tempatku menulis." Semacam kumpulan puisi Devania Pury--ya, jika bisa dibilang puisi. Baik puisi yang belum pernah dipublikasikan, diposting di beranda media...