140. NASI YANG DIBUANG SORE TADI

54 1 0
                                    

Malam sudah begitu melarut, mungkin hampir subuh
Mata enggan terpejam dengar keroncong perut
'Ku miring ke kanan, 'ku miring ke kiri menelungkup
Tak ada bedanya, laparku masih menggerutu

Aku ingat jalan-jalan hari ini
Berkeliling kota sembunyi-sembunyi
Mengendap-endap layaknya pencuri
Aku malu, sedih dan juga iri sekali pada anak yang berlari ke sana-sini

Sore tadi kulihat di warung makan di tikungan
Bocah gemuk melahap ayam kerakusan
Terlalu banyak menurutku, lebih dari sepiringan
Sepertinya aku juga butuh makanan

Begitu jelas dalam ingatanku kini
Pria tua galak yang kulihat tadi
Membuang setumpuk nasi sisa yang tak berarti; barangkali
Mungkin seharusnya tadi kuberanikan diri menanyakan nasi yang dibuang sore tadi

Aku menahan lapar mengingat nasi sore yang kusesali
Mungkin esok aku akan pergi ke belakang warung itu lagi
Pasti, pastilah akan kuberanikan diriku nanti
Pak, bolehkah kuminta nasi yang akan dibuang hari ini?

Devania Pury, Februari 2016
Pertama kali ditulis: 25/09/13

Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang