Bukankah telah bertahun kita berlayar tanpa arah, tanpa sedikit pun resah. Namun, perasaan tetap buncah: bergairah. Seperti ombak yang tak henti melajukan perahu kita. Entah ke mana, mencari apa. Permata atau harta. Bahagia, kah?
Dan telah terlewati tahun-tahun paling hujan. Saat kau dan aku menari juga berciuman. Lalu, dari tubuh kita yang tanah menguar aroma hujan. Paling luka. Paling bahagia.
Mengapa kita tak seperti lalu? Setelah semua berlabuh, saat perahu bersandar di dermaga, aku baru sadar bahwa diriku Laut.
Devania Pury, Desember 2015
Pertama kali ditulis: 10/1/15
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)
Poetry"Aku suka aroma tanah sehabis hujan. Anggap saja hujan adalah isi kepalaku dan tanah adalah tempatku menulis." Semacam kumpulan puisi Devania Pury--ya, jika bisa dibilang puisi. Baik puisi yang belum pernah dipublikasikan, diposting di beranda media...