183. KISAH SI LAYANG-LAYANG

49 1 0
                                    

Biarkanlah rasaku terbang setinggi layang-layang di langit biru rindang
Menggapai langit membelah angkasa untuk mencarimu di sana
Kutawarkan kesederhanaanku padamu apa adanya
Sekuat bambu yang melentur membentuk rupa dan rangka
Setipis kertas yang tak gentar ditiup bayu menerjang badan
Tak bisa berpijak namun terikat pada adat bumi menggeliat

Kubutuh angin untuk membawaku padamu yang bersembunyi di balik awan
Tapi, angin terlalu dingin sepi juga begitu cemburu padamu
Ia tak pernah datang, membiarkanku terdiam tak dimainkan

"Jangan sakiti hatimu, kau hanya akan tertarik dan terulur.
Meliuk menggeleng ke kanan, ke kiri, menukik tajam lalu jatuh tersungkur. Kau akan mati tersangkut entah di mana." katamu padaku

Tak ada yang bisa menghentikan cintaku: angin pun juga
Kunaik perlahan menentang angin buritan yang murka
Tepat berlari menuju dan menggapaimu, Tuan Cita-cita
Putuslah tali pijakku, harga diri juga kehormatan, terombang-ambing sendirian
Dengan hati seluas tanah lapang, kubiarkan cintaku melayang
Hingga tiba saatnya nanti, layang-layangku akhirnya akan pulang

Devania Pury, Februari 2016
Pertama kali ditulis: 10/2/14
Pernah diikutsertakan Galeri Puisi PEDAS tema: layang-layang.

Tanah Sehabis Hujan (Bagian Satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang