9 - Knave

140 22 5
                                    

Ia adalah Alice, dan sekarang ia tengah diseret menuju istana milik Queen of Heart.

"Tidaktidaktidaktidaktidak—" gumam Alice, berusaha melepaskan cengkraman March Hare pada jubahnya, menarik dirinya berusaha menjauhi pemuda dengan kekuatan di atas rata-rata yang menyeret tubuh Alice seolah menyeret tumpukan bantal ringan hampir tanpa usaha.

"Tidak usah malu-malu, Alice! Aku yakin Tuanku juga dengan senang hati menerima penyelamatku!" March Hare menaruh tangannya yang lain di bahu Alice dan dengan resmi menarik gadis itu masuk ke dalam halaman istana, menyeretnya dengan paksa hampir tanpa secuil pun usaha, dengan mudah mengangkat dan berkali-kali melemparkan Alice ke udara.

"Terima kasih saja sudah cukup, sama-sama!" Alice berusaha melepaskan dirinya, kedua kakinya benar-benar melayang sekarang, dan Alice semakin gencar meronta. Peringatan The Duchess berputar di kepalanya, tentang Queen of Heart—atau Red Queen, apalah terserah akhirnya toh sama-sama merah juga—biarpun sampai sekarang Alice tak mengerti mengapa ia harus berhati-hati dengan seorang penguasa Wonderland, tetapi mungkin karena itu?

Tahu bahwa usahanya sia-sia, mata cokelat tua nyalang mencari bantuan yang berguna.

Halaman istana jauh lebih luas daripada halaman mansion The Duchess—tentu saja. Jalanan dari batu bata merah melintang dari gerbang yang dibentuk dari pohon wisteria yang berbunga merah, jalan itu melewati berbagai tempat yang dipenuhi dengan pohon mawar merah yang daunnya dirapikan membentuk berbagai benda dan binatang. Semak akasia merah membatasi sisi jalan setapak dengan tanah berlapis rumput hijau, bunganya mekar sempurna, menatap dunia dengan rona paling membara yang pernah Alice lihat sebelumnya. Di berbagai sudut halaman yang lainnya, pohon wisteria merah lainnya membentuk gerbang yang tak mengarah kemana pun, semak anyelir merah ditanam untuk mengelilingi air mancur berwarna perunggu, dan di tengah campuran merah dan hijau, Alice dapat melihat beberapa sosok berlarian ke sana dan kemari, ember di tangan mereka, kuas cat di tangan lainnya.

Sosok-sosok itu berlarian menuju gerbang-gerbang mini yang dihiasi dengan bunga wisteria, mengoleskan cat merah mereka kepada kelopak wisteria yang sewarna lembayung dan langit malam dalam satu sapuan cepat, membuat Alice seketika bertanya-tanya apa maksudnya.

Sosok-sosok berseragam tentara lengkap dengan zirah itu tengah mengecat bunga wisteria.

Alice yang penasaran bahkan lupa ia harus melepaskan diri dari tangan March Hare.

"Apa yang mereka lakukan?" Alice bertanya, suaranya tak lebih dari bisikan, sungguh merasa kecewa melihat kelopak sewarna lembayung senja milik wisteria tersebut ditutup paksa dengan warna merah. Pantas saja Alice merasakan tetesan air ketika ia diseret March Hare melewati gerbang utama istana, jubahnya pasti sudah penuh dengan tetesan cat merah.

Sepasang iris sewarna obsidian mengintip dari helai-helai rambut sekelam tinta, "Oh? Mereka, para Truf, tentara khusus yang dibentuk oleh Red Queen. Hari ini pun mereka sedang mengecat wisteria, sungguh sibuk ya, menjadi seorang tentara," March Hare berkata.

"Untuk apa mereka mengecat wisteria?" Alice kembali bertanya.

March Hare melempar tatapan lewat bahunya, "Queen of Heart ingin wisteria di tamannya, tetapi ia hanya mau yang berwarna merah. Kau tahu problemanya, jika kau tidak memenuhi keinginan Yang Mulia Ratu Yang Berkuasa, kepalamu bisa menggelinding detik berikutnya," jawab March Hare, suaranya datar dan jelas-jelas terdengar tidak tertarik dengan topik ini.

Alice menatap cat yang menetes dari wisteria terdekat, "Begitukah?"

Dalam bayangan mata cokelat tua itu, cat yang menetes terlihat seperti darah.

Darah ... milik siapa?

"Hare, kemana saja kau?"

Alice tersentak dan mendongak dari posisinya yang diseret oleh March Hare. Tatapannya dengan cepat bertemu dengan tatapan tajam dari balik helai-helai rambut sewarna bayangan.

Project AliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang