Ia adalah Alice, dan saat ini ia sedang menonton pertunjukkan yang seharusnya tak ditonton.
Chesire Cat berdiri santai di sisi Alice, ekornya bergerak-gerak malas seolah sosok dua orang pemuda yang saling bunuh secara sepihak bukanlah peristiwa yang penting. Sang kucing bahkan menguap seolah pertunjukkan itu membuatnya bosan setengah mati, sepasang iris peridot lebih sering terfokus kepada burung yang terbang melewati jendela, tatapannya lapar.
Di hadapan Alice, gadis berpita biru yang juga mengaku sebagai Alice menonton pertarungan Knave of Heart dan Mad Hatter dengan saksama, tatapannya tidak bergerak, tatapannya dipenuhi kalkulasi dan berbagai perhitungan yang terus terang saja, terlihat menyeramkan.
Ketiganya hening di antara desis napas dan denting pedang Knave of Heart yang nyasar ke dinding istana—ah, Queen of Heart akan sangat murka.
Hatter yang tadinya menghindar dengan wajah kosong kini melangkah ke sana dan kemari dengan senyum lebar, pistolnya menghilang entah kemana, ditelan udara seperti sesuatu yang magis dan tidak seharusnya, sesuatu membuat sang pemuda bahagia seketika—walaupun Alice ragu hendak ditusuk dengan pedang bermata dua adalah hal yang menyenangkan.
Alice mendadak terdiam, kedua matanya membesar seketika.
Pedang bermata dua, dicuri dari tangan Queen of Spade, ada di dalam istama Queen of Heart.
Pedang Vorpal ada di tangan Knave of Heart.
Gerakan sang Knight semakin menjadi-jadi, belati mulai berterbangan dan salah satunya terlempar ke arah Alice dan Chesire. Benda itu berdesing melewati puncak kepala Alice, Chesire memiringkan kepalanya untuk menghindari, senjata tajam itu membuat beberapa helai rambut sang kucing berterbangan ke lantai berkarpet merah. Chesire mendecakkan lidah.
"Sudahlah, Hisato, menyerah saja, mood-ku sudah berubah, mari kita berbicara dengan kepala dingin, yeah?" Hatter melempar topinya lalu menunduk untuk menghindari pedang yang berusaha menebas lehernya. Topi itu jatuh kembali ke kepalanya dalam sudut sempurna.
Kepala Alice berdenyut seketika, nama asing yang meluncur itu seolah membuat bel di dalam kepalanya berdenting. Menggema. Hisato—Hisato? Alice juga sudah mendengar satu dari mimpinya. Kuroki. Kuroki, Hisato. Siapa? Alice mengenalinya—siapa siapa? Tenggorokannya seolah tercekik, dan Alice berjuang untuk bernapas.
Knave berdecak, amarahnya kentara, "Kau datang ke sini, menembak membabi buta, mencoba mencekikku, dan sekarang ingin berbicara? Hah, tidak, lebih baik aku duduk di satu ruangan yang sama dengan Kucing Sialan itu daripada berbicara denganmu, Hasegawa."
Itu adalah ledakan terakhirnya.
Sesuatu di dalam kepala Alice meronta hebat seketika, dan gadis itu memiliki reflek untuk memuntahkan seluruh isi perutnya. Alice jatuh berlutut, bebannya mengeluarkan suara debuman pelan di lantai berkarpet. Ia terbatuk, namun Chesire menahan tenggorokannya untuk tidak mengeluarkan suara yang keras, ekspresi sang kucing datar, namun penuh ekspetasi. Gadis di depan Alice menoleh dan berlutut untuk memeriksa apa yang terjadi.
Telinga Alice berdenging, suaranya lebih mirip desis statis televisi.
Hasegawa.
Hasegawa. Kuroki. Hisato.
Bila Hisato adalah Knave of Heart, dan Hasegawa adalah Mad Hatter, maka Kuroki adalah ...?
Kepingan memori di dalam kepala Alice bergerak cepat, melayang dan menembus dinding tak kasat mata yang keras, berusaha mencari keping terakhir yang ia lewatkan. Suara di dalam kepalanya berkata, Kuroki sedang menjalankan hukuman. Ia menjalankan hukuman.
"The Duchess sedang menjalani hukuman, ia tidak boleh membantu Alice-nya."
Kuroki adalah The Duchess.
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Alice
FantasySatu cerita, dua sandiwara, tiga menara; yang mana yang nyata?