Sudah dua hari ini Annisa setia menunggu sahabatnya tersadar dari koma. Namun sayangnya, masih belum ada tanda-tanda bahwa Alifah akan segera bangun. Meskipun monitor yang terletak disebelahnya menunjukan grafik yang stabil tapi pada akhirnya kuasa Tuhan lah yang menentukan.
Hari berganti hari hingga kemudian orang tua Alifah akhirnya kembali dari Inggris. Alasan mereka datang terlambat yaitu karena adanya badai salju di Inggris sehingga penerbangan terpaksa harus ditunda. Setibanya di rumah sakit, mereka berlarian menuju ruang icu. Ibunya menangis saat melihat kondisi anak satu-satunya koma seperti ini.
Dokter memberikan penjelasan mengenai keadaan Alifah kepada kedua orangtua-nya, dia bilang bahwa kondisinya tidak memungkinkan alias tingkat keselamatannya rendah, lukanya sangat parah bisa saja dia tewas karena keretakan di tulang tengkorak dan beberapa tulang rusuknya yang patah hampir menusuk jantungnya.
Rumah sakit disana tidak mempunyai alat-alat canggih yang dapat menunjang proses kesembuhan Alifah, dokter itu pun menyarankan untuk memindahkan tubuh Alifah agar dia dirawat di rumah sakit yang lebih menunjang proses penyembuhan gadis itu. Semua ini harus dilakukan untuk keselamatan Alifah.
Dengan cepat orangtua Alifah mengurus kepindahan rumah sakit ke Jerman, mereka memesan kamar dan pengobatan disana untuk anaknya. Mereka yakin jika anak gadisnya dirawat disana, tingkat keselamatannya pasti akan lebih tinggi. Setelah membayar seluruh perawatan rumah sakit-nya, mereka membawa tubuh lemah Alifah untuk segera dibawa pergi ke bandara.
Karena keadaan yang sangat mendesak, kedua sahabatnya tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada Alifah, mereka hanya bisa mendoakan yang terbaik demi kesembuhan sahabatnya itu.
Annisa, Eka dan yang lainnya dinyatakan baik-baik saja; mereka pun diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Liburan sekolah hanya tersisa tiga hari lagi, liburan yang singkat itu ternyata memberi perubahan besar dan trauma mendalam bagi Annisa. Tak disangka-sangka, ia bahkan harus berpisah sementara waktu dengan Alifah.
Setiap harinya untuk mengisi waktu luang liburan yang tersisa ini, Annisa hanya bermain dengan Eka seperti menonton tv, jalan ke mall, atau pergi ke tempat wisata.
Mereka sedang membiasakan diri untuk terbiasa tanpa kehadiran Alifah tapi tetap saja rasanya selalu ada yang kurang. Hilangnya Alifah di keseharian mereka membuat semuanya terasa sepi karena hanya dia yang bisa mencairkan suasana.
Waktu terus berlalu hingga mereka lulus dari SMA wijaya dan masuk ke kampus swasta yang sama. Hingga kini, mereka masih belum mendapatkan kabar, informasi, pesan atau apapun itu mengenai Alifah.
Pernah sesekali mereka berpikir bahwa Alifah sudah meninggal dan nyawanya tidak berhasil terselamatkan oleh benda secanggih apapun karena memang itu sudah takdirnya dan pastinya jasad Alifah dimakamkan di Jerman.
Namun segera ditepisnya pikiran itu, mereka tidak boleh berpikiran negatif apalagi tentang sahabatnya yang sudah lima tahun tidak ada kabarnya sama sekali.
Dan kini mereka sudah tidak berdua lagi, mereka menemukan teman baru yaitu Aprilia, kakak kelas mereka sewaktu di SMA, April memilih gap year selama setahun karena alasan tertentu. Selain itu, dia juga ingin mencari pengalaman dengan melakukan solo traveling dan kini dia memutuskan untuk masuk ke jurusan ekonomi bersama Annisa dan Eka. Meski mereka telah menemukan teman baru tapi tetap saja mereka tidak akan pernah melupakan Alifah dan tidak akan menggantikan posisinya dengan siapapun.
Tak terasa kini mereka telah memasuki semester lima dan hanya tinggal tiga semester lagi, mereka akan wisuda dan menjadi sarjana. Annisa Eka dan April saat ini sedang istirahat makan di kantin seperti biasa pasti ada saja hal konyol yang dibicarakan oleh mereka
"Pril Agil tuh," seru Annisa sambil menunjuk ke suatu tempat.
"Mana?? Mana??" April celingak celinguk mencari keberadaan orang yang disebut Annisa tadi.
"Ciee nyariin yaa," ledek Annisa.
"Udah Nis kasian pipinya merah itu," sahut Eka.
"Hahaha lagian apa yang lo sukain dari Agil sih?"
"Umm apa yaa?? Gue suka dia apa adanya aja sih"
"Idih najis basi banget," jawab Annisa dan seketika April langsung diam membisu.
"Ehh Pril jangan baper dong" Annisa menggoyang-goyang lengan April.
"Lepasin Nis tangan gue lepasin... gue tuh gak bisa diginiin" ucap April sok dramatis
Annisa dan Eka tertawa terbahak-bahak mendengarnya, "Pril lo drama queen banget deh harusnya lo tuh masuk fakultas seni biar bisa jadi artis bukan masuk fakultas ekonomi." Annisa menahan perutnya karena saking tidak kuat tertawa begitu pula dengan Eka.
Orang yang dijadikan bahan tertawa pun hanya merengut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Different Religion (On Revision)
RomanceBukan cerita religi!! Cuman cerita gak jelas. Dibuat pas zaman SMP, pengen hapus tapi sayang... Takdir mempertemukan Alifah dengan Nathan yang berbeda keyakinan dengannya itu, berawal dari Alifah yang menemukan Nathan tergeletak lemah di pinggir jal...