eleven

1.2K 54 0
                                    

"Oke gue beli sekarang"
April langsung berdiri dari duduknya.

"Nih" Alifah menyerahkan kartunya kepada April.

"Sip deh ntar gue beli yang banyak jarang-jarang kulkas gue penuh" ucap April lalu berjalan membuka pintu dan keluar.

"Bangkrut deh gue" Alifah mendaratkan bokongnya di tempat yang April duduki tadi, ia menemukan ponsel milik April yang sengaja ditinggalkan.

Alifah berniat untuk memainkan ponsel milik April sebentar saja barangkali ia menemukan game yang seru. Ketika ia sedang memainkan salah satu game, sebuah notif pesan muncul dan tidak sengaja ia menekannya. "Ah elah ganggu aja," keluhnya begitu melihat tampilan game yang ia mainkan berubah menjadi tampilan aplikasi chat.

Dia menggelengkan kepalanya karena tidak sengaja membacanya sekilas.

"Kenapa lo?" tanya Annisa yang sedari tadi asyik menonton film di tv.

"Padahal dia udah dijahatin sama Agil, masih aja dikejar" kata Alifah.

"Kepala batu emang, udah lah biarin aja nanti juga sadar," ucap Eka.

Ponsel April tiba-tiba berdering memutarkan lagu ariana grande-one last time dan langsung saja di angkat oleh Alifah.

"Halo?.. April lagi dibawah... tunggu sebentar"

"Nis gece lo samperin April sana"

"Kenapa harus gue?"

"Udah lo ikutin aja apa kata gue"

"Kenapa gue harus ikutin apa kata lo?"

"Cepet gak?!"

"Iya iya gue ke bawah ini"
Annisa segera menyambar ponsel April dan langsung turun ke bawah menggunakan lift, karena apartemen April terletak di lantai tiga, tidak butuh waktu lama dia sudah berada di lantai bawah, langsung saja dia menuju ke supermarket yang terletak di ujung.

Annisa berjalan terburu-buru saking tidak fokus dengan sekelilingnya, dia sampai menabrak seseorang "ehh maaf, gue buru-buru" Annisa menatap orang yang ditabraknya.

"Iya gapapa"

"Kak Ardine kenapa bisa ada disini?" Jantung gadis itu berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Gue lagi main di apart temen, lo sendiri?"

"Gue juga lagi main di tempat April, duluan ya? gue harus nyusul April, bye kak Ardine dan kak Aldi" Sejujurnya ia masih ingin berlama-lama disana tapi berhubung ia harus mencari April jadi dengan berat hati ia pun pergi.

"Ehh tunggu, gue mau nanya tadi maksud temen lo apaan?"

'Mampus dah' rutuk Annisa dalam hati, dan sepertinya Ardine langsung menyimpulkan jika perempuan yang teriak-teriakan di tempat parkiran tadi adalah temannya Annisa begitu ia melihat mobil milik gadis itu keluar dari parkiran dan perempuan yang di parkiran tadi langsung mengejarnya.

"Udah gak usah di dengar omongan orang gak waras"

"Hahaha oke deh"
Annisa berjalan lagi dengan langkah cepat, dia langsung mencari April ke segala penjuru dan ditemukannya April tengah mengobrol berduaan dengan Agil. Annisa langsung bersembunyi agar tidak ketahuan karena dia ingin menguping pembicaraan mereka.

"Gil, Fio itu siapa lo sih?"

"Bukan urusan lo kan?" jawab Agil ketus.

"Emang salah yaa kalo gue nanya? Lagi lo berdua deket banget"

"Lo bukan nyokap gue jadi gak usah ngatur kita cuma teman dari SMP"
Annisa merasa geram saat melihat nada ketus dalam suara Agil dan tanpa basa-basi dia langsung keluar.

"Pril ada telpon nih katanya penting" Annisa memberikan ponsel itu dan memandang sinis ke arah Agil.

"Udah yuk Pril lanjutin aja sini gue yang bawa" Annisa meraih troli yang belum penuh kemudian menarik tangan April untuk pergi dari situ.

Annisa meraih makanan apa saja yang menurutnya enak dan April hanya berjalan dibelakangnya sambil menjawab telpon. Setelah isi troli sudah penuh dan tidak muat lagi mereka berdua berjalan menuju kasir dan April juga sudah selesai menyelesaikan urusannya.

"Weh Nis bisa-bisa Alifah ngamuk nih belanja segini banyaknya" April menatap satu per satu makanan yang diambil Annisa tadi yang saat ini tengah dihitung oleh penjaga kasir.

"Udah biarin aja"
setelah membayarnya, mereka kembali lagi sambil membawa dua kantong besar belanjaan dan masing masing membawa satu. Pintu lift terbuka dan mereka langsung masuk ke dalam.

"Pril orang kayak gitu kenapa lo kejar terus sih? Cari yang lain sana masih ada yang lebih baik"

"Nis kalo gue cari yang sempurna gak akan ada habisnya"

"Yaa jangan Agil juga lah"

"I can't"

Pintu lift terbuka di lantai lima dan mereka keluar lalu berjalan beriringan masuk ke dalam.

"Akhir..- what the hell?!" Seru Alifah saat melihat mereka yang baru saja sampai.

"Oke ini bukan salah gue tapi salah Annisa" April mengembalikan kartu milik Alifah lagi.

Dia memandang Annisa sambil menyedekap tangannya di dada meminta penjelasan
"Gue gak mau lama lama disitu yaudah gue ambil aja semuanya" memang benar sih dia malas berlama-lama disitu karena ada Agil tapi sayangnya alasan itu tidak terlalu logis bagi Alifah.

"Nis gue nunggu lama dan lo bilang gak mau berlama-lama, mana billnya?" Alifah melihat jumlah kertas billnya yang lumayan panjang, dia langsung melihat total yang tertera disana.

"Yaudahlah udah terlanjur gak usah debat, gue keburu laper lagi" ucap Eka. Mereka duduk bersama diatas karpet depan tv, melakukan acara ngemil bersama sambil curhat.

"Eh tadi gue ketemu Ardine sama Aldi di bawah"

"Gue juga ketemu Agil"

"Coba tadi kalo lo gak mau dan gue yang ke bawah trus gue yang ketemu mereka pasti udah gue bocorin"

"Iya dah Fah"

"Eh tadi gue baca chatan lo sama Ardine trus April sama Agil, lo ngode nya terlalu kaku menurut gue Nis dan Agil terlalu cuek" ucap Eka.

"Bukan cuek lagi, tadi gue ketemu Agil sama April gue nguping aja eh dia jawabnya ketus banget"

"Jadi lo tadi nguping" April menarik telinga Annisa sampai kepalanya ikut turun.

"Wehh sakit, harusnya berterima kasih dong sama gue kan udah dijauhkan dari iblis terkutuk"

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang