eighteen

905 38 3
                                    

Satu setengah jam berlalu.

Mereka berdua hanya saling berdiam diri, meratapi nasib masing-masing dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

Baru saja mereka dikabari jika petugas servisnya baru saja tiba, bahkan mereka sudah mati bosan disana.

"Bosen" ucap Alifah lirih.

"..."

"Kacang mahal" Nathan melirik kearah Alifah kemudian "ohh gue kira lo lagi ngomong sendiri"

Alifah memutar kedua bola matanya, tidak percaya dengan tanggapan manusia disampingnya ini "lo gak ada permainan yang asyik gitu"

Nathan hanya memandang penuh tanda tanya ke arah Alifah sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Forget it" ucap Alifah.

Mereka pun berdiam diri kembali, Alifah mendengar suara Nathan yang sedang bersenandung. Entah apa judul lagunya karna dia tidak pernah mendengar lagu itu sebelumnya, tapi hanya satu dipikirannya tentang lagu itu yaitu lagu rohani.

Alifah memejamkan matanya, menghalau rasa sesak yang menghimpit paru-parunya. Sudah lama dia menahannya dan malah semakin menusuk dadanya dengan rasa sakit yang teramat sangat.

Nafasnya megap-megap bahkan wajahnya sudah hampir pucat karena kekurangan oksigen, dihirupnya udara dengan rakus kemudian di hembuskan kembali. Tapi nyatanya tidak mengubah yang kini terjadi bahkan paru-parunya semakin sesak saja, pandangannya kian lama mulai kabur. Dia menggosok matanya berkali-kali namun tetap masih kabur. Semenjak kecelakaan waktu itu, fungsi tubuhnya tidak sekuat dulu.

Kepalanya terasa sangat berat, dunia terasa berputar disekelilingnya dan seketika pandangannya menggelap.

Alifah menjatuhkan kepalanya di atas bahu Nathan dan sontak membuatnya terkejut "Pingsan lagi" Nathan menepuk pipi Alifah mencoba untuk menyadarkannya kembali.

Nathan mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang di sebrang sana, ia terlihat sedikit panik begitu melihat kulit Alifah yang mulai membiru dan suhu tubuhnya yang mulai dingin "Ini masih lama?"

"Sebentar lagi pak" ucap orang disebrang sana.

"Siapin alat bantu nafas"

Nathan mematikan ponselnya lagi, mengalihkan dirinya untuk fokus ke Alifah. "Makin pucat lagi, masa gue harus kasih nafas buatan?"

'Tapi kalo enggak, nanti nih anak bisa mati' gumam Nathan dalam hati

Nathan membuka mulut Alifah lebar memencet hidungnya kemudian perlahan mendekatkan diri walaupun masih merasa ragu. Tapi pelan-pelan didekatkan dirinya hingga sejajar dengan wajah gadis itu. Sejujurnya ia ragu karena belum pernah memberi nafas buatan dan juga tidak pernah berhadapan dengan orang yang pingsan.

Ia menghembuskan nafas perlahan sebelum memberikan nafas buatan dan kemudian mendekatkan mulutnya ke dekat mulut Alifah.

Ting...

Nathan menjauhkan diri kembali setelah mendengar bunyi pintu lift terbuka 'thanks GOD' ucapnya dalam hati lega... banyak para pegawai yang ada di luar, seorang manajer masuk ke dalam dan memberikan alat bantu pernafasan ke arah Nathan.

Dan dengan sigap Nathan memasangnya ke hidung Alifah, ditunggunya reaksi dari Alifah dan kemudian dia menghirup nafas dengan rakus serta wajahnya yang pucat mulai merah merona, efek dari setelah kekurangan oksigen. Perlahan bisa dilihat jika kedua kelopak mata gadis itu terbuka sedikit sebelum kesadarannya kembali menghilang. Nathan pun langsung mengangkat tubuh Alifah dengan mudahnya.

Ia berjalan melewati para pegawainya yang ingin mencari tau banyak hal tentang bosnya yang terjebak berduaan dengan seorang wanita di dalam lift, mereka dengan sukarela meninggalkan tugas hanya demi melihatnya.

Nathan membawa tubuh Alifah karena saat ini mereka ada di loby bawah langsung saja Nathan menuju parkiran memasukannya ke dalam mobil dan membawanya pergi dari sana.

Setelah mendudukan tubuh lemah Alifah di kursi sampingnya dia pun langsung duduk di bagian pengemudi.

Ia mendekatkan diri ke arah Alifah untuk memasangkan sabuk pengaman ke tubuhnya, kemudian mendorong jok ke belakang supaya Alifah lebih nyaman.

Setelah itu melajukan mobil hitamnya keluar dari wilayah perusahaannya menuju ke apartemen miliknya yang terletak di dekat bandara, untuk membuatnya mudah jika sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota ataupun ke luar negeri.

Jalanan di kota ini tidak bisa dikatakan lengang dan terhindar dari macet untuk mempercepat jalan dia memilih melalui jalan tol saja. Masih fokus ke jalan namun santai dan mengendarai dengan sangat cepat.

Mobil berhenti di depan gedung apartemen dimana dia tinggal, keluar terlebih dahulu dan membukakan pintu tempat Alifah berada, melepaskan sabuk pengaman sebelum di angkat dan di bawa ke dalam.

Nathan memberikan kunci mobilnya kepada petugas untuk di parkirkan, lalu masuk ke dalam dengan langkah cepat. Memasuki lift yang kebetulan saat itu sedang terbuka.

Beberapa pasang mata sedang memperhatikannya tapi tidak dipedulikan oleh Nathan, dia keluar saat lift terbuka di lantai 5.

Nathan masuk ke dalam apartemennya, berjalan melewati ruangan yang luas dan menuju ke kamar, diletakannya tubuh Alifah ke atas ranjang ukuran king size berwarna putih itu. Kemudian dia keluar dan meninggalkan Alifah sendirian disana untuk memanggil seorang dokter.

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang