Fifty seven

849 29 0
                                    

Acara makan malam non formal semalam berjalan dengan lancar tanpa gangguan dan semakin menambah kebahagiaan mereka.
Alifah tersenyum mengingat kejadian semalam. Mereka saling bercerita satu sama lain tentang apa yang mereka rasakan saat tidak bersama.

"Pagi sayang" suara Nathan menggelitik telinga Alifah yang tengah duduk di depan meja rias, meletakkan dagu-nya di atas bahu Alifah.

Jangan salah sangka dulu, Nathan juga baru saja datang kedalam apartemen Alifah, dia sudah bilang bahwa setiap pagi akan menjemput Alifah dan mereka akan berangkat bersama.

"Pasangin" Nathan menyodorkan sebuah dasi berwarna hitam kehadapan Alifah.

Nathan berlutut dihadapan Alifah sambil mendongakkan kepalanya "kenapa gak berdiri?"

"Kamu-nya kasihan"

"Kasihan kenapa?"

"Harus jinjit karena aku ketinggian" Alifah mulai paham dan langsung menjitak kepala Nathan membuatnya meringis kesakitan.

"Bilang aja aku pendek" Alifah mengalungkan dasi itu ke leher Nathan dan mulai membuat simpulnya.

"Kamu yang bilang loh bukan aku"

"Dah selesai" dia berdiri dari duduknya berjalan keluar kamar, mengambil jas Nathan yang masih tersampirkan di kursi. Dia mengambil jas itu dan memasangkannya ketubuh Nathan.

"Berangkat sekarang" Nathan menggandeng tangan Alifah dan membawanya keluar.

Nathan tidak pernah suka menggunakan supir, dia lebih suka menyetir sendiri. Itulah mengapa setiap dia berangkat dan pulang dari kantor selalu membawa mobil sendiri.

Mereka memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu disebuah kafe, dan baru setelah itu melanjutkan pergi ke kantor. Nathan mengantarkan Alifah terlebih dahulu ke kantornya.

"Kujemput saat makan siang" ucap Nathan sambil menatap kearah Alifah yang sedang melepaskan seatbelt.

"Iya sayang" jawabnya dan langsung mencodongkan dirinya kearah Nathan dan mengecup bibir nya sekilas, membuat Nathan tersenyum.

"See you" Alifah membuka pintu disampingnya dan langsung keluar, berjalan masuk kedalam kantornya.

_________

Sudah seminggu mereka bersama dan muncul berbagai gossip mengenai mereka. Salah satu pengaruh dari ketenaran Nathan.

Saat ini mereka-Alifah dan Nathan- berada di apartemen milik Nathan, menghabiskan malam minggu untuk bersama.
Mereka duduk bersebelahan diatas sofa, Nathan merangkul Alifah dan membiarkan tubuhnya menjadi sandaran untuknya.

Alifah membuka majalah yang terpampang diatas meja, dia membolak-balikannya dan menemukan gossip terbaru akhir-akhir ini.

'Dikabarkan CEO muda tampan dan handal yang sedang terkenal akhir-akhir ini dan mengakui bahwa dia masih lajang, membuat sejumlah gadis ingin berusaha untuk mendapatkan hati-nya. Terlihat sedang berjalan bersama dengan presiden direktur Alifah jayadimerta disebuah pusat perbelanjaan, mereka tampak mesra seperti sepasang kekasih. Dan kami juga pernah melihat Nathan masuk kedalam apartemen Alifah begitupun sebaliknya. Apakah hubungan sebenarnya yang terjadi diantara mereka? Apakah mereka benar-benar menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih? Jika benar, maka banyak orang yang akan patah hati'.

Alifah melihat fotonya bersama Nathan di sebuah pusat perbelanjaan "i don't care" gumam Alifah.

"Ada apa?" Tanya Nathan.

"Biasa gossip terhangat akhir-akhir ini"

"Abaikan saja, memang itu pekerjaan mereka"

Mereka menghabiskan malam minggunya dengan menonton berbagai film dari kaset yang telah mereka beli. Dan salah satunya yang sedang mereka tonton adalah film Chuckie. Alifah berfikir, apa yang akan terjadi jika boneka itu benar-benar ada? Dia tau jika boneka itu memang ada dan disimpan disebuah museum bukannya sedang berkeliaran dijalanan sambil membawa pisau seperti di film itu.

Alifah merapatkan dirinya kepada Nathan, dia mulai merasa ngeri, takut jika boneka itu ada disekitarnya, walaupun itu cuman pikiran paranoidnya. Nathan merasakan bahwa Alifah semakin merapatkan diri, dia memiliki sebuah ide untuk mengerjai Alifah.

Di dalam laci terdapat sebuah boneka manusia, sebenarnya dia membeli boneka itu untuk Alifah, tapi karena waktu itu mereka sedang berpisah. Jadinya disimpannya boneka itu. Nathan berusaha menggapai laci dan membukanya perlahan, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.

Setelah laci terbuka, diambilnya boneka itu. Boneka perempuan yang memakai gaun berwarna hitam. Selain mengambil boneka dia juga mengambil pisau lipat kecil. Memasangkannya ke boneka itu, membuatnya terlihat seperti sedang memegang pisau.

Nathan meletakannya disamping Alifah, sangat dekat walaupun tidak menyentuh kulit Alifah. Tapi sepertinya dia terlalu fokus menonton sehingga membuat dia tidak menggubris pergerakan Nathan. Dia kembali duduk dengan tenang dan menonton sambil tersenyum jahil.

Alifah merasakan kakinya pegal, dia mencoba untuk mengubah posisinya namun saat dia bergerak sesuatu yang dingin menyentuh kulitnya. Dia menengok kesamping dan langsung terlonjak kaget, melompat keatas pangkuan Nathan sambil memeluknya erat.

"Nathan... Nathan... itu apaan?!" Teriak Alifah histeris memejamkan matanya erat sambil merangkul erat leher Nathan.

Nathan tidak bisa melakukan sesuatu karena Alifah terus bergerak diatasnya, tidak bisa diam. Dan itu membuatnya panas. Dia mengambil boneka itu dan mendekatkannya ke Alifah.

"Ini cuman boneka sayang" Alifah menengok melihat boneka yang hanya berjarak lima senti dari wajahnya.

"Buang Nathan" pekik Alifah sambil memeluk erat Nathan.

"Demi Tuhan ini cuman boneka, dia gak hidup"

"Buang Nathan gue bilang buang" Nathan merasa Alifah marah dan dia melemparkan boneka itu ke tempat sampah di sampingnya.

Alifah menutup wajahnya diatas bahu Nathan, nafasnya terengah-engah dan jantungnya berdebar kencang, mulutnya berkali-kali menghembuskan nafas, menggelitik kulit leher Nathan.

"Tenanglah" Nathan mengusap rambut Alifah, mencoba membuatnya tenang. Dia mulai merasakan bahunya terasa basah.

"Hey you're cry? I am so sorry"
Nathan menarik kepala Alifah dan meletakannya di dadanya lalu memeluknya erat.

Tubuhnya bergetar dan suara tangisnya lolos begitu saja keluar dari mulutnya "i am just kidding you know?"

"But your kidding is not funny Nathan" ucap Alifah.

"Ok i am really sorry and I promise to never do it again"
Alifah sudah tidak menangis lagi namun dia sedang mengatur nafasnya yang terasa sesak.

"Aku memaafkanmu"

"You want sleep now?" Alifah mengangguk didalam rengkuhan Nathan. Dia mematikan tv kemudian mengangkat Alifah dan membawanya kedalam kamar.

Membaringkannya dengan pelan, Alifah masih tidak mau melepaskan pegangannya dari tubuh Nathan. Membuat nya ikutan berbaring disamping Alifah. "You want me here?"

Sekali lagi jawaban Alifah hanya berupa anggukan, Nathan memeluk Alifah dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

"Kau tau? Kau telah membangunkan singa didalam diriku sayang" ucap Nathan dengan nada intens "itulah yang membuatku tidak ingin tidur bersamamu"

"Kau menggelikan Nathan" Alifah tersenyum geli menatap kearah mata Nathan. "Tapi aku ingin kau disampingku malam ini. Kau boleh pergi begitu aku tertidur, aku takut tidur sendirian setelah menonton film horror"

"Apakah hanya malam ini kau menginginkanku?" Goda Nathan

"Aku menginginkanmu disetiap hariku, disepanjang hidupku"

"Benarkah?"

"Menurutmu?"

"Aku pun begitu" Nathan mengecup bibir Alifah lama, hanya kecupan tidak lebih dan membuat Alifah memejamkan matanya.

"Aku menyukai ciuman darimu, hanya dengan sebuah ciuman manis dan itu membuatku seperti wanita yang paling dicintai, diinginkan dan paling bahagia didunia ini"
Kata Alifah setelah Nathan melepaskan bibirnya dari bibir Alifah.

"Kalau begitu aku akan menciummu setiap saat agar kau selalu merasa bahagia" balas Nathan dan langsung mencium kening Alifah.

_____

Itu di mulmed ceritanya Brian.

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang