Alifah mengernyit saat merasakan sakit yang menusuk di bagian kepala dan punggung tak terkecuali seluruh tubuhnya karena semalaman penuh dia tidur dengan posisi seperti itu terus. Dia juga mendengar suara seseorang yang membangunkannya, 'Paling cuma mimpi' pikirnya. Tidak lama kemudian suara itu makin menjadi dan kesadaran Alifah sepenuhnya kembali, dia langsung teringat akan kejadian semalam.
Alifah membelalakkan matanya, duduk dengan tegap lalu melihat ke arah jam dinding dan disana menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Lo siapa? Ini dimana? Dan kenapa gue ada disini?" tanya Nathaniel bertubi-tubi.
"Gu--" Alifah merasakan perutnya sangat mual dia segera berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya disana. Dia baru ingat jika semalaman penuh belum makan apapun dan ditambah basah kuyup terkena air hujan, semakin parah sudah penyakit lambungnya ini.
Alifah membasuh wajahnya dan merapikan rambut sebahunya kemudian pergi keluar, untung saja kelasnya di mulai jam delapan jadi dia masih memiliki waktu untuk pulang dan bersiap-siap terlebih dahulu.
Langsung saja dia menyambar ponselnya yang diletakkan diatas nakas semalam dan pergi secepatnya hingga dia juga melupakan bahwa ada seseorang yang menunggu pertanyaannya di jawab disini.
Nathaniel menahan Alifah dengan tangannya yang tidak diperban "lo belum jawab" Alifah memutar tubuhnya dan mereka saling berhadapan satu sama lain "oke gue jelasin"
"Harus"
"Kenalin gue Alifah, mahasiswi jurusan bisnis yang nemuin lo di pinggir jalan dalam keadaan mengenaskan dan langsung bawa lo ke rumah sakit ini, oh iya ini ponsel sama dompet lo" Alifah meletakannya diatas laci.
"Berasa kayak gembel gue setelah denger kata di pinggir jalan dalam keadaan mengenaskan"
"Oh iya semalam gue udah nelfon keluarga lo dan mungkin sekarang mereka lagi menuju kesini?"
Tatapan matanya berubah menjadi dingin dan seketika rahangnya ikut mengeras "oke, maaf gue harus pergi karena udah telat" Alifah layaknya kelinci yang lari dari seekor singa yang ingin memangsanya untuk disantap, dia menghindar dari Nathaniel karna mendadak aura nya berubah jadi tidak enak.
Seketika pikirannya langsung teralihkan saat ia telah berada di dalam mobil. Buru-buru saja dia menyalakan mesin mobil dan melesat pergi meninggalkan rumah sakit itu.
"oke demi dewa pluto gue gak akan peduli lagi kalo ngeliat orang kecelakaan, jatoh, bunuh diri sampe mayat sekalipun intinya gue harus on time di kelas" ucapnya menyemangati walaupun di kenyataan dia pasti akan langsung menolongnya.
Setengah jam kemudian dia sampai di rumahnya, segera melesat ke kamar untuk mandi lalu mengenakan pakaian, membawa beberapa buku dan laptop yang dimasukkan ke dalam totebagnya.
Gadis itu keluar dari kamar, dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangan 'setengah jam lagi' dia mempercepat langkahnya menuju ke mobilnya yang masih terpakirkan di depan. Saat Alifah membuka pintu dia melihat bi Surti sedang mengeluarkan baju-baju kotor dari dalam mobilnya.
"Udah mau berangkat? Gak sarapan dulu?" Tanya pengasuhnya.
"Gak deh bi udah hampir telat" Alifah melesat masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin dan menjalankan dengan cepat agar tidak telat tiba di kampusnya.
Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya karena sedari tadi jalanan terlihat cukup lengang mungkin karena ini sudah jam delapan dan semua orang telah tiba di kantor maupun sekolahnya untuk melakukan kegiatan masing-masing.
Setelah memastikan mobil telah terparkir dengan aman, dia langsung keluar dan berlari menuju kelas, hanya tinggal lima menit lagi sebelum dosen masuk ditambah kelasnya berada di lantai tiga, hal ini semakin menghambatnya saja.
Setibanya di depan pintu kelas, gadis itu dengan perlahan berjalan mendekat ke pintu dan melihat ke dalam. Alifah mendesah lega karena dosen belum datang, dia langsung mengambil tempat yang hanya tinggal tersisa satu di belakang 'bruk' suara tasnya yang di letakkan diatas meja.
Sepertinya hari ini dia sedang dalam mode 'mager' dan tempat duduk di belakang ini semakin mendorongnya untuk tidak mendengarkan dosen.
Tidak lama kemudian dosen datang.
"Selamat pagi semua, kita absen dulu" Setelah absen, dosen itu mulai menerangkan pelajaran dan Alifah hanya menatap saja tidak ada sedikitpun yang masuk ke dalam otaknya.***
Jam kuliah telah usai dan saat ini Alifah merasa sangat lapar. Sedari tadi selama di kelas perutnya terus berbunyi untung saja tidak ada yang mendengar, Eh ada deh pria yang duduk di sebelahnya terlihat menertawakannya selama di kelas.Alifah melangkah gotai menuju ke kantin dan memilih meja di bagian paling pojok setelah memesan makanannya.
Sembari menunggu dia memainkan ponselnya yang dari semalam dimatikan, baru saja menyala dia langsung mendapat telepon masuk dari Annisa.
'Fah lo dimana?' tanya Annisa.
"Di kantin"
'Oke kita kesana' telpon langsung dimatikan sepihak oleh Annisa.
"Hei cantik sendirian aja dipojokan lagi, mau ditemenin gak?" Alifah mendongak dan memandang wajah yang tadi menyapanya, dia tersenyum lebar dan malah membuat Alifah bergidik ngeri melihat wajah mesumnya.
Alifah tidak menggubris dan mengabaikannya dengan mengalihkan diri ke ponsel ditangan, tanpa ada yang menyuruh cowok itu sudah duduk disampingnya.
"Jangan dicuekkin gitu dong" cowok mesum itu mulai merapatkan diri dan semakin membuat Alifah merasa risih.
'Plak' tangan kanan Alifah mendarat mulus dan kencang di pipi cowok mesum itu meninggalkan bekas kemerahan.
"Stay away from me!" dia berbicara dengan merapatkan giginya untuk menahan amarah dan rasa jijik.Terdengar gelak tawa di bagian belakang, cowok yang tadi ditamparnya segera kembali berkumpul dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Different Religion (On Revision)
RomanceBukan cerita religi!! Cuman cerita gak jelas. Dibuat pas zaman SMP, pengen hapus tapi sayang... Takdir mempertemukan Alifah dengan Nathan yang berbeda keyakinan dengannya itu, berawal dari Alifah yang menemukan Nathan tergeletak lemah di pinggir jal...