Annisa sedang membersihkan rumahnya seorang diri, orangtuanya masih belum kembali juga dari Belgia. Astaga dia bosan sekali harus menjaga rumah, ditambah semua temannya sibuk dengan urusannya masing-masing. Saat sedang mengelap kaca jendela, ponselnya berdering dan langsung diangkat olehnya "Halo? Ini siapa yaa?" Tanyanya.
"Halo Annisa? Ini Tian" jawab dari sebrang sana dengan cepat.
"Oh kak Tian, ada apa ya kak? Tumben telpon"
"Gapapa sih mau telpon aja sekalian mau kasih tau kalo ini nomorku. By the way, lagi ngapain Nis" ucap Tian sedikit berbasa-basi.
"Lagi beresin rumah nih"
"Mau dibantuin?"
"ini juga udah mau selesai"
"Rajin yaa cocok jadi calon istri yang baik" goda Tian yang berhasil membuat pipi Annisa memerah meskipun tidak terlihat olehnya.
"Dihh apaan sih gombal"
"Udah dulu mau ada rapat"
"Yaudah deh" sambungan diputuskan oleh Tian, terlihat sangat jelas sekali dari wajah Annisa bahwa dia sangat senang diperhatikan oleh Tian. Membuatnya senyum-senyum sendirian seperti orang gila.
________ _______
Tian POV
Aku meletakkan ponselku ke atas meja setelah selesai menelepon Annisa entahlah dia sangat lucu ketahuan sekali dari suaranya bahwa dia malu-malu dan senang, kemudian aku bersiap-siap untuk rapat yang sangat penting sekali untuk perkembangan perusahaan ini. Aku masuk ke dalam mobil, menuju perusahaan yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di media bisnis karena kesuksesannya.
Aku berjalan masuk ke dalam loby kantor lalu masuk ke dalam lift yang lumayan sepi menuju lantai 4, tempat dimana rapat akan berlangsung, saat aku sudah masuk ke dalam ruangan ternyata sudah ada beberapa karyawan yang menunggu. "Selamat pagi" sapaku yang dijawab dengan hangat oleh mereka semua.
Aku mempersiapkan semuanya dengan dibantu oleh sekretarisku, semuanya telah siap bahkan cahaya ruangan juga sudah diturunkan agar layar proyektor bisa terlihat lebih jelas. Beberapa menit kemudian seorang pria masuk ke dalam menduduki kursi utama "Silahkan di mulai" Ucapnya santai.
Sepertinya dia seumuran denganku, gayanya terlihat santai dan fleksible kukira pemilik perusahaan megah ini seorang pria tua ternyata bukan, dia adalah seorang pria berusia akhir dua puluhan.
Aku mulai menjelaskan persentasi ini karena sudah banyak yang menunggu dan aku juga tidak ingin membuang-buang waktu lagi, selama satu jam lamanya aku menjelaskan tentang proyek milikku. Selama rapat berlangsung banyak para karyawan yang aktif bertanya sedangkan pria itu hanya diam saja sambil menatap fokus ke arah layar dan sesekali memainkan ponselnya mungkin itu dari kekasihnya karena kulihat dia tersenyum senang.
Acara rapat selesai dan semua karyawan keluar meninggalkan kami bertiga "Proyekmu menarik dan aku menerimanya" ucapnya sambil menjabat tanganku, ternyata dia cukup tinggi mungkin aku hanya setelinganya.
"Terima kasih pak" aku ragu untuk memanggilnya dengan sebutan 'bapak' di usianya yang masih terlihat sangat muda ini.
"Ohh c'mon jangan panggil bapak dan aku belum punya anak jadi kau boleh memanggilku Nathan" pria ini sangat menyenangkan dan menarik sifatnya ceria serta murah senyum.
"Baiklah Nathan mungkin kita bisa menjadi teman baik"
Nathan mengangguk, "Baiklah, aku pergi dulu" dia menepuk bahuku kemudian berjalan keluar dari ruangan ini dengan langkah cepat.
_______ _______
April POV
Aku bersama kakak-ku Novi sedang berjalan-jalan disebuah taman untuk mengatasi kebosanan, dan tidak sengaja Novi bertemu dengan pacarnya, jadilah aku seorang diri sendiri disini duduk meratapi nasib sebagai jomblo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Different Religion (On Revision)
RomanceBukan cerita religi!! Cuman cerita gak jelas. Dibuat pas zaman SMP, pengen hapus tapi sayang... Takdir mempertemukan Alifah dengan Nathan yang berbeda keyakinan dengannya itu, berawal dari Alifah yang menemukan Nathan tergeletak lemah di pinggir jal...