Thirty one

845 32 3
                                    

Eka POV

Satu pesta jadi hening karena suara orang yang tercebur ke dalam kolam dan ternyata itu Alifah! Bisa kulihat dari atas sini tatapan marahnya yang tertuju kepada seorang pria yang berdiri di depannya.

Tapi tunggu! siapa pria itu? Aku akan meminta cerita kepada Alifah nanti. Tidak lama kemudian, kulihat pria tadi turun ke kolam renang melalui tangga yang ada di dalam sana, memasangkan jaket kulitnya untuk menutupi tubuh Alifah yang lumayan tercetak jelas lalu pria itu menggendong tubuhnya. Astaga aku pasti malu jika jadi dia saat ini, lalu memilih untuk bersembunyi di dasar air.

Ya Allah sungguh romantis mereka seperti di film atau novel romance gitu "Kamu kenal pria tadi?" Tanyaku pada Aldi.

"Setauku dia anak dari keluarga tanuwijaya dan ayahnya Ardine bekerja sebagai pengacara mereka"

"Oh oke oke" setelah kepergian Nathan dan Alifah seisi pesta jadi saling bergosip tidak jelas tentang mereka. Terutama adiknya Tian tadi, terlihat heboh mencari keberadaan kakaknya sendiri.

"Eka" aku menatap April yang berdiri di hadapanku.

"Kenapa Pril?" Tanyaku

"Gue mau pulang tapi Annisa gak tau pergi kemana? Terakhir kali gue liat di gazebo taman belakang"

"Serius lo?! Apa jangan-jangan dia diculik?!"

"Hush jangan nethink dulu, dia sms gue katanya mau pergi sebentar gue disuruh ke rumahnya aja dulu tunggu dia disana. Lo mau temenin gue gak?"

"Gimana yaa?"

"Kamu bareng April aja sana, aku disini sama Ardine"

"Oke deh"

"Bagus" sahut April yang kemudian menarik tanganku menuju keluar pesta untuk masuk ke dalam mobil milik Annisa.

"Kenapa kuncinya bisa ada di lo?"

"Tadi Annisa titip dompet di tas gue dan ketinggalan"

Annisa POV

Tian mengajakku ke sebuah tempat yaitu caffe, apa maksud dan tujuannya tiba-tiba membawaku kemari? Dia lantas menarik sebuah kursi untukku kemudian ikut duduk dihadapanku.

"Gimana?"

"Apanya?"

"Tempat ini?"

Aku melihat ke sekeliling, tempat ini bisa dibilang sangat menarik ditambah lokasinya cukup strategis "sepertinya banyak orang yang melarikan diri kesini," ucapku begitu melihat para pengunjung mayoritas datang seorang diri dan beberapa ada yang membawa pasangannya juga.

Mereka semua yang datang sendirian tampak menikmati kenyamanan yang diberikan tempat ini, menghabiskan waktunya disini dengan membaca buku ataupun merenung sambil melihat langit.

"Iya kau benar, hampir semua tamu disini menjadikan caffe ini sebagai tempat pelariannya," ucap Tian yang ikut memandang ke sekeliling. Jelas sekali jika suasana tempat ini sangat tidak cocok untuk acara berkumpul dan have fun dengan banyak orang. Tempat ini seperti dikhususkan untuk kaum introvert yang ingin mengisi energinya kembali. "Ini caffe milikku yang terinspirasi dari Alifah" sambung Tian.

"Sepertinya Alifah sangat istimewa dihidupmu"

"Tentu saja, setelah Tuhan dan keluarga"

"Kenapa?"

"Entahlah bisa dibilang aku lebih dekat dengannya dibandingkan dengan adikku sendiri,"

"Menurutmu apa Alifah marah denganku?"

"Dia itu gak bisa ditebak, mungkin dia hanya kesal denganmu karena jika dia sudah benar-benar marah biasanya dia akan menghilang beberapa waktu lalu kembali dan bersikap jika semuanya baik-baik saja,"

Tian memanggil pelayan dan membisikan sesuatu kepadanya, pelayan itu hanya mengangguk kemudian pergi kembali.

"Kenapa kau terlihat gak bahagia disana?"

"Kak Ardine ternyata udah punya pacar, Talitha namanya"

"Iya sudah dua bulan mereka pacaran"

"Tau darimana?" Aku mengernyit menatapnya heran

"Talitha itu adikku" seketika ingatan Annisa saat bertemu dengan Tian dan Ardine di rumah sakit perlahan muncul. Jadi itu alasannya kenapa Ardine berjalan ke arah ruangan yang sama dengan ruangan adiknya Tian di rawat.

Pelayan tadi datang kembali menghadap kepada Tian "sudah siap pak" "oke makasih" lalu pelayan itu pergi kembali "Kita keruanganku saja" Tian berdiri lalu berjalan mendahuluiku, aku mengikutinya dari belakang masuk ke dalam Cafe indoor dan menaiki tangga yang ada di ujung sana kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan.

Kami duduk di sofa yang di hadapannya sudah tersedia berbagai hidangan yang terbuat dari coklat. "Aku ingin menghiburmu" lalu dia berdiri berjalan kearah piano berwarna putih.

Tian mulai menekan tuts dan menciptakan nada yang indah. Entah apa judulnya tapi sepertinya ini musik klasik, pria itu memainkannya dengan lembut. Bisa kulihat ia sangat menikmati permainannya itu.

Saat tengah menatap kagum ke arah Tian ponselku berdering dan terlihat layar dipenuhi oleh panggilan masuk
"Nis cepet balik disini udah ada gue sama Eka, berasa maling gak ada tuan rumah main nyelonong masuk"

'ganggu acara orang aja' umpatku dalam hati.

"Iya gue balik" kemudian aku memutuskannya.

"Mau pulang?" Tanya Tian.

"Iya ini di rumah gak ada yang jagain"

"Oke aku antar"
Tian berdiri dan aku juga berdiri, kami berjalan beriringan hingga tiba di tempat parkir mobil, tidak ada percakapan selama perjalanan sepertinya Tian tipe orang yang tidak banyak bicara.

Kami saling berbicara hanya saat dia menanyakan rumahku dan aku memberitahu alamat serta rumahnya, entah tapi aku merasa sangat canggung disini maka aku memilih untuk melihat ke arah luar jendela sebagai pengalihan diri.

"Makasih Tian" aku turun dan berlalu masuk ke dalam rumah.

"Woy Nis lama amat" teriak April dari depan tv saat aku menghampirinya "ya Allah rumah jadi kayak kapal pecah"

Eka dan April duduk santai di atas sofa, gaun yang tadi mereka gunakan disampirkan ke punggung sofa dan sekarang mereka menggunakan piyama milikku. Semena-mena amat yaa.

Dan ditambah banyak makanan disini, mungkin mereka mampir ke supermarket tadi ahh sudahlah aku memilih masuk ke dalam kamarku untuk mengganti dress ini dengan piyama serta membersihkan make up di wajah.

Setelah itu keluar dan duduk di samping April "masa cuma bertiga?" Ucap Eka.

"Yaudah gue telpon Alifah" kulihat April mengeluarkan ponselnya memencet nomor kemudian menghubunginya, kalau Alifah datang bisa mati kutu disini.

"Halo Alifah lo kerumah Annisa yaa..... ohh oke oke gue tunggu"

Kemudian April meletakkan ponselnya kembali, rasa tegang sebelum kedatangan Alifah menyelimutiku. Tadi dia lihat Tian denganku atau tidak ya?

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang