Alifah duduk dengan tegap dan langsung menghirup oksigen dengan rakus, tadi ia bermimpi tenggelam di laut bahkan ia masih bisa merasakan sisa-sisa rasa sakit yang menghimpit dadanya. Gadis itu memandang ke sekitar dan mendapati dirinya tengah berada di sebuah kamar yang terlihat mewah dengan alat bantu nafas yang terpasang di hidungnya.
Gadis itu langsung melihat ke bawah dan ternyata pakaiannya masih lengkap, bersyukur dalam hati. Alifah baru menyadari jika dia sedang memakai alat bantu nafas, dia pun melepasnya lalu berjalan keluar kamar untuk mencaritahu dimana ia berada sekarang.
Alifah mendapati seseorang tengah tertidur pulas di atas sofa putih, dia pun mendekatinya, seketika terkejut karna orang itu adalah pria asing yang tadi terjebak bersamanya di dalam lift.
Gadis itu baru teringat kalau dia harus kuliah malam ini dicarinya jam dan mendapati bahwa sekarang sudah jam delapan. "Mampus gue" rutuknya dalam hati.
Alifah menggoyangkan tubuh Nathan dengan kencang, yang dibangunkan pun langsung mengerang karena tidurnya telah diganggu. Dengan ogah-ogahan, pria itu duduk lalu menutup mulutnya yang sedang menguap.
"Apaansih ganggu aja" ucapnya sambil mengusap matanya yang masih terasa berat.
"Sekarang jam delapan" ia tidak bisa memikirkan apapun kecuali satu hal yaitu harus datang ke kelas tepat waktu.
"Then?"
"Gue harus kuliah sekarang" teriaknya frustasi "gue ada dimana ini?"
"Apartemen gue,"
"Trus mobil gue?"
"Masih disana,"
"Gue gak mau tau, lo harus anterin gue sekarang"
"Iya-iya" Nathan bangun dari duduknya berjalan masuk ke dalam toilet dan tanpa sadar Alifah mengikutinya dari belakang. Gadis itu sangat panik hingga tidak bisa berpikir jernih.
"Lo mesum juga ya?" Ucap Nathan yang baru saja ingin menutup pintu toilet tapi dibuat bingung karena gadis itu ikut masuk ke dalam.
"Hah?" Tanya Alifah yang belum memahami situasinya.
Nathan kembali berjalan menuju wastafel, tidak dipedulikannya kelemotan gadis itu. Dia langsung mencuci muka dan mengelapnya dengan tissue "Tunggu rambut lo berantakan" Alifah membasahi tangannya dan berjinjit untuk merapikan rambut Nathan yang terlihat acak-acakan.
Tinggi badan yang berbeda jauh membuatnya kesulitan, sehingga ia memilih untuk berjinjit. Gadis itu terlihat fokus sekali saat sedang merapikan rambut pria itu sedangkan Nathan hanya menatap wajahnya dengan intens, dari jarak sedekat ini ia bisa menyium wangi cologne milik Alifah yang terasa sangat menenangkan, ingin rasanya ia mengenggelamkan wajahnya di antara lekukan leher gadis itu.
"Ok selesai" Alifah mengelap tangannya dengan tissue "yaudah ayo" kemudian menarik tangan Nathan untuk segera keluar dari sana.
Mereka masuk ke dalam lift dan turun ke loby, dengan langkah cepat menuju ke pintu keluar. Nathan mengambil kunci mobilnya ke petugas kemudian mencari tempat parkir mobilnya setelah ketemu langsung masuk ke dalam dan menjalankannya.
"Gue gak mau tau nanti lo juga harus jemput" ia takut jika harus naik kendaraan umum nantinya, apalagi tengah malam pasti rawan dengan kriminal di luar sana.
"Jam berapa?"
"Satu, tapi gak tau juga sih"
"Sini hp lo" pinta gadis itu dan Nathan pun memberikan ponselnya "nih"
Alifah mengetik nomornya dan menyimpannya kemudian menghubungi nomornya dari ponsel Nathan untuk menyimpan nomor pria itu juga, setelah itu dikembalikannya ponsel itu kepemiliknya.
"Ayo cepat! Gue udah telat ini!" Seru Alifah sambil berkali-kali melihat jam di ponselnya.
"Gak usah teriak-teriak kenapa" Nathan gemas sekali dengan gadis yang duduk disampingnya ini, langsung saja dia tancap gas dan menembus jalanan.
Alifah turun dengan cepat dan berlarian menuju ke kelas sambil berteriak "Makasih, nanti gue telpon, dadah" teriaknya.
Nathan hanya memandang punggung Alifah yang kian lama kian menjauh itu, setelah dipastikan gadis itu telah menghilang dari penglihatannya, dia kembali masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari sana.
----#----
April melangkahkan kakinya ke dalam salah satu pusat perbelanjaan, dia sedang mencari novel baru yang menarik. Rasanya jenuh sekali karena semua novel miliknya telah ia baca, gadis itu butuh cerita baru, bacaan baru, dan imajinasi yang baru. Ia berjalan masuk ke salah satu toko buku langganannya, berkeliling dari rak satu ke rak yang lainnya.
Setelah puas mencari novel, dia keluar dan memutuskan berkeliling terlebih dahulu, karena merasa lapar dia memilih untuk makan di sebuah restaurant. April memilih sebuah tempat yang masih kosong di sudut ruangan, seorang pelayang mendatanginya untuk mencatat pesanannya.
Sembari menunggu makanannya disajikan, April memilih untuk membaca novel yang baru dibelinya tadi, namun perhatiannya langsung teralihkan saat dia melihat Agil keluar dari dalam bioskop yang terletak tidak jauh dari situ.
April memasukkan novelnya kembali untuk memperhatikan apa yang sedang dilakukan Agil disini, dan dia mendapat kenyataan yang memahitkan bahwa Agil datang kesini tidak seorang diri melainkan dengan seorang perempuan cantik yang bernama Fio.
Nyutt
Muncul rasa yang sangat menyesakkan dada, April melihat Agil dan Fio berjalan berdampingan. Fio menggelayut manja di lengan Agil, mereka berjalan beriringan masuk ke dalam tempat dimana April berada, mereka terlihat saling tertawa ria penuh kebahagiaan seolah-olah tidak pernah tau jika ada seseorang yang sakit karena melihat kebersamaan mereka disana.
April menutupi wajahnya agar tidak ketahuan dengan menggunakan buku novelnya, dia melihat bahwa Agil dan Fio memilih tempat duduk yang ada dibelakangnya.
Pesanannya pun datang dan diletakkan oleh pelayan di depannya, April mendengar suara lembut Agil dengan jelas sedang menggoda Fio.
Tentu April sangat cemburu, dia sudah melakukan segala hal untuk Agil, mendukungnya, memberikan hatinya, menerima segala perlakuan kasar dari Agil, membawakannya bekal untuk sarapan karena dia tau kalau Agil itu tidak pernah makan dengan teratur.
Dan sekarang balasan Agil adalah ini? dadanya sangat sesak dan tenggorokannya seolah digumpal oleh bola pingpong, susah sekali untuk bernafas dan rasanya sakit, dia menahan air mata yang sudah tertahan di pelupuk matanya. Seharusnya ia sadar jika ia harus siap patah hati ketika memutuskan untuk mencintai seseorang.
Gadis itu mencoba menguatkan diri dan mengalihkan diri dengan memakan makanan yang dipesan, namun setelah melihat kejadian itu dia justru tidak nafsu makan dan makanan yang ditelannya terasa hambar.
"Gil mau pesan apa?" tanya Fio.
"Terserah kamu aja deh"
"Makanan kesukaan kamu apa?" Tanya Fio lagi.
'Bebek panggang' Air mata yang ditahannya pun jatuh juga
"Masa kamu lupa sih?"
"Serius aku lupa" ucap Fio.
"Bebek panggang"
"Oh iya! maaf yaa kalau aku lupa"
"Iya gapapa sayang"
April segera meminta bill kepada pelayan lalu membayarnya dan segera keluar dari sana sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.
Kejadian itu sangat menyesakkan, dia masuk ke dalam mobil dan menangis sejadi-jadinya disana, kenapa Agil begitu jahat padanya? Apa salahnya? April memutuskan untuk tidak pulang ke apartemen melainkan ke rumahnya, ke rumah orangtuanya lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Different Religion (On Revision)
RomanceBukan cerita religi!! Cuman cerita gak jelas. Dibuat pas zaman SMP, pengen hapus tapi sayang... Takdir mempertemukan Alifah dengan Nathan yang berbeda keyakinan dengannya itu, berawal dari Alifah yang menemukan Nathan tergeletak lemah di pinggir jal...