Thirty eight

887 39 1
                                    

April sedang bersiap untuk berangkat kuliah, kini dia sudah berada di apartemen setelah berdebat dengan orangtuanya kemarin. Dia keluar lalu mengunci pintu, berjalan santai menuju lift yang terletak diujung saat lift terbuka terdapat lima orang disana langsung saja dia masuk.

April berjalan keluar saat lift terbuka di loby, dia melangkahkan kaki keluar menuju tempat parkiran membuka pintu mobil dan masuk ke dalam menuju ke kampus. Sepanjang perjalanan hanya dilalui sambil bersenandung ria, jarak yang tidak jauh membuatnya tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai.

Setelah memarkirkan mobil dia berjalan menuju kelasnya, dan begitu sampai dia melihat Eka sudah duduk manis di dalam sana sambil memainkan ponsel mungkin untuk mengatasi kebosanan.

Jangan menanyakan dimana Annisa, karena dia selalu masuk paling akhir.

"pagi Ek" sapa April.

"Pagi Pril" balas Eka sambil tersenyum.

"Ehh semalem lo upload foto sama Aldi dimana?"

"Ohhh itu, semalem gue diajakin ke pesta orang tua-nya sama Aldi"

"Asyik deh ketemu sama camer hahaha"

"Apaan sih, ohh iya Agil nitip sesuatu ke gue dan itu buat lo" Eka merogoh isi tas nya dan mengeluarkan kotak makan lalu memberikannya ke April.

"Kapan kasihnya?"

"Tadi pagi, emang lo udah baikan sama Agil?"

"Gak tau ahh, gue masih kesel sama dia" April membaca surat kecil di atas kotak makan yang bertuliskan "jangan lupa dimakan, biar gak sakit lagi" sedikit terharu namun dia teringat kembali dengan masa lalu, masa dimana dia selalu membuatkan bekal makan untuk Agil dengan pesan singkat namun bekal itu justru diberikan kepada orang lain. Miris sekali, Agil menuliskan pesan agar April menjaga kondisi kesehatan tubuhnya namun tanpa disadari dia lah penyebab utama April sakit.

April muak mengingatnya, dia memberikan kotak makan itu kepada temannya yang duduk di belakang mereka.

"Kenapa dikasih ke orang lain?" tanya Eka.

"Gapapa, gue mendadak kesal aja"

"Gue tau jauh di dalam hati lo, lo masih tertarik kan sama Agil? Kenapa sok jual mahal sih?" perkataan Eka sangat benar dan itu menusuk tepat di hatinya.

"Kata Alifah gue harus jual mahal, gue mau lihat usaha Agil dulu"

"Terserah lo aja,"

"Kayaknya cuma lo doang yang gak rumit kisah cintanya"

"Alhamdulillah yaa sist,"

Annisa duduk di kursinya dengan napas yang memburu akibat berlarian dari parkiran menuju ke kelas, hampir saja di telat.

"Telat mulu nih anak" seru April.

"Wets gue on time, emang jadwalnya jam 8 kan? Tuh lihat gue datang jam 8 tepat"

"Terserah lo deh Nis, biar seneng" sahut Eka

"Yeilah Ek gitu amat sih"

_____ _____

Alifah pov

Saat sedang sarapan pagi, Nathan datang ke rumah dan langsung menghampiriku di meja makan, aku sengaja tidak menatap matanya dan fokus ke acara sarapan pagi ini.

"Sedihnya di duain sama makanan,"

"Mau ngapain lo pagi-pagi udah kesini?"

"Kangen nganterin lo ke kampus"

"Gue tau gue ngangenin"

"Iya, apalagi pas lagi tid--"

"Lo udah sarapan belom? Kalo belom nih makan aja dulu masih banyak" aku memotong pembicaraan Nathan agar tidak terdengar oleh bi Surti. Udah gila nih orang, kalo bi Surti dengar lalu buat laporan ke bonyok bisa mati.

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang