one

3.2K 102 2
                                    

April melihat Annisa dan Eka yang sedang tertawa lalu dia terpikiran suatu ide.

"Nis ada Ardine tuh"
Fyi, Ardine adalah gebetan Annisa, ia menyukai pria itu sejak pertama kali dia melihatnya sewaktu ospek, Ardine adalah seniornya dan merangkap juga sebagai ketua BEM.

Sikapnya yang dewasa, pembawaannya yang bijak dan selalu tenang serta pemikiran cerdasnya membuat Annisa terpikat hati melihatnya.

Ardine adalah mahasiswa jurusan hukum dan tahun depan dia akan wisuda. Annisa berusaha bersikap tenang, kalem, jaim dan anggun saat mengetahui kalau ada Ardine di belakangnya.

Dan sekarang malah giliran April yang terkekeh geli melihat perubahan sikap annisa "gue bohong juga, percaya aja lo"

Annisa memandang April dengan tatapan horror tapi segera dialihkan saat Eka tiba-tiba menggoyangkan lengannya.

"Kenapa??"

"Liat deh"Eka menunjuk ke arah seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka dengan posisi membelakangi.

Annisa menyipitkan mata-nya karna tampak buram apabila ia melihat jarak jauh tanpa bantuan kacamatanya. "Aduh mata gue burem nih" gadis itu lalu memakai kacamatanya yang tadi dia taruh di dalam kantong kemejanya.

"dia kenapa?"

"Iya, lo kenal?"sahut April

"Isshh lo gak peka amat sih liat lebih jeli dong itu mirip siapa?!"

Annisa terus memerhatikan dengan baik dan benar tapi tetap saja dia menyerah "Siapa sih?"

"Liat dong dia mirip Alifah tapi rambutnya lebih pendek aja sebahu"

"Ohh iya bener lo Ek bisa-bisanya gue lupa sama sahabat lama sendiri" Annisa menepuk dahinya dengan telapak tangan.

"Kita kesana coba ntar salah orang lagi" ajak April

Annisa, Eka dan April berjalan beriringan mendekati wanita itu yang tampak sedang mengobrol dengan seseorang. Saat sudah dekat, dia membalikkan tubuhnya dan sekarang posisi mereka saling berhadapan.

Reflek Annisa, Eka dan April terkejut karena itu adalah orang yang sudah menghilang tanpa kabar selama lima tahun lamanya, mereka berseru bersamaan memanggil nama orang itu "Alifah!!"

Wanita itu mengernyitkan dahi-nya bingung "siapa yaa?"

"Dihh lo gak inget sama kita?? Kita sahabat lo pas di SMA" Seru Annisa

"Sahabat?" Alifah tampak sedang berpikir keras mencoba mengingat sesuatu. Ia mengerutkan keningnya dalam-dalam sambil mengamati tiga orang di hadapannya.

Tiba-tiba dia berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya "arrrghh sakiitt" dia berlutut sambil memegang kepalanya.

Karena Annisa dari bawaan lahir orangnya sudah heboh dia berteriak panik dan menanyai keadaan gadis tadi berkali-kali, tapi dia bingung karena tiba-tiba gadis itu tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.

"Sumpah kayaknya gue orangnya ekspresif banget. Pasti kalo bohong selalu ketauan"

"Sialan lo Fah gue udah panik! malah bercanda dikira lo amnesia beneran gara-gara kecelakaan itu"

"Gak mungkin lahh gue lupa sama sahabat gue" Alifah memeluk Annisa dan Eka sedangkan April hanya melihatnya karena dia tidak dekat dengan Alifah bahkan tidak kenal. Dia mengenal Alifah hanya sebatas nama dan wajahnya saja bukan kepribadiannya, Alifah terkenal di SMA wijaya karena berpacaran dengan Rafa serta karena kejadian waktu itu.

"Lo pindah kampus? Trus jurusan apaan?"
Tanya Annisa.

"Iya nih, bosen di Jerman, gue kangen sama kalian. Gue ambil bisnis. Kalo lo pada?"

"Kita ekonomi...ohh iya Fah nih kenalin Aprilia satu fakultas juga sama kita itu loh yang dulu jadi kakak kelas kita di SMA"

Alifah menjabat tangan April sebagai tanda perkenalan "ohh iya yang satu kelompok sama gue pas jurit malam"

"That's right" seru April

"Ehh ceritain hidup lo selama di jerman" kata Annisa

"Males ah"

"Gua kan kepo wehh" bujuk Annisa

"Dari dulu gak pernah berubah" jawab Alifah

"Dari lahir malah" ucap Eka dan April bersamaan.

"Hahaha iya ntar gue ceritain tapi unjukkin dulu dong dimana ruang TU-nya"

"Ok follow me" Annisa berjalan duluan menuju ke ruang perpustakaan yang terletak di depan danau.

Begitu sampai tepat di depan ruang TU, Alifah masuk ke dalam sendirian karena setelah ini ketiga temannya akan ada kelas.

Alifah hanya ingin mengambil jadwal kelasnya, ia disuruh untuk menemui salah satu pegawai disana. Setelah mendapatkan jadwalnya, ia melihat jika 20 menit lagi dia ada kelas.

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang