Fifty Nine

767 24 5
                                    

Annisa sudah membersihkan tubuhnya dan mengganti gaunnya dengan piyama. Tian belum kembali ke kamar karena dia harus menemui teman bisnisnya yang baru datang. Annisa memandang ke sekeliling kamar yang sudah dihias layaknya kamar pengantin.

Dia memandang kearah dirinya lewat kaca, rona merah muncul di kedua pipinya saat dia sadar jika malam itu adalah malam pertama bagi dirinya dan juga Tian.

Pintu kamar terbuka dan terlihat Tian berjalan masuk dengan wajah lelah sambil membuka jas dan dasi yang di pakainya. Dia berjalan mendekati Annisa yang sedang menatapnya melalui cermin lalu memeluknya dari belakang.

"Mandi dulu sana" ucap Annisa.

Tian tersenyum dan mengecup pipi Annisa kemudian berjalan masuk kekamar mandi. Annisa mendengar suara shower menyala dari kamar mandi, dia terus berdiam diri hingga Tian keluar dari kamar mandi dan sudah memakai piyama.

"Gimana temanmu?" Tanya Annisa.

"Baru saja mereka pulang" jawab Tian

Annisa berjalan kearah Tian dan duduk disampingnya yang sudah berada diatas ranjang.
"Kamu mau honeymoon kemana?" Tanya Tian sambil mengelus rambut Annisa.

"Terserah kamu aja" Jawab Annisa dengan antusias.

"Gimana kalo maldives?"

"Benarkah?" Seru Annisa dengan pandangan yang berbinar-binar.

"Iya sayang"
Annisa memeluk Tian dengan perasaan senang "makasih" Tian menangkup wajah Annisa lalu mencium keningnya sesaat mereka teringat dengan acara akad nikah yang dilangsungkan tadi pagi, acara yang menegangkan sekaligus membahagiakan.

Disambung dengan mencium kedua pipi Annisa lalu terakhir dibagian bibir yang ranum itu. Tian mengecup bibirnya kemudian melumatnya, menyesap setiap inci bagian dari bibir itu. Dia mendorong dengan pelan tubuh Annisa keatas kasur, masih melumat bibirnya.

Annisa mengacak-acak rambut Tian, ciuman Tian beralih ke leher jenjang milik Annisa. Mereka sudah terlarut dalam gairah masing-masing.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamar membuat mereka langsung berdiri dengan rambut yang sudah acak-acakan, mereka saling tertawa kamudian salah satunya ada yang membukakan pintu.

"Ada perlu apa?" Tanya Tian.

"Kami mengirimkan bingkisan"

"Bingkisan?" Lalu sebuah rangkaian bunga yang telah disusun dibawa masuk kedalam kamar, diletakkan dihadapan ranjang. Petugas itu keluar lagi setelah menyelesaikan tugasnya.

Tian dan Annisa menatap papan itu yang bertuliskan 'selamat menikmati' dan dibawahnya terdapat nama Alifah dan Nathan. Tian mengusap wajahnya "astagfirullah" ucapnya.

***
Nathan dan Alifah bertemu dengan sepasang pengantin baru di loby hotel, mereka akan segera pergi mengunjungi rumah Luna--ibunda Nathan--. Sedangkan sepasang pengantin baru itu sepertinya baru saja selesai berlari pagi.

"Setau gue pengantin baru itu lebih suka olahraga diranjang" Alifah menyenggol  lengan Nathan dan menatapnya dengan tatapan--ini tempat umum--

"Hahahaha iseng aja olahraga biar gak kaku ototnya" balas Tian "ohh iya makasih itu bingkisan besarnya"

"Bingkisan besar?!" Tanya mereka berdua dengan kebingungan atau mungkin kelupaan.

"Iyaa semalem baru nyampe di kamar dan karena itu juga semaleman kita cuman tidur"

Nathan dan Alifah baru teringat sesuatu, yap! Mereka memesan itu memang untuk mengerjai Tian. Mereka tertawa terbahak-bahak kecuali pengantin baru itu yang menatapnya jengkel.

"Iya sama-sama yaudah kita pergi dulu yaa" Nathan menepuk bahu Tian kemudian mereka berlalu pergi untuk masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan di depan.

Luna berada di sebuah pulau yang dibelikan Nathan untuknya, disana dia tidak akan merasa kesepian karena dibelakang rumahnya terdapat perkampungan kecil yang disiapkan Nathan untuk para pelayannya yang bertugas mengurusi kebun dan rumah.

Mereka harus menaiki kapal terlebih dahulu sekitar setengah jam dari pelabuhan. Saat sudah berada di atas kapal milik Nathan. Alifah duduk di ujung depan kapal sambil menikmati pemandangan sedangkan Nathan yang mengendarai kapal itu.

Alifah melihat kebagian bawah kakinya, terlihat air berwarna biru yang jernih. Dia juga melihat beberapa lumba-lumba melompat-lompat diatas permukaan air laut. Mereka tiba di dermaga kecil yang merupakan sebuah jembatan untuk para orang di pulau itu menempatkan perahunya.

Mereka turun dari kapal dan berjalan menuju ke sebuah rumah yang terbuat dari kayu, tidak ada unsur lain kecuali kayu yang terlihat mengkilap itu. Rumah itu sederhana karena Luna tidak ingin yang terlalu mewah. Mereka mengetuk pintu rumah dan pintu dibuka oleh seorang pelayan.

"Dimana mamah?" Tanya Nathan.

"Ada di dapur, silahkan masuk" mereka berjalan masuk kedalam dan langsung terlihat ruang tamu sekaligus ruang keluarga yang luas. Di sebelah kanan terdapat sebuah kamar yang merupakan kamar Luna sedangkan di sebelah kiri merupakan perpustakaan, dan di lantai dua terdapat juga dua kamar yang nanti akan mereka tempati.

Di sudut bagian sebelah kiri terdapat pintu dan itu merupakan akses masuk ke dapur sekaligus ruang makan. Mereka berjalan kearah sana dan menemukan Luna yang sedang memasak banyak makanan karena di meja dapur terdapat banyak bahan makanan dan Luna dibantu oleh beberapa pelayan.

"Nathan Alifah" Luna sudah menyadari keberadaan mereka berdua yang sedang berdiri canggung di depan pintu. Dia berjalan melewati para pelayan yang sedang menyiapkan masakan. Luna memeluk mereka berdua sekaligus.

"Kapan sampe?"

"Baru aja" jawab Alifah

"Kita keluar aja, disini lagi ribet" Luna membalikkan tubuh mereka dan mendorongnya keluar. Lalu duduk diatas sofa.

"Ada acara apaan mah?" Tanya Nathan.

"Nanti malem ada pesta panen yang akan dibuat di lapangan"
Jelas Luna "ohh iya kalian kemana aja? Udah lama gak main kemari"

"Iya mah maaf, lagi sibuk ngurusin kerja" jawab Nathan

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang