Saat ini mereka sudah berada dalam perjalanan menuju ke kawasan gunung dan tentu-nya mereka pergi setelah pamit kepada ibunya Rafa.
"Ciee yang udah direstuin" celetuk Annisa.
Alifah hanya diam tidak menggubris perkataan Annisa dan memilih fokus ke arah jalanan.
"Gak ada pemikiran mau balik sama Rafa?" Tanya Eka.
"Alhamdulillah gak ada,"
"Perasaan lo kayak gimana sih dulu sama dia? Cepet amat moveon-nya apalagi putusnya karna hal itu" tanya April.
"Iya padahal dulu kalian romantis banget kayak di drakor" sahut Annisa.
"Karena waktu itu kita masih SMA jadi paling cuma cinta monyet aja" jawab Alifah.
"Jadi lo belum tertarik ke cowo lain lagi?" Tanya April.
"Belum,"
Mereka sampai di tempat tujuan dan langsung saja keluar dari dalam mobil, lalu mereka berjalan beriringan ke tepi danau. Udara disana terasa dingin dan sejuk, namun sayang sekali sepertinya kedatangan mereka tidak direstui disana, bisa di lihat langit telah dipenuhi gumpalan awan hitam sebagai pertanda mendung dan hujan yang akan turun sebentar lagi.
"Dulu kita pernah camping juga kan disini?" tanya Alifah.
"Iya waktu semester satu kelas sepuluh" jawab Eka.
"Jadi kangen gue sama suasana dulu" ucap Alifah sembari bernostalgia dimana mereka pernah melakukan acara api unggun lalu seorang guru menyuruh mereka semua membayangkan apabila orangtua kalian telah tiada dan tentu saja Alifah tidak menangis waktu itu. Karena konyol sekali, mana mungkin ia berpikiran negatif seperti itu terutama terhadap orangtuanya.
"Sama Fah" sahut Annisa.
"Gua ditembak Rafa disini, di pinggir danau pas gue lagi pengen sendirian"
"Suasana kayak gini jadi mendukung buat flashback" sindir Annisa.
"Gua cemplungin lo Nis"
"Jangan dong! lo kan tau gue gak bisa berenang"
"Belajar sana,"
Ponsel April berdering, dia langsung mengambilnya dari dalam saku celana lalu dilihatnya ada panggilan masuk dari ibunya.
"Halo mah, kenapa?" Tanya April lalu terdiam sejenak untuk mendengar jawaban dari ibunya itu.
".... oh oke, aku pulang sekarang""Nyokap gue udah nyuruh balik ini,"
"Udah gerimis juga nih" sambung Eka sambil menengadahkan telapak tangannya ke arah langit.
"Yaudah, ayo pulang" ajak Alifah dan mereka pun berjalan dengan santainya kembali ke mobil yang terparkir cukup jauh dari tempat mereka sekarang.
Awalnya mereka berjalan beriringan dengan santai tapi tiba-tiba hujan yang tadinya cuma gerimis mendadak deras seketika dan mereka langsung berlarian dengan cepat sambil menutupi kepalanya menggunakan tangan meskipun tidak berpengaruh apa-apa dan kondisi mereka tetap basah kuyup begitu berhasil masuk ke dalam mobil.
Alhasil mereka membuat jok mobilnya ikut basah juga, Alifah mematikan AC mobil dan menyalakan penghangat agar mereka tidak tambah kedinginan lalu berakhir dengan masuk angin.
"Hujannya deras banget" ucap Annisa.
"Hujan angin pula" sambung Eka sambil melihat ke arah bagian atas pepohonan yang bergerak mengikuti arah angin.
"Jok mobil gue basah nih" Annisa meneloyor kepala Alifah yang duduk di sebelahnya dan dibalas tatapan sinis olehnya.
"Lu malah mikirin jok"
Ringtone ponsel Annisa berbunyi dan langsung diangkatnya panggilan masuk yang ternyata dari Bunda.
'Nis kalian dimana?'tanya bunda ada nada khawatir di dalam suaranya.
"Ini lagi di jalan pulang Bun"
'Hati-hati yaa hujannya lebat jalanan pasti licin'
"Tenang aja bun Alifah udah jago," Annisa mengucapkan itu dengan tak sadar sambil menepuk bahu Alifah, orang yang ditepuk bahunya pun hanya menatap tak percaya ke arah Annisa.
'Yaudah jangan kemana-mana lagi langsung pulang'
"Oke sip Bun" Panggilan diputuskan oleh Bunda.
"Dikata gue pembalap kali" ucap Alifah "ehh btw lo masih ngefans aja sama Ali Prilly"
"Ohh jelas dong fans setia"
Alifah memutar kedua bola matanya "Apa kerennya?"
"Keren lah yang satu ganteng yang satu cantik dan kalo jadi couple romantis abis" Annisa berkata dengan antusias sambil membayangkan kedua tokoh idola-nya itu.
"Emang lo Fah, ngeidolain Albert Einsten" sindir Eka dan satu mobil tergelak karenanya kecuali Alifah dia hanya menatap datar ke arah jalanan seolah-olah dia hanya sendirian disana.
"Idola gue itu cerdas, bijak. Emangnya lo cuma liat dari tampang sama chemistry, korban sinetron lo semua"
Jawab Alifah sarkastik."Botak gitu kebanyakan mikir" celetuk Eka lagi.
"Jangan salah dia itu termasuk playboy di zamannya"
Seisi mobil dipenuhi oleh gelak tawa Annisa, Eka dan April setelah mendengar pernyataan darinya.
"Diam atau gue tabrakkin nih mobil?!" Gadis itu membenci segala sesuatu mengenai dirinya itu diejek oleh orang lain.
"Eits jangan ntar gue koma lagi, udah weh diem nih anak bisa baperan juga"
Alifah memutar kedua bola matanya lagi lalu memilih untuk fokus ke jalanan.Mereka berlarian masuk ke dalam rumah setelah mobil diparkirkan di depan pintu dan mendapati Bunda sedang menunggu disana, walaupun tv di depannya menyala sedari tadi namun pikirannya hanya fokus memikirkan mereka berempat yang belum juga pulang.
Bunda berdiri saat mendapati mereka telah pulang "Kalian basah begini, mandi dulu sana!" Titahnya.
"Kayaknya enggak deh Bunda, aku udah ditunggu mama di rumah mau pergi ke resepsi pernikahan sodara,"
"Beneran nih? Nanti masuk angin loh"
"Iya bun, tenang aja gak bakal kok. Ehh Fah anterin gue yaa?" Alifah hanya mengacungkan jempol sebagai jawabannya. Mereka berdua masuk ke dalam kamar Annisa untuk mengambil barang-barang miliknya kemudian keluar lagi.
"Kalian minum ini dulu biar gak masuk angin nanti" Bunda menyodorkan dua buah obat dan dua gelas air bening.
Mereka berdua meminumnya dan meletakkan gelas kosong itu di atas meja, "Eka pulang kapan?"tanya Alifah.
"Dia kan di rumah gak ada kerjaan dan di luar juga masih hujan jadinya disini dulu nunggu hujan reda" jawab Annisa.
"Iya betul masih jam empat ini" sambung Eka.
"Yaudah gue duluan yaa" ucap April.
"Bun kita pamit dulu yaa, assallamu'alaikum" April menyalami tangan bunda dan diikuti oleh Alifah setelahnya.
"Walaikum'salam hati-hati yaa di jalan" Mereka berdua keluar dari dalam rumah kemudian masuk ke dalam mobil Alifah.
"Btw rumah lo dimana? Bisa tunjukin kan? Gue udah lupa sama jalanan di kota ini,"
"Gak jauh, nanti gue arahin," April masih asyik memainkan ponselnya dan Alifah memutuskan untuk mendengarkan lagu yang disiarkan dari radio.
"Sip" mobilnya melaju meninggalkan pekarangan rumah Annisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Different Religion (On Revision)
RomansBukan cerita religi!! Cuman cerita gak jelas. Dibuat pas zaman SMP, pengen hapus tapi sayang... Takdir mempertemukan Alifah dengan Nathan yang berbeda keyakinan dengannya itu, berawal dari Alifah yang menemukan Nathan tergeletak lemah di pinggir jal...