Thirty six

817 37 2
                                    

Alifah saat ini sedang duduk santai bermalas-malasan sambil melihat channel tv yang menurutnya membosankan lalu ponselnya berdering dan dibalasnya pesan dari Nathan itu dengan ogah-ogahan.

Nathaniel Tanuwijaya

"Excuse me?!"

"Iya,,, dengan Alifah disini, ada yang bisa saya bantu?"

"Ini bukan nomor customer service kan?"

"Jelas bukan, sayang"

"Gue belum makan nih"

"Yaudah makan sana kenapa harus laporan, gimana sih?!"

"Gimana sih(2)"

"Ihh gak jelas deh"

"Maksudnya mau makan siang bareng gak?"

"Gue udah kenyang,"

"Gue kasih pilihan, temenin gue makan siang di luar atau bawain gue makanan"

"Kenapa harus gue? Gue bukan calon istri lo"

"Yaudah mulai detik ini lo calon istri gue"

"Gue gak pernah bilang kalo gue mau"


"Gue gak perlu persetujuan dari lo"

"Udah gila ya lo?"


"Gue tunggu disini selama setengah jam"

"Kalo gue gak mau dateng?"

"Jangan pernah membuatku marah, sayang :)"

Alifah berdiri dari kegiatan membosankannya dan dengan langkah gotai menuju dapur mengambil semua makanan beserta lauk pauknya lalu menyusunnya ke dalam kotak makan. Astaga pria itu sudah gila, dia merinding ngeri saat mengingat wajah marah Nathan. Tetapi entah kenapa bisa-bisanya dia menurut untuk datang kesana, seperti ada sisi dalam dirinya yang tertarik untuk menemui pria itu.

Dia pun bersiap-siap mengganti baju dengan cepat, tidak perlu berdandan terlebih dahulu karena hanya bertemu dengan Nathan saja tidak ada yang spesial kecuali dia bertemu dengan Shawn Mendes.

Dia mengambil tasnya yang berisi bekal makan siang untuk Nathan, kemudian masuk ke dalam mobilnya yang baru saja keluar dari bengkel. Dengan santai membawanya keluar, setengah jam kemudian Alifah telah sampai di tempat tujuan dia turun dari mobil dan memandang gedung kantor milik Nathan yang menjulang tinggi di depannya.

"Dia pemilik perusahaan ini?!" Alifah melangkah masuk menuju loby utama, dia menghadap ke meja resepsionis "Saya ingin bertemu dengan Nathan" tidak ada jawaban dari sang resepsionis dan hanya tatapan mata saja yang membuat Alifah merasa geram, wanita itu hanya menatap Alifah dengan tatapan meremehkan.

"Apa kau tidak salah alamat nona? Kau harus membuat janji dengan sekretarisnya dulu jika ingin bertemu dengannya," ucap wanita itu dan baru saja Alifah ingin menjawabnya.

"Alifah" dia menengok ke belakang dan mendapati Tian juga ada disana.

"Tian? Sedang apa disini?"

Love Different Religion (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang