Bab 40 - Patah Hati (lagi)

165 11 4
                                    

Udah dua minggu aku berusaha keras menghindar dari Rama. Rama jelas tau aku kini sedang menghindar, dia berupaya mengajak ku mengobrol namun aku selalu beralasan. Pesan dan teleponnya tak ku respon.

Bukan aku sok jual mahal! Tapi aku gak percaya sama apa yg terjadi. Aku menganggap Rama sebagai sahabat karibku. Tapi nyatanya dia punya perasaan lebih. Mungkin kalian pikir ini biasa, tapi tidak bagiku.

Ini sebuah bencana. Rama memang hanya menyatakan perasaannya padaku, dia tidak bertanya apakah aku suka padanya atau bahkan apakah aku ingin jadi pacarnya.

Tapi, kalo sampai dia bertanya? Lalu ku tolak? Semuanya pasti jadi kacau. Rama teman ku yg baik! Aku tidak ingin kehilangan teman baik ku!

Berbeda dengan Kiran. Ketika aku menceritakan kejadian itu, dia terlihat senang dan bahagia.

"Bagus dong!! Akhirnya Chelseaku buka hati lagi buat cowok lain!!"

"Ki lo gila ya? Lagian gue belum abisin ceritanya."

"Trus trus? Lo diem aja pas dia nanya? Atau dia nanya perasaan lo ke dia?"

"Nggak. Gue langsung cabut dari sono. Gue langsung masuk ke angkot."

Oke, sungguh ku sesali ketika aku memutuskan pergi dari tempat itu tanpa bertanya lebih lanjut le Rama. Tapi hatiku tidak terkontrol saat itu karena shock, aku tidak mau menyakiti perasaannya. Tidak mau.

Aku harus telepon Davin, sudah dua mingguan juga dia tidak mengirimku pesan.

"Halo?"

"Halo?"
Sapa kami bersamaan.

"Gue mau cerita dong!" Kataku merenggut

"Ah gue juga mau cerita!"
Baru aja aku mau ngomong, Davin memotong

"Lo tau kan anak yg nyamperin gue dan kasih gue kue pake kotak makan warna pink?"
Oke, sepertinya ini pertanda buruk. Persiapkan hatimu Chelsea.

"Iya. Dian kalo gak salah?" Kataku hati-hati

"Yap. Dan lo tau? Dia asik banget!"

"Lo... kok tau dia asik?" Aku mengerutkan dahi, bingung kapan mereka mulai dekat

"Jadi pas gue balikkin kotak makannya dia tanya gue, lo tuh pacar gue atau bukan. Ya gue ketawa lah ngebayangin komuk lo yg ngocol itu jadi pacar gue-"
Oke, mukaku dibilang ngocol. Aku tak terima, tapi masih bisa kubiarkan.

"Nah gue bilang kalo lo tuh sahabat gue. Terus dia tanya gimana bisa sampe sahabat sama lo. Gue bilang itu long story. Dan dia bener-bener mau denger cerita gue. Akhirnya gue kasih dia id line gue dan tadaaaaa gue chatting sama dia sampe tadi lo nelpon."

"Ohh, jadi lo chatting sama dia?" Tanyaku lemas

"Yap." jawabnya tanpa beban. Dia bodoh atau tidak peka? Jelas perempuan itu ingin lebih dekat dengannya, maka itu dia ingin dengar cerita persahabatannya denganku! Punya waktu untuk dengar cerita itu hanya embel-embel saja!

"Lo... suka dia?" tanyaku tanpa basa-basi. Aku siap. Aku siap dengar jawabannya.

"Ng.. gimana ya?" Aku tau dia tersenyum. Baik, ralat. Aku tidak siap. Aku tidak siap mendengar jawabannya. Aku memejamkan mataku.

"Gue.. gimana ya? Rasanya sih gue semangat gitu bales chat dia, Chels. Kalo dia balesnya lama, gue tuh kayak gak sabar banget nunggunya. Gue... gue suka kali ya sama Dian?"

Mataku terus memejam. Sebulir air mata jatuh dari mata kananku, mengalir kesamping. Sakit. Rasa itu muncul lagi. Aku benci itu!

"Chels?" Davin menginterupsiku.
Aku berusaha menetralkan suaraku dan menjawab dengan sisa tenaga yg kupunya, menahan rasa sesak yg ada dalam dada.

"I don't know how that feel." jawabku bohong. Sesak. Rasa itu kembali bergelut didalam sana, membuat nafasku sesak.

"Ah iya, lo belum pernah suka seseorang ya. Soon mungkin lo bakal ada gebetan, Chels. Tenang. But, menurut lo Dian gimana?"

Sebulir air mata kembali jatuh, kali ini dari mata kiriku. Dan yg pasti keduanya akan terus mengalirkan air mata ini. Kutahan lagi sesak ini agar bisa berbicara senormal mungkin.

"Dunno, Vin. Lo yg lebih tau kan?"

"Yeah. Dia baik, perhatian, lucu, asik. Gue suka karakternya. Mungkin gue bakal coba yakinin perasaan gue ke dia. Soalnya kayaknya Dian juga suka gue deh." Ia terkekeh dalam pesawat telepon. Aku tersenyum, ikut berbahagia dalam pahit atas kisah asmara yg ia ceritakan padaku barusan.

"Ya, kepedean lo emang gak berubah dari sekolah dasar. Harusnya waktu itu kepedean tingkat dewa buat lo mati dikerjain temen-temen yg lain." Aku terkekeh (masih dalam pahit)

"Sial. Gue udah bilang kan tadi kalo lo ngocol? Mungkin gue akan mulai manggil lo ms. Ngocol. Beneran nyari ribut. Sini lo, kita ribut di balkon kayak biasa!" Dia tertawa. Aku tersenyum, mengingat kami memang sering bertangkar disana.

"Udah? Puas lo ketawain misis ngocol?" tanyaku

"Dikit. Gak bakal puas kalo gak liat muka lo langsung. Btw lo mau cerita apa?"

"Never mind. Udah lupa gue." jawabku bohong (lagi)

"Okedeh. Selamat malam ya temanku." Dia terkikik, masih saja menggodaku. Ini yg ku benci. Tingkah laku dan kepedean tingkat dewanya terus menerus membuatku jatuh kedalam pesonanya.

Telepon genggam kutaruh disamping kepala. Kuhapus air mata yg sudah mengalir berapa kali. Tapi tidak bisa. Air mata itu terus turun, dada ku terus terasa sesak. Nafasku menjadi sulit. Aku tau. Aku tau benar perasaan macam apa ini. Aku tau, ini patah hati.

-------------------------

Pagi ini aku datang ke sekolah tak bersemangat. Selalu menunduk ke meja, berusaha menyembunyikan mata ku yg nggak banget untuk dilihat.

"Kenapa lo? Kayak putus cinta, gak ada harapan!" Aku tau Kiran lagi ngegas.

"Nothing bad happen" baiklah, harus berapa kali aku berbohong?

"Okey, lo bohong. Lo gak biasanya kayak begini. Lo tau? Di dunia yg gede ini, cuma lo satu-satunya orang yg gak bisa akting. Payah banget."

Oh ayolah. Aku tidak mau rasa itu kembali lagi, kesulitan bernapas aku dibuatnya.

"Gue butuh penjelasan. Satu kalimat aja Chels, biar gue tau lo kenapa dan gue bisa tau tindakan apa yg harus gue ambil."

Aku menimbang-nimbang, memikirkan satu kalimat lengkap yg bisa menggambarkan perasaanku pada Kiran.

"Davin suka sama si pemberi kue berkotak makan pink." Aku kembali menunduk keatas meja

"Udah gue duga."

___________________

Sang beruang tidur dan tak ada yg berani ganggu dia, oh senangnya aku senang sekali~ (shincan ost)

Oh, udah selesai ngetik part ini ternyata hehe. Mau gila kan kalo jadi Chelsea? Doain aja yg terbaik buat dia. Dan jangan menebak-nebak cerita ini, nanti bisa salah nebak hohoho. Stay tune!

Keep VOTE, kritik dan saran bila berkekurangan. Trims!!!

Salam,
Kendall Jenner

I'm sorry

~shyerenmgtha

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang