BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA. OK?
.
.
.
Masa ospek sudah lewat satu minggu yg lalu. Aku mulai cukup mengenal lingkungan kampus ini."Gak naksir kamu chels sama si kasèp satu itu?" Jingga bertanya dengan senyum menggoda. Aku paham maksudnya, namun segera ku tepis.
"Kasèp yg mana maksudnya? Banyak yg kasèp atuh disini mah."
"Yeeeuu, sok. Kalo aku gak sama Bagas mah, langsung ku sikat itu si Eby."
Uhuuukk uhuukk..
Aku terbatuk.
Kak eby masuk kearah kantin dan menuju kearah meja kami."Gile, langsung ada orangnya pas aku sebut nama!" Seru Jingga pelan disampingku
"Udah lo diem aja ah! Nanti ketahuan lagi omongin dia." Bisikku
Kami berdua berpura-pura menikmati kembali pesanan kami yg ada di meja.
"Lagi gak ada kelas atau kabur dari kelas?"
Aku menengok kearah sang penanya, tiba-tiba Jingga menyahut
"Gak ada kelas. Jadi Chelsea ajak ke kantin deh." Jelasnya manis ditutup dengan senyum manis.
Dasar.
"Mau kenalan sama yg mana emangnya?" Tanyanya dengan senyum manis mengejek
"Ng.. " belum sempat ku menjawab, Jingga sudah lebih dahulu mewakili jawabanku
"Udah kenalan dia mah kak." Jingga senyum menggoda dan menyeruput es jeruknya.
"Wihh, sama yg mana? Kok saya gak dikasih tau?"
"Ng.. nggak ada kak. Ngawur dia. Asal nyeplos aja." Cengirku
"Eleh. Aku samper Bagas dulu. Ada perlu. Duluan ya." Jingga cabut tanpa pedulikan aku yg harus berhadapan dengan kak Eby yg menatap dengan mata menuntut penjelasan
"Ng.. ngawur kak. Dia, ngawur." Jelasku sambil memetik jari
"Masa di sekian banyak cowok, kamu gak suka satu pun?" Tanyanya menginterupsi. Jujur aku mulai tak nyaman, dia melewati batas privasi ku. Kami bahkan tidak ada kedekatan yg akrab.
"Nggak kak. Duluan ya."
Ketika hendak pergi, tangannya menahanku. Kutatap kearah matanya, bertanya 'ada apa?'
"Kamu udah punya orang yg spesial?"
Aku menahan tawa.
"Emangnya nasi goreng. Spesial." Aku terkekeh lalu melepaskan tangannya dr pergelangan tanganku. Kaki ku melangkah pergi sambil menahan tawa.Otak ku terus memutar ulang adegan tadi, teringat wajahnya yg penuh keseriusan. Tunggu, aku menggeleng kuat.
"Fokus, Chels!"
Aku berjalan kearah lab.
---------------------Jam setengah 5, aku selesai dengan mata kuliah terakhir. Hari ini hari paling membosankan! Penuh dengan banyak teori yg tak bisa berkompromi untuk masuk ke dalam otakku.
"Duluan Chels!" Pamit Mirza, temen satu makul (baca: mata kuliah) denganku.
"Iya. Hati-hati, Mir."
Kaki ku terus melangkah menuju gerbang depan kampus dan menggunakan angkutan umum menuju rumah. Sampai di rumah aku membuka pagar dan, motor Rama?
Aku melangkah pelan menuju pintu masuk, terdengar ada beberapa orang yg mengobrol. Ku dengar suara Rama juga ada disana. Tak mungkin itu bukan dia. Aku menepuk jidatku pelan, bagaimana bisa aku jarang membalas pesan-pesannya dan jarang mengabarinya?!
Aku melangkah masuk ke rumah, langsung saja tante Ria memanggilku untuk bergabung bersama.
"Sini Chelsea, pacar kamu dateng nih. Disamperin jauh-jauh dari Jakarta." Ajak tante Ria sambil senyum-senyum, membuatku nyengir dengan agak terpaksa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu...
Teen FictionCinta pada sahabat memang gila! Tapi realitas membuat cinta ini nyata dihadapan banyak orang. Juga mematahkan hati korbannya. Korbannya? Apa aku salah satu korbannya? Tunggu. Aku cinta sahabatku? Maka aku harus bersiap-siap mematahkan hati ku sendir...