Bab 34 - Iri dan Apa?!

195 14 9
                                    

"Raya, jangan pulang dulu. Gue mau ngomong." Ujar Rama berpas-pasan saat bel pulang berbunyi.

"Siap bang aku tunggu." Jawab Raya dengan senyum percaya dirinya, tanpa berpikir bahwa apa yg akan Rama bicarakan bersifat serius.

Davin pindah ke samping tempat duduk Chelsea, merebahkan kepalanya keatas meja, dan memperhatikan dia yg sedang memasukan buku-buku pelajarannya kedalam tas.

"Ada apa?" tanya Chelsea masih sibuk dengan kegiatannya

"Mau pulang bareng?" tanya Davin dengan senyum sok manisnya. Namun Chelsea tau Davin sedang lelah, sedang banyak pikiran. Terlihat jelas dari sorot matanya

"Eng... lo duluan aja deh. Gue ada perlu sama.. sama Rama. Iya, sama Rama." Jawab Chelsea agak gugup karena terus diperhatikan oleh Davin

"Hmm.. oke. Langsung pulang ya. Maaf udah cuekkin lo dari kemaren. Hehe." Davin langsung menyelonong pergi dengan langkah agak lunglai. Chelsea terduduk, menghadap kearah Rama dan Raya.

'Drama bakal mulai!' pikirnya

"Mana kunci mobil Muthia?" Rama to the point, langsung menadahkan tangannya, tanda meminta sesuatu dari lawan bicaranya.

"Hah? Kunci mobil apa ya?"
'Mulai sok gak tau' pukas Chelsea tanpa mengeluarkan suara

"Lo yg buat taruhan. Lo buat taruhan sama Muthia buat pacarin Davin. Dan in the end Muthia kalah. Terus lo ambil mobilnya karena dia kalah taruhan. Karena lo, Chelsea jadi suka dijahilin sama Muthia dan kawan-kawannya buat bales dendam. Maksud lo apa sih?" Rama mulai malas berbicara dihadapan perempuan ini, make up diwajah selalu jadi andalannya, tak sebanding dengan kemampuan otaknya.

Raya tentu mulai tertekan. Rama semakin memojokannya. Ia tau ia bisa berbohong, tapi untuk saat ini? Nasib baik yg tau taruhan ini dan yg mencoba menegur dirinya adalah Rama. Kalau Davin? Davin pasti gak akan tinggal diam melihat sahabatnya ditindas, mau perempuan mau laki-laki, babat habis pasti.

"Ram, seriously gue gak tau apa-apa. Gue gak paham maksud lo. Gue balik dulu."
Lengan Raya ditahan Rama. Raya semakin panik karena tau aura Rama semakin menjadi-jadi, ia pasti tidak akan bisa bohong apalagi kabur.

"Balikin kuncinya atau muka lo gue..." dengan gerakan cepat kepalan tangan Rama berada tipis didepan wajah Raya, membuat perempuan itu terpekik kaget dan memejamkan matanya.

Oke, Davin dan Rama sama saja rupanya. Tidak pernah perduli perempuan atau laki-laki.

"Udah sih ngaku aja! Gue mau pulang nih" Chelsea mulai angkat bicara, malas melihat drama yg disajikan Raya. Raya melotot,

"Gak usah ikutan lo beren*s**! Pulang sana lo!"

Rama menariknya ke tembok, memegang lehernya erat.

"Ck jangan dicekek gitu lah Ram, kalo mati gak lucu kali." Chelsea mencoba menakut-nakuti, ia tau Rama terus mencoba menggertak Raya. Namun Raya masih enggan untuk menunjukkan rasa takutnya dihadapan mereka.

"Rama! Gue kasih! Gu.. gu.. gue... kas.. sih!"

Raya merogoh saku rok abu-abunya, dan melempar kunci itu sejauh mungkin. Chelsea memungutnya, memastikan apakah benar itu kunci mobil atau hanya tipuan belaka.

"Inget! Jangan ganggu Chelsea, jangan ganggu Muthia. Jangan ganggu semuanya, paham?" Rama mengancam.

"I..iyaa"

"Gue tau lo iri sama chelsea, tapi gak gini caranya! Lo jadi orang harus sportif. Gak pake cara kotor, apalagi taruhan! Pokoknya inget, jangan lupa sama peringatan gue tadi!" Rama menurunkan tangannya dari leher Raya, takut diserang kembali, ia memutuskan untuk segera lari dari tempat kejadian perkara.

"Trims kuncinya!!" Teriak Chelsea seraya memperhatikan kepergian Raya secepat kilat. Dengan senyum lebar ia kembali menatap Rama, dan langsung saja ia berlari kearahnya dan melompat

'Tosss' tangan mereka bersatu, menepuk satu sama lain, menandakan ada suatu misi yg sukses.

"Keren! Arogan kali kau bang!" Ujar Chelsea dengan nada khas orang ber-suku Batak

"Iyelah! Siapa dulu abang kau ini?! Ayo pulang"
____________________

~chelseaPOV

Rama mengantarku sampai depan rumah. Terlihat Davin sedang mencuci motornya.

Sebelum turun aku melirik, melihat kearah Davin yg mulai berdiri dan berjalan kearah kami. Aku langsung berpamitan

"Thank you Ram! Sampe besok ya"

"Yops."

"Makasih udah anterin Chelsea sampe rumah." ujar Davin yg berdiri disampingku, sambil memegang kanebo yg kering.

"Oke sip. Gue balik ya" Rama pamit dan memakai kembali helmnya

"Besok-besok lo gak perlu anter Chelsea. Dia bisa pulang sama gue."

Aku diam. Rama diam, tidak jadi menstarter motor ninja-nya. Davin juga masih diam setelah ujarannya barusan.

Apa ini ancaman? Karena ujaran Davin terdengar seperti ancaman.

Otak ku berpikir bahwa aku seharusnya tidak suka dengan ucapannya. Tapi hati ku bilang bahwa aku sangat senang dengan ancamannya. Apa ini berarti Davin cemburu?

"Okeh Ram, hati-hati." Ucapku memotong sunyi, tak mau melanjutkan bahasan Davin barusan.

"Tunggu. Tadi apa kata lo?" Rama bertanya, memandang kearah Davin dengan tak suka.

"Gue bilang besok-besok lo gak perlu anterin Chelsea kayak gini lagi. Dia bisa pulang bareng gue."
Kulihat Davin balas menatap Rama. Baiklah, aku mulai gugup. Aku tidak ingin mereka berkelahi. Aku hanya bingung mengapa Rama menganggap serius omongan Davin, dia harusnya mengabaikan saja.

"Hehe udah sore banget Ram. Lo pulang gih."kataku sambil mendorong bahu Rama agar ia mengikuti perintahku.

"Maksud lo apa?" Rama tak menggubrisku. Oke aku kesal.

"Lo suka kan sama Chelsea?"
Aku diam. Tanganku yg kugunakan untuk mendorong Rama tadi jatuh melemah entah kemana. Speechless. Rama apa?

"Lo suka kan sama Chelsea, Ram?" tanya ulang Davin karena merasa pertanyaan sebelumnya tak digubris.

Nggak. Nggak mungkin Rama suka aku. Gak mungkin banget. Dia pernah bilang dia gak suka aku. Pasti Davin asal ngomong. Dasar tukang tuduh!

"Davin apaan sih lo? Udah Ram balik aja. Lo jangan dengerin omongan si kocak satu ini. Bye! Thanks ya!" Kaki ku langsung menuju ke dalam rumah, meninggalkan mereka berdua yg masih terdiam di depan jalan.

Masa bodoh deh mereka mau apa. Aku tidak mau ikutan konyol. Apalagi seperti Davin yg asal tuduh. Masa iya dia menyangka Rama suka aku?
Rama itu baik, dia senang membantu. Apa salah kalo dia bantu aku? Menemani aku ke mall? Menemani aku dan Kiran ke kantin setiap jam istirahat? Mengantarku pulang?

Lagian kenapa dia diem aja? Kenapa gak langsung jawab? Apa karena... nggak!

Aku harus segera telepon Kiran!
____________________

Tabok. Tabok aja authornya! Ngilang 3 minggu, bagoes! Iya tau kok, maaf ya😙
ごめんなさい❢❢ /maaf/

udah ilang eh apdet dikit. Kalo ketemu timpuk aja, hehe jangan deh. Beneran sibuk banget saya. Gak sempet ngetik buat wattyku tersayang:3
Bukan gaya-gayaan gak ada waktu, tapi waktu memang mepet sekali.

Karena mengejar libur puasa, sekolah dimans saya belajar itu memajukan tanggal ukk. Dan akhirnya begini, baru bisa ngetik. Ulangan sisa 3 atau 4 hari lagi, jadi dengan segala hormat saya minta doanya huhuhu biar naik kelas elah.

Untuk kritik dan saran silahkan ke kolom komentar ya dan jangan lupa VOTE! Big thanks buat kalian yg masih mau baca cebus ini:)

P.s  cerita busuk maksudnya
~shyerenmgtha

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang